Sukses


4 Pelatih Timnas Indonesia U-23 di 5 SEA Games Terakhir, Shin Tae-yong Bisa Lebih Baik?

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-23 tengah menjalani pemusatan latihan dan bersiap untuk tampil di SEA Games 2021 yang bakal digelar di Hanoi, Vietnam, pada Mei 2022. Tim Garuda Muda kali ini akan ditangani oleh Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang dipercaya untuk menangani Tim Garuda, mulai dari senior hingga U-19.

Ada 29 pemain yang tengah dipanggil mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-23 oleh Shin Tae-yong. Pemusatan latihan digelar di Jakarta dan diarahkan oleh Bima Sakti, hingga akhirnya nanti Tim Garuda Muda berangkat ke Korea Selatan untuk melanjutkan pemusatan latihan di bawah arahan langsung Shin Tae-yong.

Bicara soal SEA Games, khususnya di cabang olahraga sepak bola, Timnas Indonesia sudah sangat lama tidak meraih medali emas. Terakhir kali Tim Garuda meraihnya pada 1991 di Manila, di mana saat itu belum ada aturan peserta menggunakan tim U-23.

Tentunya Timnas Indonesia U-23 asuhan Shin Tae-yong kali ini diharapkan bisa mengobati kerinduan terhadap prestasi meraih medali emas. Pasalnya, dalam lima edisi terakhir SEA Games, Tim Garuda Muda mampu tampil baik hingga lolos dari fase grup. Namun, tak sekalipun bisa menjadi yang terbaik.

Dalam lima edisi SEA Games terakhir, Timnas Indonesia U-23 tercatat ditangani oleh empat pelatih berbeda. Bagaimana keempat pelatih itu membawa Timnas Indonesia mengarungi pesta olahraga Asia Tenggara itu?

2 dari 6 halaman

Rahmad Darmawan (SEA Games 2011 dan 2013)

Rahmad Darmawan merupakan pelatih yang dipercaya memimpin Timnas Indonesia U-23 pada SEA Games 2011 dan 2013. Dalam dua edisi tersebut, pelatih yang karib disapa RD mampu membawa Tim Garuda Muda hingga ke partai final.

Sayangnya, Tim Garuda Muda asuhan RD itu pun harus dua kali gagal di pertandingan final dan harus puas dengan meraih medali perak.

Namun, torehan tersebut menjadi sebuah motivasi setelah dalam lima edisi pertama SEA Games yang menggunakan regulasi pemain U-22 atau U-23, Tim Garuda Muda tak pernah mencapai final.

Dalam dua edisi SEA Games tersebut, yaitu 2011 dan 2013, RD memiliki materi pemain muda yang menjanjikan. Pada 2011, ada Kurnia Meiga dan Andritany Ardhiyasa di bawah mistar gawang.

Kemudian di lini pertahanan ada Gunawan Dwi Cahyo, Hasim Kipuw, Diego Michiels, dan Hendro Siswanto. Lini tengah sangat solid dengan kehadiran Egi Melgiansyah, Ramdani Lestaluhu dan dua pemain sayap berkaki cepat, Oktovianus Maniani dan Andik Vermansah.

Sementara di lini depan, ada duet Papua, Titus Bonai dan Patrich Wanggai, dengan pelapisnya antara lain Yongki Aribowo, Lukas Mandowen, dan Ferdinand Sinaga.

Kemudian pada edisi 2013, RD masih mengandalkan beberapa pemain dari SEA Games 2011 yang masih memenuhi syarat usia, ditambah sejumlah pemain lain, seperti Dedi Kusnandar, Alfin Tuasalamony, Bayu Gatra, dan Ferinando Pahabol.

Dengan materi pemain yang berkualitas, RD mampu mengembangkan potensi yang dimiliki timnya. Tim Garuda Muda mencetak total 14 gol dan hanya kebobolan 3 kali sepanjang SEA Games 2011, di mana Indonesia akhirnya harus merelakan medali emas lepas karena kalah dalam drama adu penalti dengan Malaysia di laga final.

