Bola.com, Jakarta - Berbagai kasus pernah membayangi Timnas Indonesia buntut ulah suporter dan netizen dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari melawan Timnas Malaysia, Timnas Guinea U-23, hingga Timnas Bahrain.
Suporter Malaysia dievakuasi dari tribune barat yang berbatasan dengan tribune selatan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, pada 5 September 2019 setelah berhadapan dengan Timnas Indonesia.
Baca Juga
Susunan Pemain Vietnam Vs Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Arhan - Struick Cadangan, Rivaldo dan Mikael Alfredo Starter
Thom Haye Ditanya Apakah Akan Tinggal di Indonesia ketika Pensiun Sebagai Pesepakbola, Ini Jawabannya
Duel Persik Vs Arema FC Jadi Momen Penahbisan Raja Tandang Sejati Musim Ini
Advertisement
Ketika itu, Malaysia berhasil mengalahkan Timnas Indonesia 3-2 dalam matchday kedua Grup G putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Pendukung Malaysia yang tergabung dalam Ultra Malaya itu dievakuasi ke lorong pemain SUGBK sebagai bentuk mitigasi luapan kekecewaan fans Timnas Indonesia.
Ultras Malaya terkurung hingga tengah malam. Sebelumnya ketika berada di tribune SUGBK, militan Malaysia itu dilempari botol hingga bom asap oleh suporter Timnas Indonesia.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Malaysia yang masih menjabat kala itu, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman, turut berdiri di tengah-tengah kerumunan suporter Malaysia.
Akibat peristiwa itu, Timnas Indonesia mendapatkan hukuman denda dari FIFA berupa 45 ribu franc Swiss atau setara dengan Rp643 juta dalam kurs saat itu.
Buntut kejadian itu pula, Pemerintah RI melalui Menpora RI ketika itu, Imam Nahrawi mengirimkan surat permohonan maaf secara resmi kepada Pemerintah Malaysia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Vs Guinea
Netizen Indonesia melakukan rasialisme ke Timnas Guinea U-23 setelah Timnas Indonesia U-23 kalah 0-1 dalam babak play-off Olimpiade Paris 2024 di NF Clairefontaine, Clairefontaine-en-Yvelines, Prancis, pada 9 Mei 2024.
Timnas Indonesia U-23 takluk secara dramatis dari Guinea U-23 imbas kepemimpinan kontroversial dari wasit Francois Letexier dari Prancis yang banyak merugikan Rizky Ridho dkk.
"Para pemain pulang dengan kepala tegak dan legawa menerima kekalahan. Jadi, kita berharap para suporter pun melakukan hal yang sama," tutur anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga.
"Jangan menodai perjuangan Timnas Indonesia U-23 dengan ujaran rasial kepada para pemain lawan. Mimpi anak-anak muda ini masih panjang, tolong jangan dicederai dengan aksi rasial yang sangat merugikan dan memalukan. Kita fokus mendukung timnas ke depan."
"Kami akan kerja sama dengan kepolisian supaya kami punya aturan-aturan regulasi mengenai bagaimana perlindungan terhadap pemain itu sampai nanti misalnya kita punya bisa memberikan usulan kepada Meta misalnya atau TikTok, atau Twitter untuk akun-akun yang mengeluarkan rasialisme dan sebagainya itu bisa di-block," ucapnya.
Advertisement
Vs Bahrain
Netizen Timnas Indonesia kembali berulah. Kali ini, warganet menyerang akun media sosial Federasi Sepak Bola Bahrain (BFA) imbas Timnas Indonesia bermain imbang 2-2 di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia pada 10 Oktober 2024.
Kekesalan netizen Timnas Indonesia berawal dari kepemimpinan wasit Ahmed Al Kaf yang meniup peluit panjang pada menit ke-90+11, padahal injury time hanya enam menit.
Akibatnya, Timnas Bahrain berhasil mencetak gol penyama kedudukan pada menit ke-90+9 lewat brace Mohamed Marhoon yang membuyarkan kemenangan Timnas Indonesia.
Pada Rabu (16/10/2024), BFA membuat pernyataan yang berisikan empat poin, termasuk menolak bermain di Indonesia ketika bertandang kontra Timnas Indonesia hingga mendapatkan ancaman pembunuhan.
"Asosiasi akan menyampaikan permintaan untuk memindahkan pertandingan dari Indonesia untuk menjaga keamanan timnas, karena ini adalah prioritas utama, terutama karena FIFA dan AFC memperhatikan keamanan tim yang berpartisipasi dalam kompetisi mereka," tulis BFA.
"Asosiasi Sepak Bola Bahrain menyatakan kejutannya yang sangat atas beberapa ancaman mematikan yang diterima oleh anggota tim di akun media sosial pribadi mereka, suatu langkah yang mencerminkan ketidakpedulian publik Indonesia terhadap nyawa manusia."
"Masalah ini tidak pernah terjadi di stadion olahraga dan sama sekali jauh dari dunia olahraga, di mana ada rasa hormat dan apresiasi antar anggota. Asosiasi menolak untuk menyerahkan nyawa anggota tim kepada setiap potensi bahaya, terutama karena tindakan pendukung Indonesia sama sekali tidak dapat diterima dan salah, dan tidak ada hubungannya dengan anggota sepak bola," ungkap BFA.