Sukses


BRI Liga 1: Saat Persebaya Digerogoti Suporternya Sendiri Hingga Rugi Miliaran Rupiah

Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya mengalami nasib yang kurang mujur di BRI Liga 1 2022/2023. Mereka baru saja mendapat sanksi berupa denda Rp100 juta dan lima laga tanpa penonton.

Itu merupakan imbas kerusuhan yang terjadi setelah Persebaya kalah 1-2 dari RANS Nusantara di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, 15 September 2022. Insiden itu bahkan menggerus keuangan klub yang disebut mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.

Soal kerugian miliaran rupiah sudah diakui oleh Persebaya. Diumumkan dalam akun instagram resmi mereka @officialpersebaya, Minggu (24/9/2022). Dijelaskan, kerugian itu akibat hukuman lima pertandingan home tanpa penonton dari Komisi Disiplin PSSI.

“Komisi Disiplin PSSI telah mengeluarkan keputusan terkait kerusuhan saat pertandingan Persebaya melawan Rans Nusantara FC. Diantaranya memberikan denda sebesar 100 juta rupiah dan larangan bermain dengan penonton sebanyak lima pertandingan,” demikian bunyi pernyataan dalam unggahan di akun itu.

“Persebaya harus menelan kerugian mencapai miliaran rupiah akibat tragedi kerusuhan 15 September 2022 lalu.”

“Jumlah tersebut hasil akumulasi dari biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan stadion dan beberapa infrastruktur, ditambah membayar denda, hingga benefit ke sponsor yang tidak bisa di-deliver akibat larangan kehadiran penonton di laga home.”

“Kita harapkan bersama, kerusuhan ini menjadi yang terakhir dan bersama-sama memperbaiki diri untuk Persebaya yang lebih baik. Together Stronger!”

2 dari 6 halaman

Jumlah Kerugian

Persebaya tidak menyebutkan detail miliar kerugian itu. Namun, dari hitung-hitungan sumber Bola.com yang dekat dengan internal Persebaya, kerugiannya mendekati Rp15 miliar. Dari mana angka Rp 15 miliar itu?

Sumber tersebut menyebut angka Rp5 miliar dari nilai promotion value yang diberikan para sponsor. Sebagaimana diketahui, Persebaya memiliki lima sponsor musim ini.

Di antaranya adalah Kapal Api, Kings Wallet, Exta Joss, MPM Honda, dan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Semuanya mendapatkan benefit dalam pertandingan. Mulai dari umbul-umbul, sampling produk, a-board, dan sebagainya.

Benefit yang diberikan langsung kepada penonton tidak bisa diberikan lagi. Sampling produk, brosur, dan interaksi lainnya dengan fans hilang. Pun demikian halnya dengan umbul-umbul, buat apa dipasang jika tidak ada penonton.

“Dengan angka penonton Persebaya yang begitu besar, mendekati rata-rata 30 ribu per pertandingan di Gelora Bung Tomo, hitungan kami kerugiannya mencapai Rp1 miliar setiap pertandingan. Kalau lima game tanpa penonton kerugiannya ya Rp5 miliar,” ucap sumber tersebut.

3 dari 6 halaman

Bergantung Suporter

Kerugian lainnya adalah dari pendapatan tiket penonton. Dengan asumsi penonton 25 ribu per game, seperti halnya rata-rata penonton di GBT musim ini, kerugian bisa mencapai 9,4 miliar untuk lima game. Sebagai catatan, tiket pertandingan Persebaya saat ini Rp75 ribu untuk ekonomi dan Rp250 ribu untuk VIP.

Belum lagi denda PSSI dan biaya perbaikan Stadion Gelora Delta. Total kerugian bisa melebihi Rp 15 miliar. Kabarnya, rata-rata biaya operasional klub Liga 1 semusim sekitar Rp 60 miliar. Artinya, kerugian akibat kerusuhan di Sidoarjo bisa menutupi seperempat kebutuhan tim satu musim.

Benar yang disebutkan Presiden Persebaya, Azrul Ananda, saat mengumumkan pengunduran diri di depan Bonek. “Masa depan klub tergantung suporternya,” katanya.

4 dari 6 halaman

Bukan Pertama Kali

Sialnya, kerusuhan suporter yang dialami Persebaya tidak hanya sekali ini. Sejak 2017, tahun pertama Azrul mengambil alih Persebaya, Bonek sudah tidak bisa menerima kekalahan di kandang.

Kerusuhan itu terjadi pada 12 Oktober 2017, ketika Persebaya kalah 0-1 dari Kalteng Putra di GBT pada babak 16 besar Liga 2 Grup C. Sebelumnya, pada bulan Mei, Bonek juga melakukan demonstrasi agar Iwan Setiawan dipecat setelah kalah dari tuan rumah martapura FC.

Pada 2018, mes pemain menjadi sasaran demonstrasi. Bus tim yang sedang mengangkut pemain pulang dari laga away dilempari telur setelah pulang melawat dari markas Perseru Serui. Pemain juga dipersekusi.

Memasuki 2019, suporter Persebaya melakukan protes yang merugikan klub lagi. Setelah kalah dari Arema FC, kantor Persebaya dan toko-toko Persebaya Store mengalami vandalisme dan digembok suporter yang kecewa.

Di stadion, bahkan terjadi dua kerusuhan selama 2019. Pertama pada 19 Juni ketika Persebaya bermain imbang 1-1 melawan Madura United di babak delapan besar Piala Indonesia. Pertandingan dihentikan beberapa menit sebelum laga berakhir.

Kerusuhan di stadion kedua pada 2019 terjadi pada 29 Oktober. Ketika itu, Persebaya takluk 2-3 dari PSS Sleman dalam matchday ke-25. Suporter masuk ke lapangan, melakukan perusakan, dan pembakaran.

Untuk memperbaiki stadion saja, Persebaya menghabiskan lebih dari 500 juta saat itu. Plus kena pertandingan usiran tanpa penonton sampai akhir musim. Kerugian yang dialami Persebaya pada 2019, lebih tinggi dari tahun ini.

5 dari 6 halaman

Keuangan Jadi Tidak Sehat

Rangkaian kerusuhan di dalam maupun stadion itu, secara konsisten menggerogoti kesehatan keuangan Persebaya.

Kalau Persebaya tidak bisa jor-joran membeli pemain, bisa jadi karena kerusuhan yang terus terjadi. Bahkan, sejak musim pertama Persebaya kembali ke kancah sepak bola tanah air, setelah sekian lama dibekukan.

Bonek sendiri sebenarnya sudah banyak melakukan perubahan positif. Mulai dari penggalangan dana korban bencana, membagikan boneka untuk pasien kanker, hingga pendirian panti asuhan.

Artinya, suporter dengan warna kebesaran hijau itu mampu memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Sayangnya, sampai tahun ini, pihak klub tetap mengalami kerugian akibat ulah suporternya sendiri seperti disebutkan di atas. Bonek masih perlu melakukan perubahan ke arah positif lagi yang tak merugikan keuangan klub.

6 dari 6 halaman

Yuk Tengok Posisi Persebaya Saat Ini

Video Populer

Foto Populer