Sementara pada edisi 2013, tim asuhan RD tampak sedikit lebih berat. Dalam kondisi sepak bola Indonesia yang masih terkena imbas dari dualisme kompetisi, Tim Garuda Muda tercatat hanya mencetak empat gol meski berhasil melangkah hingga ke final.

3 dari 6 halaman

Aji Santoso (SEA Games 2015)

Rahmad Darmawan memang menangani Timnas Indonesia U-23 dalam dua edisi, yaitu 2011 dan 2013. Namun, di sela-sela dua edisi itu, RD sempat meninggalkan Timnas Indonesia U-23 karena dinamika sepak bola Indonesia yang rumit dengan adanya dualisme, baik di kepengurusan PSSI maupun kompetisi.

Ketika RD mengundurkan diri setelah mengantarkan Timnas Indonesia U-23 sampai final SEA Games 2011, PSSI menunjuk Aji Santoso yang awalnya merupakan asisten dari RD di SEA Games 2011 untuk menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia U-23.

Namun, saat itu Aji Santoso tak hanya terlibat bersama Tim U-23, melainkan juga dengan Timnas Indonesia senior sepeninggalan Wim Rijsbergen ketika menjalani Kualifikasi Piala Dunia 2014.

Aji Santoso kembali ke Timnas Indonesia U-23 setelah dinilai gagal bersama timnas senior, di mana Tim Garuda dibantai 10 gol tanpa balas ketika menghadapi Bahrain di Riffa pada 29 Februari 2012.

Awalnya Aji Santoso diproyeksikan memimpin Timnas Indonesia U-23 menuju SEA Games 2013. Namun, jelang turnamen berlangsung di Myanmar itu, PSSI kembali menunjuk RD dan Aji Santoso pun kembali menjadi asisten pelatih.

Begitu mengenal karakter Timnas Indonesia U-23, Aji Santoso akhirnya benar-benar dipercaya memimpin Tim Garuda Muda di SEA Games 2015.

 

Aji Santoso membawa banyak jebolan Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri yang menjuarai Piala AFF U-19 2013 dalam skuad SEA Games 2015 yang digelar di Singapura, seperti Evan Dimas, Muhammad Hargianto, Hansamu Yama, Muchlis Hadi, dan Paulo Sitanggang.

Memiliki materi pemain yang cukup berkualitas, dengan mentalitas yang teruji sejak U-19, Aji Santoso membawa Tim Garuda Muda menjadi runner-up di fase grup, dengan torehan 11 gol dan hanya kebobolan 5 gol.

Sayangnya, Timnas Indonesia U-23 harus menghadapi Thailand yang pada akhirnya meraih medali emas. Tim Garuda Muda dibantai dengan skor telak 0-5 sehingga hanya berpeluang meraih medali perunggu.

Apes, Aji Santoso harus kembali melihat tim asuhannya terbantai ketika menghadapi Vietnam. Tim Garuda Muda kembali kalah dengan skor telak 0-5 sehingga pulang tanpa membawa medali.

4 dari 6 halaman

Luis Milla (SEA Games 2017)

Luis Milla datang ke Indonesia pada awal 2017 setelah dipilih oleh PSSI untuk menangani Timnas Indonesia, baik senior hingga U-22. Namun, pada awal kedatangannya, pelatih asal Spanyol itu mendapatkan target utama membawa Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas SEA Games 2017 dan masuk empat besar Asian Games 2018.

Luis Milla pun melakukan seleksi pemain dengan melakukan pemantauan di Piala Presiden 2017 dan awal musim Liga 1 2017. Akhirnya, pelatih yang pernah berkarier bersama Barcelona dan Real Madrid semasa aktif bermain itu memiliki skuad yang mumpuni untuk dibawa ke Kuala Lumpur pada SEA Games 2017.

Dengan bantuan PSSI yang mengharuskan setiap klub Liga 1 memainkan pemain-pemain U-23, baik di Piala Presiden maupun Liga 1 2017, Luis Milla pun punya pemain-pemain terbaik untuk masuk skuadnya.

