Sukses


Nostalgia Uston Nawawi: Pencetak Gol Tersubur Persebaya dengan Julukan Super

Bola.com, Jakarta - Sosok Uston Nawawi pantas masuk dalam jajaran legenda Persebaya Surabaya. Pencapaian terbaiknya bersama Bajul Ijo adalah duatrofi juara Liga Indonesia yakni pada musim 1996/1997 dan 2004.

Tak hanya itu, sampai saat ini, ia menjadi pencetak gol tersubur di tim kebanggaan warga Surabaya itu dengan koleksi 63 gol. Jumlah itu lebih besar andai gol Uston Nawawi pada laga uji coba dan turnamen yang dilakoni Persebaya disertakan.

"Sebenarnya saya tidak pernah menghitung secara khusus. Klaim itu dari teman-teman dan media. Tapi, memang kalau semuanya dihitung, jumlahnya lebih dari 100 gol," ujar Uston Nawawi dalam channel youtube Omah Balbalan.

Tak hanya itu, sebagai gelandang serang, Uston juga dikenang dengan assistnya yang kerap jadi penentu kemenangan Persebaya. Diantaranya pada laga terakhir Persebaya kontra Persija Jakarta pada musim 2004 yang menjadi penentu sukses Bajul meraih trofi juara.

Serta pada semifinal musim 1996/1997 ketika ia mengirim umpan matang yang disambut oleh Jakcsen Tiago dengan tendangan salto untuk menjebol gawang PSM Makassar.

2 dari 3 halaman

Tidak Cepat Puas

Di level timnas Indonesia, Uston yang pernah jadi bagian dari skuad PSSI Baretti berguru di Italia juga termasuk pemain produktif. Bersama skuad Garuda, pria kelahiran Sidoarjo, 6 September 1978 ini tercatat tampil 47 laga internasional dengan mencetak 13 gol.

Ia pernah membawa timnas Indonesia meraih medali perak Sea Games 1997 dan trofi juara Piala Kemerdekaan 2000. Mantan pelatih timnas Indonesia berdarah Jerman, Bernhard Schumm pernah memuji produktivas gol yang terbilang baik buat seorang gelandang serang. Pelatih yang menangani skuad Garuda pada 1999-2001 memanggilnya dengan julukan Super Uston.

"Resep jadi pencetak gol itu sederhana. Kebetulan sebagai gelandang serang, saya memiliki banyak kesempatan berada di area kotak penalti lawan," terang Uston Nawawi.

Bagi Uston, deretan sukses diatas diraih lewat proses panjang, terjal dan berliku. Mulai dari evolusi posisi, cedera, pujian bahkan hujatan.

"Saya tipe orang tak pernah berhenti memotivasi diri untuk lebih baik dari sebelumnya. Termasuk saat mendapat kritik dan hujatan dari suporter," kenang Uston Nawawi yang pernah jadi 'musuh bersama' ketika gagal menjadi eksekutor pada drama adu penalti timnas Indonesia vs Thailand pada final cabang sepak bola Sea Games 1997.

3 dari 3 halaman

Berawal dari Libero

Ketika aktif bermain di kompetisi dan timnas, Uston memang lekat dengan posisi gelandang serang. Tapi, tahukah anda, Uston awalnya ingin bermain sebagai kiper saat pertama kali tertarik menekuni sepak bola.

Ia mengaku terinspirasi dengan cerita penampilan eks timnas Singapura, David Lee yang sukses membawa Niac Mitra juara Galatama.

"Waktu itu, saya berpikir kiper tak terlalu capek di lapangan. Ternyata latihan kiper itu berat juga," kata Uston Nawawi.

Belakangan saat itu menimba ilmu sepak bola di SSB Warna Agung, Sidoarjo, Uston malah berposisi sebagai libero saat mengikuti sejumlah turnamen. Baru setelah berkostum PS Dolog yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya, Uston mulai akrab dengan posisi gelandang.

"Mungkin pelatih menilai postur saya lebih pas sebagai gelandang," papar Uston.

Kemampuan Uston sebagai gelandang kian terasah berkat sentuhan Wahyu Suhantyo, pelatih asal Klagen. Seperti diketahui, Wahyu banyak melahirkan gelandang yang berkiprah di Liga Indonesia dan timnas seperti Rendi Irwan, Nurul Huda, Lucky Wahyu Arif Ariyanto dan Sutaji.

"Saya juga tiap hari melatih kemampuan tendangan dan umpan ditemani Nurul Huda di lapangan dekat rumah," pungkas Uston.

Sumber: Youtube Omah Balbalan

Video Populer

Foto Populer