Sukses


3 Efek Fatal Kepergian Trent Alexander-Arnold bagi Liverpool: Mohamed Salah Tak Tajam, Taktik Arne Slot Berantakan

Berikut ini tiga efek fatal kepergian Trent Alexander-Arnold dari Liverpool pada musim panas lalu.

Bola.com, Jakarta - Liverpool menghadapi dilema besar terkait masa depan Trent Alexander-Arnold pada akhir tahun lalu. Kontrak Alexander-Arnold akan berakhir pada 30 Juni 2025, sedangkan Real Madrid terus menggoda sang bek untuk bergabung.

Hingga akhirnya, pemain Timnas Inggris itu cabut dari Stadion Anfield dan melanjutkan kariernya bersama Madrid. Kepergian Trent Alexander-Arnold pun membawa dampak negatif terhadap permainan Liverpool.

Saat ini, Skuad Si Merah tengah terpuruk. Takluk 1-2 dari Manchester United di Anfield pada 19 Oktober lalu, menjadi kekalahan keempat beruntun Liverpool di semua kompetisi.

Manajer The Reds, Arne Slot, masih belum bisa menemukan cara mengisi lubang besar yang ditinggalkan sang eks kapten kedua. Kepergian Alexander-Arnold bukan hanya soal kehilangan bek kanan kreatif.

Dampaknya merembet ke seluruh lini, terutama ke Mohamed Salah yang kini tampil jauh di bawah performa terbaiknya. Berikut ini tiga efek fatal kepergian Trent Alexander-Arnold dari Liverpool.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Mohamed Salah Kehilangan Pemasok Utamanya

Dari semua efek kepergian Alexander-Arnold, yang paling terasa jelas adalah menurunnya performa Mohamed Salah. Winger Timnas Mesir tersebut mengalami musim terburuknya sejak berseragam Liverpool.

Di Premier League musim ini, Salah minim sentuhan, jarang menembak, dan tak lagi menjadi ancaman konstan di kotak penalti lawan. Berdasarkan data yang dilansir The Telegraph, Mohamed Salah kini rata-rata hanya menyentuh bola 39 kali per laga, terendah sepanjang kariernya di Liverpool.

Jumlah tembakannya juga anjlok dari 3,2 menjadi hanya 1,8 per laga. Sementara itu, sentuhan di kotak penalti lawan turun drastis dari 9,5 menjadi 5,2 kali per pertandingan.

Dampaknya pun cukup terasa. Mantan pemain AS Roma tersebut baru mencetak dua gol dari delapan laga Premier League musim ini, jauh dari 29 gol yang dia cetak pada musim lalu.

Opta mencatat, musim lalu Alexander-Arnold memberikan 147 umpan terobosan ke arah Mohamed Salah, terbanyak di Premier League, jauh di atas kombinasi terbaik berikutnya, yakni Josko Gvardiol ke Jeremy Doku (108 kali).

Kini, dari tiga pemain yang bergantian menempati posisi bek kanan (Conor Bradley, Jeremie Frimpong, dan Dominik Szoboszlai), tidak satu pun yang mampu menciptakan peluang untuk Salah.

Tanpa umpan-umpan terobosan khas Trent, Mohamed Salah kini lebih mudah dikawal. Statistik dribelnya menurun drastis: hanya 10 persen dribel yang sukses, dibanding 42 persen pada musim lalu.

 

3 dari 5 halaman

Perubahan Gaya Main Liverpool

Kehilangan Alexander-Arnold membuat Liverpool terpaksa beradaptasi secara taktis. Dari 401 laga Mohamed Salah bersama The Reds sebelum musim ini, 319 di antaranya dia mainkan bersama Alexander-Arnold di sisi kanan.

Duet keduanya sudah terjalin secara alami selama bertahun-tahun. Namun, di bawah Arne Slot, peran bek kanan kini berubah. Liverpool merekrut Jeremie Frimpong, pemain yang lebih mengandalkan kecepatan dan penetrasi daripada visi umpan.

Selain itu, Conor Bradley juga mulai dipercaya. Kini, sumber kreativitas utama The Reds bukan lagi dari bek kanan, melainkan dari gelandang serang seperti Florian Wirtz atau Dominik Szoboszlai.

Perbandingan statistik pun menunjukkan perbedaan mencolok. Alexander-Arnold rata-rata mencatat 7,7 umpan jauh sukses per laga musim lalu, sedangkan Bradley hanya 3,3 dan Frimpong belum mencatat satu pun.

Untuk umpan ke sepertiga akhir lapangan, Alexander-Arnold mencatat 7,9 per laga, sementara Bradley hanya 4,6 dan Frimpong 2.

Berbeda dari Trent Alexander-Arnold yang mengandalkan umpan cepat, Bradley dan Frimpong justru lebih suka membawa bola sendiri. Keduanya mencatat empat "progressive carries" (lari membawa bola ke arah gawang sejauh 10 meter atau lebih) per laga, dibandingkan 1,9 milik Alexander-Arnold musim lalu.

Gaya baru ini membuat Liverpool terlihat lebih banyak menggiring bola, tetapi kurang efisien. Tak heran Slot sempat empat kali mencoba Szoboszlai bermain sebagai bek kanan demi mengembalikan keseimbangan kreativitas yang hilang.

 

4 dari 5 halaman

Liverpool Kehilangan Senjata Mematikan dari Bola Mati

Selain kontribusi dari open play, Alexander-Arnold juga dikenal sebagai eksekutor bola mati terbaik yang pernah dimiliki Liverpool. Dari 86 assist-nya untuk The Reds, 21 di antaranya berasal dari tendangan bebas atau sepak pojok.

Kini, tanpa keahliannya, ancaman Liverpool dari bola mati ikut meredup. Pada musim lalu, The Reds mencetak 0,5 gol per laga dari situasi bola mati di Premier League.

Musim ini, angka itu turun separuhnya menjadi 0,25 gol per laga. Dari delapan gol yang lahir dari sepak pojok musim lalu, sejauh ini mereka belum mencetak satu pun.

Sumber: The Telegraph

5 dari 5 halaman

Simak Persaingan Musim Ini:

Lihat Selengkapnya

Video Populer

Foto Populer