Sukses


Kisah Klasik Indonesia Vs Argentina di Piala Dunia U-20 1979: Panggung Maradona Lubis, Diplomasi Udud Mas Cipto dan Menotti

Bola.com, Jakarta - Bola.com mengajak Anda bernostalgia menjelang duel Timnas Indonesia versus Argentina di SUGBK, Jakarta, Senin (19/6/2023).

Kisah klasik Diego Maradona melawan Timnas Indonesia di Piala Dunia U-20 1979 yang digelar di Tokyo, Jepang, akan terus dikenang sampai kapan pun.

Jumat (28/8/2020), mendiang Diego Maradona, mengenang pertandingan kontra Indonesia melalui jejaring sosial Instagram.

"Juan Ernesto Simon dan Sergio Garcia mengingat debut kami di Piala Dunia usia muda 1979. Dan saya tidak bisa tidak mengingatnya," tulis Maradona.

"Pertandingan pertama melawan Indonesia, dan kami menang 5-0. Kami mencetak 4 gol dalam 15 menit, dan kemudian kami menjaga diri kami sendiri untuk pertandingan berikutnya. Kami memiliki keinginan besar untuk bermain," tambahnya.

Timnas Indonesia menjadi wakil dari Asia bersama Korea Selatan plus Jepang sebagai tuan rumah. Mundari Karya dan kawan-kawan tergabung di Grup B bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia.

Meskipun cuma jadi pelengkap karena berakhir di posisi juru kunci, penampilan perdana Garuda Muda di panggung Piala Dunia U-20 menjadi sejarah manis bagi sepak bola Tanah Air.

 

2 dari 6 halaman

Menginap di Hotel yang Sama, Pelatihnya Sama-sama Udud

Bola.com mengumpulkan berbagai fakta selama Piala Dunia U-20 1979, melalui wawancara dengan mantan pemain, mulai Bambang Nurdiansyah, Mundari Karya, hingga mendiang Zulkarnain Lubis. 

Bambang berkisah, pelatih Indonesia, Soetjipto Soentoro, menjadi dekat dengan pelatih Argentina, Luis Menotti, karena kedua tim satu hoteldi Tokyo. Keduanya kerap menghisap rokok bersama-sama.

Suatu waktu, Luis Menotti ditawari rokok kretek oleh Soetjipto. Dia ketagihan. Soetjipto lalu memberikannya sejumlah bungkus rokok kretek kepada pria asal Argentina itu.

Banur bercerita, sewaktu Timnas Indonesia U-19 gugur di babak penyisihan dan hendak pulang ke Tanah Air, Soetjipto mendapatkan cinderamata dari Luis Menotti berupa seragam Diego Maradona di Piala Dunia U-20 1979.

"Sulit mendapatkan seragam Diego Maradona ketika itu. Justru yang dapat itu pelatih kami. Karena kami satu hotel dengan Argentina. Namun, yang berikan jersey itu bukan orangnya langsung, justru pelatih Argentina, Luis Menotti. Jadi dia akrab dengan Mas Cipto. Sama-sama perokok. Dia disuruh hisap rokok kreteknya Mas Cipto," kata Banur ketika dihubungi Bola.com, Kamis (26/11/2020).

"Mereka berdua lalu menjadi akrab. Mas Cipto dan Luis Menotti kan sama-sama perokok. Dicobain rokok kreteknya Mas Cipto oleh Luis Menotti. Akhirnya Luis Menotti suka. Dikasih lagi sama Mas Cipto. Jadi akrab mereka. Suatu saat, ketika mau pulang ke Indonesia, Mas Cipto dikasih jersey Diego Maradona," jelas Banur mengenang.

3 dari 6 halaman

Dilarang Bikin Cedera

Cerita di balik pertandingan Timnas Indonesia U-20 kontra Argentina yang diperkuat Diego Maradona itu dikisahkan langsung salah satu pemain Garuda Muda saat itu, Mundari Karya.