Hansamu Yama dan Evan Dimas kembali masuk dalam skuad, di mana nama pertama dipercaya menjadi kapten tim. Selain itu banyak pemain muda dengan kualitas mumpuni dipanggil Luis Milla, seperti Andy Setyo dan Ricky Fajrin di lini pertahanan, Rezaldi Hehanussa dan Putu Gede Juni antara di sayap pertahanan.

Ada pula Febri Hariyadi yang cemerlang bersama Persib Bandung, kemudian Saddil Ramdani dan Osvaldo Haay yang tampil cemerlang bersama Persela Lamongan dan Persipura Jayapura. Luis Milla juga membawa Ezra Walian yang saat itu baru dinaturalisasi.

Selama beberapa bulan menggelar pemusatan latihan dan uji coba, Luis Milla membentuk Timnas Indonesia U-23 menjadi sebuah tim yang mengandalkan umpan-umpan pendek dan membangun serangan dari bawah, sebuah permainan yang tergolong cantik mengingat Tim Garuda cukup lama menerapkan permainan bola panjang dan aksi-aksi individu pemain tertentu.

Asa untuk melihat Timnas Indonesia U-23 meraih medali emas di SEA Games 2017 pun begitu tinggi di hati masyarakat Indonesia. Dukungan penuh bagi Tim Garuda Muda pun diperlihatkan suporter Indonesia di Malaysia.

Namun, lagi-lagi Timnas Indonesia U-23 harus lolos ke semifinal dengan hanya menjadi runner-up Grup B, terpaut dua poin di bawah Thailand yang menjadi juara grup. Tim Garuda Muda kalah dua poin karena sempat dua kali bermain imbang, masing-masing melawan Thailand dan Vietnam.

Tim Garuda Muda harus bertemu dengan tuan rumah Malaysia pada laga semifinal. Bermain begitu ketat sepanjang pertandingan, gawang Tim Garuda Muda akhirnya bobol pada menit ke-86 dan asa untuk melaju ke final dan meraih medali emas pun pupus.

Timnas Indonesia U-23 asuhan Luis Milla harus puas pulang dengan meraih medali perunggu setelah menang 3-1 atas Myanmar dalam laga perebutan tempat ketiga, di mana tiga gol Indonesia dicetak oleh Evan Dimas, Septian David Maulana, dan Rezaldi Hehanussa.

5 dari 6 halaman

Indra Sjafri (SEA Games 2019)

Tongkat kepelatihan Timnas Indonesia U-23 setelah Luis Milla pergi selepas mengantarkan tim berlaga di Asian Games 2018 diteruskan kepada Indra Sjafri. PSSI menunjuk pelatih yang membawa Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan menjadi tim peringkat ketiga Piala AFF U-19 2017 dan 2018 itu sebagai pelatih kepala.

Sebelum berlaga di SEA Games 2019, Timnas Indonesia asuhan Indra Sjafri yang saat itu disebut Timnas Indonesia U-22, harus lebih dulu tampil di Piala AFF U-22 2019, turnamen kategori U-22 yang kembali digelar setelah pertama kali dan menjadi satu-satunya digelar pada 2005.

Timnas Indonesia U-22 asuhan Indra Sjafri pun berhasil menjadi juara di Piala AFF U-22 2019. Prestasi tersebut membuat asa untuk melihat tim meraih medali emas di SEA Games 2019 yang digelar di Manila, Filipina, kembali tinggi.

Untuk kali pertama di SEA Games, tim peserta bisa membawa dua pemain berstatus overage atau di atas U-22 untuk ikut serta. Indra Sjafri pun memilih dua mantan pemainnya di Timnas Indonesia U-19 pada periode 2013, Evan Dimas dan Zulfiandi, untuk masuk dalam tim. Alasannya jelas, kedua pemain berpengalaman tersebut bisa menjadi pengatur ritme di lini tengah Timnas Indonesia U-23.

Selain itu, Indra Sjafri membawa banyak anak asuhnya dari Timnas Indonesia U-19 yang ditanganinya pada 2017 dan 2018 masuk dalam skuad, seperti Egy Maulana Vikri, Firza Andika, Rachmat Irianto, Asnawi Mangkualam, Nurhidayat Haji Haris, dan Witan Sulaeman.

