Bola.com, Jakarta - Liverpool sedang bersiap menyambut era baru di sektor kanan pertahanan. Kepergian Trent Alexander-Arnold ke Real Madrid, yang kini makin santer dikabarkan, menjadi pukulan telak bagi Anfield, baik secara emosional maupun taktis.
Namun, The Reds tampaknya tak berlama-lama larut dalam kehilangan. Nama Jeremie Frimpong dari Bayer Leverkusen muncul sebagai kandidat kuat pengganti sang ikon, dengan nilai transfer yang diperkirakan berkisar antara 35 hingga 40 juta euro (sekitar Rp741,2 miliar).
Baca Juga
Advertisement
Namun, apa yang akan dibawa Frimpong ke Liverpool? Seberapa cocok Frimpong untuk peran vital yang ditinggalkan pemain nomor 66 yang telah mengakar di Liverpool tersebut?Â
Simak ulasannya di bawah ini.
Bologna mencatatkan sejarah besar dengan mengalahkan AC Milan 1-0 di final Coppa Italia 2025! Kemenangan ini jadi puncak emosional setelah 51 tahun absen di final. Di bawah asuhan Vincenzo Italiano, yang sebelumnya gagal membawa Fiorentina juara, Bol...
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dari Bek Kanan Konvensional ke Sayap Serang yang Meledak
Pertanyaan utama yang mengemuka adalah: bisakah Jeremie Frimpong bermain sebagai bek kanan murni? Pasalnya, di bawah arahan Xabi Alonso di Leverkusen, ia lebih dikenal sebagai wing-back yang agresif menyerang.
Namun, perlu diingat bahwa sebelum era Alonso, Frimpong justru tampil sebagai bek kanan dalam skema empat bek, baik saat masih di akademi Manchester City, di Celtic, maupun dalam dua musim pertamanya di Bundesliga.
Transformasi besar Frimpong terjadi saat Alonso memberinya kebebasan untuk menyerang dari sisi kanan, bersama Alex Grimaldo di kiri. Hasilnya luar biasa: Leverkusen meraih treble domestik—menjuarai Bundesliga dan DFB-Pokal, serta mencapai final Liga Europa.
Dalam musim gemilang 2023/24 itu, Frimpong menyumbangkan 14 gol dan 10 assist dari 47 pertandingan. Meski performa tim sedikit menurun di musim berikutnya, ia tetap konsisten dengan kontribusi lima gol dan sembilan assist dari 48 laga.
Advertisement
Kecepatan, Dribel, dan Poin yang Perlu Diasah
Kepergian Alexander-Arnold berarti Liverpool kehilangan satu di antara jenderal umpan jauh terbaik di Premier League. Musim ini, tak ada pemain Liverpool lain yang mencatat lebih banyak umpan jauh dari 32 meter selain dirinya—286 kali dengan akurasi 42 persen.
Dalam hal ini, Frimpong bukan tipe pemain serupa. Ia lebih suka menggiring bola daripada melakukan umpan jarak jauh.
Namun, bukan berarti Frimpong tak efektif dalam membangun serangan. Ia justru mengandalkan kecepatan eksplosif—pernah mencapai 36,34 km/jam, masuk tujuh besar tercepat di Bundesliga—dan akselerasi tinggi (kedua terbanyak dalam hal akselerasi). Ini membuatnya menjadi ancaman nyata di sisi kanan.
Rata-rata dribel dan progresi bola yang ia lakukan terbilang tinggi. Bahkan musim ini, ia mencatatkan empat assist langsung dari dribel di Bundesliga.
Untuk urusan umpan silang, Frimpong memang bukan pengambil bola mati, tetapi dia kerap melepaskan crossing dari permainan terbuka—terbanyak kedua di Bundesliga, hanya kalah dari Maximilian Mittelstädt.
Akurasinya masih bisa ditingkatkan, tetapi jumlah umpan silangnya tak jauh berbeda dari Alexander-Arnold.