Menurut Mundari Karya, banyak hal yang tidak biasa terjadi saat sebelum pertandingan melawan Argentina. Satu di antaranya adalah instruksi dari Match Commissioner alias Pengawas Pertandingan yang meminta Timnas Indonesia U-20 untuk tidak mengasari Diego Maradona.

Menurut Mundari Karya, pengawas pertandingan yang bertugas mendatangani ruang ganti Timnas Indonesia U-20 dan berbicara dengan pelatih Soetjipto Soentoro.

"Waktu itu, pengawas pertandingan menyampaikan kepada kami lewat pelatih untuk tidak bermain kasar kepada Diego Maradona. Sebab dia menyebut Diego Maradona adalah aset dunia saat itu," kata Mundari Karya kepada Bola.com pada Agustus 2020.
4 dari 6 halaman

Bertemu Kembaran, Maradona Lubis

Ada momen tak terlupakan yang terjadi pada laga tersebut, yakni perjumpaan Zulkarnain Lubis, striker mungil Timnas Indonesia U-20 yang dijuluki Diego Maradona dari Asia dengan Maradona asli.

Ada pun julukan tersebut disematkan padanya saat bersinar bersama tim Galatama, Krama Yudha Tiga Berlian.

"Katanya gaya bermain kami mirip. Ditambah lagi rambut saya kribo sama dengan Diego Maradona. Jika Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 1986, mungkin saya lebih tenar dibanding dia," ujar almarhum Zulkarnain setengah berkelakar dalam sebuah wawancara santai dengan Bola.com beberapa tahun silam di Yogyakarta.

"Kami juga beda nasib. Diego Maradona kaya raya usai masa jaya, sementara saya sempat hidup susah," timpalnya.

 

5 dari 6 halaman

Susah Dikawal

Para pemain Tim Merah-Putih pun berebutan berfoto dengan sang megabintang.

"Maradona saat itu sudah bintang dan bergabung di timnas senior. Namun karena usianya masih cukup, dia dibawa pelatih Cesar Luis Menotti belaga di Piala Dunia U-20 1979," ucap Bambang Nurdiansyah, yang saat itu berposisi sebagai striker Timnas Indonesia U-20.

"Saya mengoleksi foto bareng Maradona, namun entah sekarang fotonya ada di mana hilang karena sudah lama kejadiannya. Rekan saya Mundari Karya bahkan masih menyimpan foto dengan Maradona, disimpan di ruang tamu," kata Bambang.

Menurut Bambang, teknik Maradona sudah terlihat di atas rata-rata pemain lain. "Susah menjaga pergerakannya. Tubuhnya tidak tinggi, mirip-mirip dengan pemain kita, cuma skillnya yahud dan amat lincah," ungkap pria yang akrab disapa Banur.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, Timnas Indonesia kembali berkesempatan berlaga di turnamen yang sama setelah FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Momen penting perjalanan sejarah sepak bola Tanah Air.

6 dari 6 halaman

Baru Pemanasan, Sudah Bikin Bengong

Saat hari H pertandingan melawan Argentina. Timnas Indonesia masuk terlebih dahulu ke lapangan dan melakukan pemanasan. Saat pemanasan tim Indonesia sedang berlangsung, tim Argentina mulai masuk lapangan. Sang mega bintang, Maradona berlari lebih dahulu masuk lapangan sambil membawa bola.

"Maradona dan tim Argentina masuk, saat kami sedang pemanasan. Maradona masuk terlebih dahulu. Setelah memberikan hormat kepada penonton, Maradona menendang bola ke atas dan saat bola ke bawah dia sambut dengan kakinya dan bola itu memutar saja di kakinya. Kami yang sedang pemanasan langsung terhenti dan menonton aksi Maradona itu," ujar Bambang.

"Kami baru sadar saat pelatih Almarhum Sutjipto Suntoro berteriak mengingatkan kami. Woi cing! kalian ngapain malah lihatin orang, ayo teruskan pemanasan, begitu kata pelatih dan kami pun melanjutkan pemanasan," kata Banur.

Video Populer

Foto Populer