Sukses


Fans MU Temukan Sosok Baru untuk Dipuja: Matheus Cunha

Matheus Cunha, calon idola baru di Old Trafford.

Bola.com, Jakarta - Hubungan antara Matheus Cunha dan Manchester United (MU) terasa seperti cinta pada pandangan pertama.

Didatangkan dengan mahar 62,5 juta paun dari Wolverhampton Wanderers, penyerang asal Brasil itu hanya butuh 20 menit untuk menemukan ritmenya di Old Trafford.

Kendati United kalah 0-1 dari Arsenal pada laga pembuka Premier League 2025/26, Minggu (17-8-2025), penampilan debut Cunha cukup meninggalkan kesan mendalam bagi suporter.

Cunha membawa aura berbeda. Ia flamboyan, kreatif, penuh energi, kadang emosional, tetapi selalu tampil sepenuh hati.

Karakter seperti inilah yang selama ini dicari para penggemar MU, sosok pemberontak yang bermain bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kepentingan klub.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Dibandingkan Legenda, tapi dengan Catatan

Tak ada yang berani menyamakan Cunha dengan nama-nama besar, seperti Eric Cantona atau Wayne Rooney.

Cantona begitu penting hingga Sir Alex Ferguson pernah nekat berkeliling Paris dengan motor mencari sang bintang yang tiba-tiba menghilang. Sementara Rooney mencatatkan 253 gol dan menjadi top scorer sepanjang masa MU.

Keduanya bukan sekadar pemain hebat, tetapi juga punya keyakinan diri, keberanian, dan kualitas teknis untuk mengenakan seragam merah tanpa terbebani sejarah klub.

Pertanyaannya, bisakah Cunha menapaki jalan serupa?

Tanda-tanda awal menunjukkan dirinya tidak gentar menghadapi tekanan.

"Stretford End" sudah lama merindukan sosok yang bisa menghidupkan permainan setelah kecewa dengan performa Marcus Rashford, terutama sejak kontrak barunya pada 2023 dianggap tak sebanding dengan kontribusinya di lapangan.

Kini, mereka menemukan idola baru.

3 dari 5 halaman

Aksi Menghibur, Energi yang Menular

Cunha diturunkan Ruben Amorim, sebagai gelandang serang kiri dalam formasi 3-4-2-1. Ia bukan hanya menguasai bola, melainkan "mengajak" bola berpetualang ke jantung pertahanan lawan.

Delapan kali sentuhan kakinya berhasil melewati Riccardo Calafiori, Declan Rice, Martin Zubimendi, dan Gabriel.

Ia sempat melepaskan tembakan cepat sebelum William Saliba menutup ruang, memang belum mengancam David Raya, tetapi cukup menunjukkan perpaduan teknik, kecepatan, dan keberanian yang membuat fans bersorak.

Jejak masa kecilnya bermain futsal di Recife terlihat jelas. Gerakan pirouette ala Zidane ia gunakan untuk mengecoh Jurrien Timber dan Kai Havertz. Tanpa bola, ia tetap bekerja keras: menekan Raya, mengejar Havertz, bahkan berlari mundur untuk menghentikan Gabriel Martinelli.

Satu momen yang menimbulkan kontroversi adalah ketika ia dilanggar Saliba di kotak penalti, tetapi tidak diberi hadiah tendangan 12 pas.

4 dari 5 halaman

Karakter Keras yang Bisa Jadi Pedang Bermata Dua

Meski punya energi positif, Cunha juga dikenal emosional. Dalam 72 laga bersama Wolves, ia mengoleksi 18 kartu kuning. Maret lalu, ia pernah diusir wasit usai adu kepala dengan Milos Kerkez dari Bournemouth.

Laporan wasit ke komisi independen menyebut Cunha sempat sulit ditenangkan, tetapi pada akhirnya bersikap kooperatif setelah mendapat penjelasan.

"Dia tidak pernah bersikap agresif atau tidak sopan kepada saya, dia hanya ingin penjelasan," ujar Rob Jones, wasit keempat saat itu.

Namun, insiden itu tetap berbuah larangan tambahan satu pertandingan. Sebelumnya, ia juga pernah mendapat sanksi dua laga akibat menyikut petugas keamanan Ipswich, meski kemudian menebusnya dengan membeli kacamata baru setelah merusakkan milik sang petugas.

MU tentu sudah mempelajari latar belakang Cunha. Mereka tahu, pemain berusia 26 tahun ini butuh rasa dihormati, meski kadang bersikap berlebihan.

5 dari 5 halaman

Saatnya Matang di Klub Besar

Cunha selama ini dikenal kurang stabil. Kariernya berpindah-pindah: dari Sion ke RB Leipzig, Hertha BSC, lalu Atletico Madrid, sebelum akhirnya diboyong Wolves. Ia sempat bersitegang dengan Diego Simeone hingga harus dipinjamkan.

Beberapa pelatih menyoroti kekurangannya: finishing yang lemah (Julian Nagelsmann di Leipzig), etos kerja (Pal Dardai di Hertha), hingga bahasa tubuh di lapangan (Vítor Pereira di Wolves). Catatan di Timnas Brasil juga tak meyakinkan: hanya satu gol dari 15 penampilan dalam empat tahun.

Namun, tanda-tanda kedewasaan mulai muncul. Carlo Ancelotti, yang kini melatih Brasil, memainkannya dalam dua laga terakhir. Ruben Amorim juga terlihat sangat percaya pada kemampuannya.

Bahkan lawan-lawan pun memberi respek. Jamie Vardy sempat menuliskan pesan di kostum yang ia berikan kepada Cunha: "Semoga sukses untuk kariermu, Bro!"

 

Sumber: SI

Lihat Selengkapnya

Video Populer

Foto Populer