Bola.com, Jakarta Jose Mourinho kembali bernostalgia dengan kariernya dan bagaimana ia harus menjadi lebih dari sekadar pelatih kepala di AS Roma.
Mourinho menghabiskan masa selama 30 bulan yang berkesan di ibu kota Italia dari musim panas 2021 hingga Januari tahun ini. Bersama Roma, pelatih asal Portugal itu memenangkan gelar Liga Konferensi di musim pertama dan membawa timnya ke final Liga Eropa di musim keduanya.
Baca Juga
Klub Liga Inggris Ini Diingatkan Jangan Rekrut Jose Mourinho, Sentuhan Emasnya Sudah Memudar
3 Pemain yang Tidak Kesampaian Dilatih oleh Jose Mourinho: Lionel Messi sampai Duo AS Roma Francesco Totti dan Daniele De Rossi
Jawaban Menarik Jose Mourinho Saat Diminta Memilih antara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi untuk Predikat GOAT
Advertisement
Mourinho adalah sosok yang populer selama di Roma, tetapi pemecatannya pada bulan Januari merupakan risiko yang kini telah membuahkan hasil bagi klub. Serigala Ibukota telah menemukan semangat baru di bawah mantan gelandang mereka, Daniele De Rossi, selama tiga bulan terakhir.
Berbicara kepada The Telegraph, Mourinho pertama-tama ditanya tentang prasangka yang mengelilingi dirinya, kesuksesannya di pinggir lapangan, dan bagaimana ia menghadapi hal tersebut.
“Aku adalah satu-satunya pelatih Eropa yang bermain dalam dua final dalam dua tahun terakhir. Jadi bicaralah tentang masa kini saya. Saya tidak bersalah karena 20 tahun yang lalu saya memenangkan Liga Champions,” ungkap Jose Mourinho.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hanya Ingin Bekerja
Mourinho kemudian membuka diri tentang keinginannya untuk hanya menjadi pelatih kepala dan bukan sosok yang lebih besar di klub. Menurutnya, ia hanya ingin menjadi orang yang bekerja dengan tim, yakni fokus pada pengembangan pemain dan mengatur strategi dalam pertandingan
Pelatih berusia 61 tahun itu mengeklaim bahwa selama ini ia beruntung karena menjadi pelatih kepala seperti yang ia inginkan. Namun, ada beberapa situasi yang membuatnya lebih dari posisi tersebut. Menurutnya, jika pelatih kepala posisinya melebihi itu, klub seakan membuatnya berada dalam posisi yang tidak ia inginkan.
"Apakah menurut Anda setelah final Liga Europa yang kami kalah, dalam keadaan di mana kami seperti itu, saya senang dengan semua emosi yang saya rasakan? Apakah Anda pikir saya senang menjadi wajah klub yang pergi ke konferensi pers untuk berbicara tentang peristiwa-peristiwa ini? Tidak, saya benci,” imbuh Mourinho.
Advertisement
Adil
Selain itu, Mourinho juga berbicara tentang jenis proyek yang dibutuhkannya di sebuah klub yang ia latih. Menurutnya, dalam menentukan target dan tujuan, klub harus melibat semua orang dan dengan cara yang adil.
Eks pelatih Chelsea itu tidak ingin bergabung dengan klub yang tujuan utamanya semata-mata hanya untuk meraih gelar. Sebaliknya, ia justru memilih klub yang mengedepankan keadilan dan kesetaraan.
"Saya tidak ingin mengatakan realistis, tapi setengah realistis. Karena ketika saya pergi ke Roma tidak ada yang bermimpi tentang final Piala Eropa dan kami melakukannya. Tidak mungkin saya pergi ke klub yang hampir terdegradasi, dan tujuannya adalah memenangkan Liga Champions. Itu bagus tetapi itu tidak adil,” pungkas Jose Mourinho. (Rayhan Nur Hakim)
Sumber: Football Italia, The Telegraph
Persaingan Musim Ini
Advertisement