Sukses


Wawancara Ekslusif CEO PSIM, Bima Sinung: Jaga Rekonsilisi Suporter, Verifikasi Stadion, Hingga Kepastian Liga

Bola.com, Jakarta - Sabtu, tanggal 1 Oktober 2022 menjadi hari yang tak terlupakan bagi sepak bola Indonesia. Lebih dari 130 orang kehilangan nyawa di Stadion Kanjuruhan pada hari itu.

Mereka yang mayoritas anak-anak dan perempuan menjadi korban setelah laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu.

<p>Wawancara Eksklusif - Bima Sinung (Bola.com/Adreanus Titus)</p>

Kejadian itu menimbulkan banyak kejadian susulan. Liga harus dihentikan sementara. Beberapa orang pun sudah ditetapkan menjadi tersangka akibat kejadian itu.

Yang menarik adalah banyak kelompok suporter yang selama ini bertikai memutuskan untuk berdamai. Termasuk kelompok suporter di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.

Lantas seperti apa Bima Sinung Widagdo melihat Tragedi Kanjuruhan? Dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan PSIM Yogyakarta menanggapi tragedi itu. Berikut ini petikan wawancara Bola.com dengan Bima Sinung Widagdo.

2 dari 5 halaman

Pukulan Luar Biasa

Bagaimana tanggapan PSIM Yogyakarta terkait Tragedi Kanjuruhan?

Merupakan pukulan yang luar biasa buat seluruh insan sepak bola kita, membuat kita semua pasti amat sedih, terpukul, marah, kecewa. Ya semua rasa berkumpul. Itu merupakan tragedi terbesar di sepak bola Indonesia, bahkan masuk ke tragedi nasional.

Respon seperti apa yang harus dilakukan oleh insan sepak bola nasional, terutama pihak-pihak terkait?

Harusnya dengan targedi tersebut kita bisa merespon, artinya harus bisa dilakukan langkah perbaikan dari semua lini, baik itu klub, suporter, federasi, operator, keamanan, harus evaluasi secara menyeluruh. Memastikan yang seperti ini tidak terjadi lagi.

3 dari 5 halaman

Gerakan Luar Biasa Suporter

Ada respons yang menarik dan cepat dari para suporter, terutama suporter di wilayah DIY-Jateng yang selama ini panas, bagaimana itu semua bisa terjadi?

Kalau saya melihatnya, paling tidak dari suporter sudah ada respon yang sangat luar biasa, dan tidak terbayangkan sebelumnya. Hanya hitungan beberapa hari setelah kejadian, suporter di Yogyakarta, Sleman, dan Solo bisa rekonsiliasi berkumpul di satu tempat secara hangat, ramah, dan tanpa konflik sama sekali. Itu pada saat acara doa bersama yang diadakan suporter PSIM.

Acara itu sebenarnya hanya ditujukan untuk internal suporter PSIM dan kalangan sepak bola Yogyakarta. Cuma karena magnitute perdamaaian sudah menggema, akhirnya pada saat itu berkumpul ribuan suporter yang terdiri dari suporter PSIM, PSS, dan Persis mayoritasnya. Atmosfer di situ luar biasa. Selain ada doa bersama, ada pula chants dari klub masing-masing yang digaungkan tanpa benturan apapun. Bendera, spanduk semua berkibar, tanpa harus takut-takit. Kendaraan pelat AD masuk ke Yogyakarta masuk tanpa ada gangguan apapun.

Ada harapan khusus mengenai rekonsiliasi para suporter tersebut?

Kejadian ini sangat natural, saya lihat ini respon yang organik. Harapan saya ini bisa terus dijaga ya seterusnya situasi rivalitas suporter ini bersifat kondusif. Rivalitas dalam sepak bola itu merupakan ciri atau identitas tersendiri. Rivalitas harus ada tapi rivalitas harus sehat, kreatif, bukan rivalitas yang destruktif. Jadi itu yang kita harapkan bisa terwujud sekarang dan seterusnya.

Rekonsilitasi suporter menjadi momentum yang sangat baik, bagaimana PSIM menjaga momentum itu?

Kami mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya terhadap upaya rekonsiliasi yang dilakukan suporter. Kemudian kami dari manajemen kita akan berkoordinasi dengan manajemen dari PSS dan Persis untuk memfasilitasi dan mendukung perdamaian ini. Bukan kita mau ambil alih, ini peran suporter murni bukan peran manajemen, dan ini sifatnya organik tidak dibuat-buat. Tapi kita juga mau melaukan sesuatu supaya lebih menggaungkan lagi rekonsiliasi ini. Nanti mungkin bentuknya bisa menggelar laga persahabatan atau turnamen yang melibatkan tiga tim, atau hal lain, kita lagi godok lah.

