Sukses


Lika-Liku Surono, Eks PSSI Primavera: Pensiun Dini Karena Cedera, Jadi Sales, Tukang Parkir dan Kini Satpam

Bola.com, Jakarta - PSSI pernah mengirim para pesepak bola muda Indonesia untuk berguru dan berkompetisi di Italia dengan nama program Primavera pada 1993-1995.

Di antara puluhan pemain yang mendapat kesempatan ke negeri Pizza, satu di antaranya adalah Surono. Alumnus Diklat Arseto Solo ini masuk dalam rombongan pertama yang berjumlah 24 pemain.

Surono terpilih masuk skuad PSSI Primavera setelah sebelumnya memperkuat Timnas Indonesia U-16 pada sejumlah pertandingan. Termasuk mengikuti sebuah turnamen di Uni Emirat Arab pada 1993. Ketika itu, Garuda Muda melangkah sampai ke semifinal sebelum disingkirkan Cina. Setelah itu, nama Surono mengikuti seleksi PSSI Primavera di Sawangan.

"Setelah menunggu selama sebulan, saya dan teman-teman akhirnya berangkat ke Italia. Bangganya luarbiasa," kenang Surono dalam channel youtube Pinggir Lapangan.

Di Italia, Surono dan kawan-lawan menjalani latihan keras dan disiplin yang diterapkan Romano Matte didampingi Danurwindo dan Suhatman. Di PSSI Primavera, Surono tak lagi bermain sebagai libero. Romano menyarankan bermain di posisi bek kiri dengan alasan postur.

"Eko Purjianto dan Yeyen Tumena jadi pilihan utama di bek tengah. Saya tak masalah jadi bek kiri karena selalu mendapatkan menit bermain."

Surono mengaku banyak mendapat pengalaman berharga selama menimba ilmu sepak bola di Italia. Selain mendapatkan jam terbang di kompetisi Primavera, ia juga berkesempatan menyaksikan secara langsung sejumlah laga Serie A Italia yang saat itu menjadi kiblat kompetisi dunia.

"Setiap dua pekan sekali, kami menonton pertandingan Sampdoria di Stadion Luigi Ferraris," terang Surono.

Video

2 dari 3 halaman

Terpental Usai Pra-Piala Asia U-19

Semusim berguru di Italia, PSSI Primavera mengikuti ajang Pra-Piala Asia U-19 di Jakarta pada 1995 dengan target lolos ke putaran final di Korea Selatan setahun berikutnya.

Sayangnya, Timnas Indonesia U-19 gagal memenuhi target. Sial bagi Surono, namanya dicoret dari skuad PSSI Primavera tahun kedua karena dinilai melakukan tindakan indisipliner.

"Saya dianggap indisipliner karena ketahuan makan malam di luar hotel. Pelatih mengetahui kami baru masuk hotel pukul 01.30 WIB,'' ujarnya.

Selepas dari timnas U-19, Surono direkrut Semen Padang yang berkiprah di Liga Indonesia edisi perdana yakni musim 1994-1995. Ia diajak Suhatman yang menanangi tim Kabau Sirah.

"Tapi, saya tak mendapat tempat di tim utama karena masih muda. Meski begitu, coach Suhatman tetap memasukkan nama saya untuk tim musim berikutnya," kata Surono.

Surono pun pulang ke Solo untuk berlibur. Ia pun menjaga kondisi dan sentuhannya dengan bermain pada sebuah turnamen tarkam di Pemalang. Di turnamen tarkam ini, petaka menimpanya. Ia mengalami cedera lutut karena diterjang pemain lawan.

"Saya sempat menjalani operasi dengan harapan bisa pulih. Tapi, ternyata kondisi saya tidak pernah bisa kembali."

Cedera lututnya memang sempat membaik. Oleh Suhatman, Surono disarankan bermain di PSP Padang setelah Semen Padang tak menerimanya kembali.

Namun, gegara cedera yang tak kunjung pulih total, Surono tak pernah tampil bersama PSP. Kondisi itu membuatnya frustasi. Apalagi, PSP kemudian tak memperpanjang kontraknya.

3 dari 3 halaman

Bekerja Serabutan

Selepas dari PSP, Surono berhenti total dari sepak bola. Ia kemudian bekerja serabutan untuk menghidupi keluarganya.

"Saya pernah menjadi tukang timbang barang di pedagang rongsokan, juru parkir dan sales roti untuk kebutuhan hidup keluarga," cerita Surono yang mengawali masa sulitnya itu pada 2001.

Pada 2006, Surono mendapat pekerjaan sebagai satpam pada sebuah perguruan tinggi swasta. Belakangan, dengan profesi sama, ia berkerja pada sebuah universitas swasta di Solo sejak 2018.

"Saat itu, saya mulai kembali ke sepak bola dengan bermain bersama eks pesepak bola di Solo," pungkas Surono yang tak ingin beralih profesi sebagai pelatih seperti mayoritas rekan-rekannya sesama eks PSSI Primavera.

Video Populer

Foto Populer