Menembus Area Krusial
Frimpong juga memiliki gaya umpan silang yang berbeda: ia lebih sering melepas crossing dari dekat garis tepi lapangan karena posisinya yang lebih tinggi sebagai wing-back. Hal ini juga memengaruhi jumlah sentuhan bola.
Musim ini, ia rata-rata mencatatkan 50,1 sentuhan per 90 menit—jauh di bawah Alexander-Arnold (87,2) dan Conor Bradley (81,9). Namun, dari jumlah yang sedikit itu, banyak terjadi di area berbahaya.
Ia memiliki rata-rata 4,5 sentuhan per 90 menit di kotak penalti lawan—lebih tinggi dari Alexander-Arnold (1,9) dan hampir setara dengan Bradley (5,5).
Statistik ini menegaskan bahwa Frimpong bisa menembus area-area krusial dan menciptakan peluang—kemampuan yang bisa sangat diandalkan oleh pelatih Liverpool, Arne Slot.
Advertisement
Ada Potensi, tapi Masih Butuh Bukti
Kemampuan bertahan Frimpong masih jadi bahan perdebatan. Alexander-Arnold kerap dikritik karena kelemahan bertahan, dan Frimpong dengan gaya main menyerangnya pun menghadapi pertanyaan serupa.
Namun, tak adil langsung menyebut Frimpong lemah dalam bertahan. Saat ia bermain sebagai bek kanan sebelum Alonso datang, statistik defensifnya cukup solid: rata-rata 1,6 tekel, 0,6 intersep, dan 4,8 recovery per 90 menit.
Musim ini, Alexander-Arnold mencatatkan 2,6 tekel per 90 menit, sementara Bradley punya angka yang mirip dengan Frimpong, yaitu 1,7.
Dalam hal menghadapi dribel lawan, Frimpong justru tampil lebih baik. Musim ini, Alexander-Arnold memiliki tingkat keberhasilan menghadapi dribel terendah di antara bek Premier League (42,6 persen), sementara Frimpong hanya dilewati 13 kali (24,5 persen) di Bundesliga—angka yang cukup impresif, apalagi mengingat ia lebih sering bermain di area tinggi.
Kecepatannya juga sangat membantu saat bertahan, khususnya dalam transisi negatif dan menghadapi serangan balik. Meski demikian, penempatan posisi dan kemampuannya dalam memperlambat pergerakan lawan masih bisa diasah.
Yang tak kalah penting: Frimpong baru berusia 24 tahun dan punya ruang besar untuk berkembang. Alexander-Arnold mengalami peningkatan bertahan di bawah Slot, dan pelatih asal Belanda ini diyakini mampu mengembangkan potensi serupa dari Frimpong.
Kombinasi dengan Salah dan Nilai Tambahan Lain
Satu di antara kombinasi yang paling dinanti tentu saja kolaborasi Frimpong dengan Mohamed Salah di sisi kanan. Seiring bertambahnya usia, Salah cenderung lebih sering bergerak ke tengah. Kehadiran Frimpong yang rajin menusuk dari sisi luar bisa membuka ruang bagi sang bintang asal Mesir.
Tak hanya itu, pengalamannya bermain lebih maju bisa membuatnya menjadi pelapis ideal jika Salah absen, misalnya saat Piala Afrika.
Konsistensi juga jadi nilai plus: Frimpong tampil dalam 95 dari 103 pertandingan Leverkusen dalam dua musim terakhir—rekor yang menandakan kebugaran dan stabilitas performa.
Selain itu, statusnya sebagai pemain "homegrown" karena pernah menimba ilmu di Manchester City juga menjadi keuntungan tersendiri bagi Liverpool dari segi regulasi skuad.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Jeremie Frimpong bukanlah 'titisan' langsung dari Trent Alexander-Arnold.Â
Namun, dalam kerangka permainan yang dikembangkan Arne Slot, ia punya semua elemen untuk berkembang menjadi andalan baru Liverpool di sisi kanan—bukan hanya sebagai bek, tetapi juga sebagai senjata ofensif.
Advertisement