Sukses


Curhat Maman Abdurahman, Awal Main Bola Niatnya Bekerja di Perusahaan Air Minum

Bola.com, Jakarta Bek Persija Jakarta, Maman Abdurrahman tergolong pemain dengan karir sepak bola panjang.

Memulai karier profesionalnya bersama Persijatim FC di tahun 2021, sampai saat ini dia masih belum gantung sepatu. Jadi, sudah 22 tahun Maman berkiprah di sepak bola profesional Indonesia.

Namanya juga sering menghiasi skuat Timnas Indonesia di usia emas. Karena itu, Maman termasuk salah satu bek papan atas yang pernah dimiliki Indonesia. Tapi dibalik itu, ternyata ada cerita menarik.

Semula, dia bermain sepak bola hanya untuk masuk sebagai karyawakan di perusahaan air minum swasta, PAM Jaya di Jakarta. Sehingga dia bermain di PS PAM Jaya sekitar tahun 1996-1998.

Cerita ini diungkapnya dalam interview di kanal YouTube Sportcast 77. “Saya ini termasuk terlambat main bola. Sekitar kelas 3 SMP. Waktu itu main bola di PS PAM Jaya. Tujuannya biar bisa dapat pekerjaan di sana. Karena dari main bola, mudah dapat pekerjaan. Seperti itu niat awalnya,” kenangnya.

Artinya, dia belum berfikir sepakbola sebagai profesi. Apalagi dia tak punya darah pemain sepakbola di keluarganya. Ternyata, garis hidupnya lebih bagus daripada yang diharapkan. Maman justru masuk dalam skuat Persijatim untuk Piala Suratin (U-17).

“Waktu itu saya coba seleksi ikut Persijatim untuk Piala Suratin. Pertama gagal. Tapi, tahun berikutnya terpilih. Dari situ, jalan di sepakbola terasa bagus,” lanjutnya. Sebenarnya, Maman diproyeksikan magang ke tim senior Persijatim setelah ajang tersebut.

Namun, dia tak siap mental karena masih banyak pemain senior di tim itu. Seperti Rocky Poetiray, Gendut Doni dan lainnya.

“Mungkin satu minggu saja ikut latihan di tim senior. Mental belum kuat, saya memilih kabur ke Persegi Gianyar yang bermain di kasta kedua. Di sana mental dan kepercayaan diri terasah. Karena merantau di usia muda. Meski belum dapat kesempatan main juga waktu itu,” kenangnya.

2 dari 3 halaman

Berkibar di PSIS

Satu tahun di Persegi, manajemen meminta Maman kembali ke Persijatim. Tanpa pikir panjang dia menerima tawaran itu. Apalagi tim itu sudah dihuni banyak pemain muda. Waktu itu dia juga bertemu dengan Harry Salisbury. Pemain yang akhirnya jadi teman baiknya.

“Saya sempat berfikir kesempatan main di kasta tertinggi sudah hilang ketika saya kabur ke Bali. Begitu kesempatan datang lagi, saya langsung terima. Harris sudah ada lebih dulu di Persijatim. Dan akhirnya jadi sahabat. Ada juga Ismed Sofyan di tim itu,” kenangnya.

Sejak itu, Maman menempa dirinya lebih keras. Sehingga dia dapat kesempatan bermain di usia 19 tahun. Ketika Persijatim berpindah hijrah ke Palembang menjadi Sriwijaya FC, Maman dalam dilema. Karena dia sebenarnya dipertahankan tim itu. Di sisi lain, dia sepakat ikut dengan pelatih lama Yusak Sutanto ke Deltras.

Tapi beberapa saat kemudian, Maman justru memilih ke PSIS Semarang. Karena dua sahabatnya Haris Salisbury dan Modestus Setiawan bergabung dengan PSIS. “Pak Yusak sempat marah karena saya tidak jadi ke Deltras. Tapi, hubungan kami sudah baik-baik saja sekarang,” kenangnya.

Bersama PSIS, Maman makin berkibar. Musim 2006 (musim kedua) dia ikut membawa PSIS ke final Liga Indonesia. Namun akhirnya kalah di partai puncak melawan Persik Kediri.

3 dari 3 halaman

Baru Raih Gelar Juara di Ibukota

Dari PSIS, karier Maman berlanjut ke Persib Bandung musim 2008-2013. Puncak karer didapatnya. Tapi hanya dari segi performa individu dan dia jadi bagian Timnas Indonesia. Setelah itu, jejaknya meredup di Sriwijaya FC karena cedera lutut musim 2013/2014. Dia harus rela turun kasta ke Liga 2 untuk membela Persita Tangerang musim 2014/2015.

Maman justru meraih gelar juara Liga 1 di musim 2018 bersama Persija Jakarta. Tim tanah kelahirannya. Padahal waktu itu usianya sudah 36 tahun.

“Ternyata di klub tanah kelahiran baru dapat gelar juara. Bersyukur karena bisa memberikan gelar di tim ini. Kenapa tidak dari dulu saja saya bermain di Persija,” katanya lalu tertawa.

Video Populer

Foto Populer