4 dari 5 halaman

Infrastuktur

Salah satu yang disoroti dari Tragedi Kanjuruhan adalah kelayakan stadion untuk menggelar laga besar. Bagaimana sebenarnya sistem pengelolaan stadion di Indonesia selama ini?

Itu menjadi salah satu problem, terkait keamanan itu adalah terkait infrastrutktur. Sekarang memang betul stadion kebanyakan statusnya milik Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang memang kadang-kadang mereka tidak memiliki budget untuk melakukan renovasi. Jadi kadang stadion kurang terawat, fasilitasnya tidak terjaga, pasti akan berimbas ke keamanan tadi.

Ini mungkin salah satu alternatif, mungkin bisa dilakukan hak pengelolaan dari stadion itu diserahkan ke pihak klub. Klub bisa memberi budget khusus dan bisa membuat stadion berfungsi dengan kelayakan stadion yang seharusnya, baik itu standar lokal ataupun internasional.

Klub bisa membuat perencanaan bisnis nantinya di stadion. Kalau kita lihat stadion di Indonesia kebanyakan dibangun setelah event besar, setelah dua tiga tahun, tidak terawat. Kalau diserahkan ke klub kan kita bisa buat macam-macam misalnya fasilitas olahraga lain, atau restoran dan semacamnya. Jadi bisa menjadi kompleks olahraga yang hidup. Selama ini kan tidak, banyak yang mangkrak setelah dipaai PON misalnya.

Bagaimana sebenarnya proses verifikasi stadion di Indonesia selama ini?

Seolah-olah menjadi rutinitas, mungkin kurang peka terhadap resiko yang bisa hadir. Artinya by checklist saja, saya tidak tahu prosesnya bagaimana stadion yang dianggap tidak layak itu bisa lolos proses verifikasi.

Upaya klub selama ini apa saja untuk mengurangi resiko-resiko yang tidak diinginkan di stadion?

Saya rasa semua klub harus inisiatif sendiri, tidak harus menunggu verifikasi dari LIB. Artinya semua klub semua panpel harus mengedepankan safety. Ya kapasitas, soal tribune ada maslaah satu tidak, pintu-pintu itu harus dipastikan. Harus ada inisitif dari klub, kami sudah melakukan itu sebelum liga dimulai. Tim panpel kami pun sudah mulai bergerak memperbaiki SOP dan skenario-skenario lain.

 

 

 

 

5 dari 5 halaman

Penghentian Sementara Liga

Liga harus dihentikan sementara terkait Tragedi Kanjuruhan, bagaimana menanggapi keputusan itu?

Pertama kami apresiasi penghentian sementara liga ini. Ratusan jiwa melayang dalam satu peristiwa dari sisi kemanusiaan, rasanya tidak pas untuk memaksakan tetap bermain.Kejadian di Malang bisa terjadi di manapun baik di Liga 1 dan Liga 2. Kalau tidak ada introspeksi dan evaluasi, tidak ada perbaikan itu bisa saja terulang. Ini tidak kita inginkan.

Dari klub Liga 2 tentu menginginkan kepastian. Tapi ini juga tergantung tim investigasi dan tim transformasi, pasti situasinaya tidak pasti. Cuma harus ada ancer-ancernya kira-kira satu atau dua bulan. Ini kemarin Liga 1 sudah managers meeting, saya harap di Liga 2 juga ada alur informasi yang jelas, paling tidak kita tahu agar kita bisa melakukan perencanaan.

Idealnya Bagaimana jika Liga dimulai kembali?

Saya rasa PSSI dan PT LIB juga tidak bisa mmeutuskan kapan akan memulai kembali liga. Jika misalnya dimulai kembali dengan adanya pembatasan penonton, nanti opsi-opsi itu bisa dieksplorasi. Klub tentu mengalami kerugian jika Liga dilanjutkan dengan pembatasan penonton, bagaimana menyiasati hal itu?

Pasti terpengaruh, nanti kita akan pikirkan bagaimana untuk memperkecil kerugian mungkin. Cuma buat saya keamanan nomor satu, tidak bisa ditawar, ini nyawa manusia. Jika ada pembatasan so be it, karena itu harus dilakukan. Sambil berjalan dengan perbaikan keamanan dan infrastruktur.

Video Populer

Foto Populer