Osvaldo Haay, Egy Maulana, Evan Dimas, dan Saddil Ramdani menjadi motor bagi Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2019. Namun, Tim Garuda Muda lagi-lagi harus lolos dari fase grup ke semifinal sebagai runner-up karena tertinggal satu poin dari Vietnam yang tidak terkalahkan sepanjang lima laga di fase grup.

Timnas Indonesia U-23 memang hanya kalah dari Vietnam di fase grup, di mana dalam empat laga lainnya, Osvaldo Haay dkk. selalu mampu meraih kemenangan, sehingga membuat Thailand pun harus tersingkir di fase grup.

Timnas Indonesia pada akhirnya berhadapan dengan Myanmar di semifinal dan harus menjalani laga yang panjang hingga 120 menit untuk memastikan diri ke final. Kedua tim bermain imbang 2-2 selama 90 menit, di mana dua gol saat itu dicetak oleh Evan Dimas dan Egy Maulana Vikri.

Ketika pertandingan dilanjutkan dengan 2x15 menit, Tim Garuda Muda menambah dua gol lagi lewat Osvaldo Haay dan Evan Dimas. Permainan Evan pun menjadi perhatian bagi Vietnam yang kembali menjadi lawan di partai puncak.

Berbekal pengalaman kalah 1-2 dari Vietnam di fase grup, Timnas Indonesia U-23 siap untuk melakukan pembalasan. Namun, cedera berat yang dialami Evan Dimas karena pelanggaran keras pemain lawan di partai final seakan membuat mental rekan-rekan setimnya jatuh.

Vietnam pun membungkam Timnas Indonesia U-23 dengan tiga gol tanpa balas. Tim Garuda Muda pun lagi-lagi harus puas hanya meraih medali perak dalam SEA Games edisi 2019 itu.

6 dari 6 halaman

Markas Suporter

Perhelatan BRI Liga 1 2021/2022 sudah berakhir dengan menyuguhkan berbagai keseruan yang memicu adrenalin, laga-laga panas, dan kejutan-kejutan menarik.  Kesuksesan perhelatan BRI Liga 1 2021/2022 tidak lepas dari kerja keras dan kerja sama banyak pihak, dan semuanya layak mendapat apresiasi.

Apresiasi khusus ditujukan kepada suporter yang turut menyukseskan kompetisi Liga 1 melalui kampanye #Dukungdarirumah. Komitmen suporter untuk disiplin mendukung tim kesayangannya meskipun dari rumah, merupakan salah satu kunci penting kesuksesan penyelenggaraan Liga 1 musim ini.

Kesuksesan Liga 1 2021/2022 tersebut menginspirasi lahirnya program Markas Suporter. Program ini merupakan inisiasi dari Kapanlagi Youniverse melalui Bola.com dan Bola.net dengan PSSI untuk menjadi wadah sekaligus rumah para suporter Tanah Air. Markas Suporter diharapkan jadi tempat untuk saling berbagi informasi dan silaturahmi antarsuporter baik melalui konten digital maupun aktivasi offline.

Program tersebut akan dibuka dengan Event Live Streaming Markas Suporter yang diadakan pada Kamis, 14 April 2022. Selain jadi event pembuka, acara itu juga akan menjadi ajang apresiasi kepada para suporter yang telah menyukseskan kompetisi Liga 1 musim 2021/2022.

Direktur Utama LIB, Akhmad Hadian Lukita, dan Head of Dept Suporter Development and Fan Engagement PSSI, Budiman Dalimunthe, akan datang langsung ke Studio KLY untuk mengikuti acara bincang santai dengan jurnalis Bola.com, dan perwakilan suporter dan klub dari Liga 1 juga akan mendapat undangan bergabung pada acara tersebut secara online. Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, juga diharapkan akan bergabung dalam perbincangan santai itu secara online.

Jadi, jangan lupa menyaksikan acara Event Live Streaming Markas Suporter di Vidio pada 14 April 2022, pukul 16.00 WIB.

Video Populer

Foto Populer