Sukses


Liverpool Jadi Contoh Gagal: Belanja Besar, Performa Malah Anjlok

Apa sebenarnya yang ingin dicapai Liverpool musim ini? Pertanyaan itu menjadi sulit dijawab di tengah performa mengecewakan mereka pada awal musim.

Bola.com, Jakarta - Apa sebenarnya yang ingin dicapai Liverpool musim ini? Pertanyaan itu menjadi sulit dijawab di tengah performa mengecewakan mereka pada awal musim. Publik dibuat bertanya-tanya, apa rencana permainan The Reds di bawah Arne Slot? Jika semua berjalan sesuai rencana, seperti apa seharusnya tim ini bermain?

Liverpool sudah mengeluarkan dana besar mencapai £424 juta (sekitar Rp9,4 triliun) untuk belanja pemain pada musim panas lalu. Namun, andai semuanya berjalan mulus, mereka seharusnya juga merekrut bek tengah Marc Guéhi dari Crystal Palace seharga tambahan £40 juta.

Cedera panjang Giovanni Leoni membuat stok bek mereka semakin menipis, sementara performa Ibrahima Konaté makin merosot, terlihat jelas saat Liverpool dibantai 0-3 oleh Manchester City akhir pekan lalu.

Masalahnya, duet Konaté, Virgil van Dijk yang dulu tangguh kini tak lagi solid. Struktur permainan Liverpool justru terlihat rapuh, bukan semata karena performa individu. Slot memang sempat mengembalikan formasi ke susunan musim lalu, namun masalah mendasarnya tampak belum terpecahkan.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Percobaan Formasi dan Transisi yang Gagal

Saat menghadapi Aston Villa, Slot menurunkan 10 pemain yang sudah ada musim lalu plus rekrutan baru Hugo Ekitike. Sementara ketika melawan Real Madrid, Florian Wirtz menggantikan Cody Gakpo.

Liverpool memang menang di dua laga itu, tapi baik Villa maupun Madrid tidak benar-benar menguji kelemahan utama mereka: ruang kosong besar di belakang full-back.

Slot tampaknya mencoba kembali ke dasar, melakukan transisi perlahan setelah upaya awalnya mengubah gaya bermain terlalu cepat. Langkah itu bisa dibaca sebagai pengakuan bahwa proyek ambisius senilai ratusan juta poundsterling tersebut tidak berjalan sesuai harapan.

 

3 dari 6 halaman

Struktur Taktikal yang Tak Seimbang

Perubahan satu elemen dalam tim bisa mengacaukan seluruh keseimbangan. Contohnya, tanpa Trent Alexander-Arnold, Liverpool kehilangan pemain yang biasa bergerak ke tengah untuk membantu Ryan Gravenberch menjaga pertahanan, sekaligus membuka ruang bagi Alexis Mac Allister dan Dominik Szoboszlai untuk lebih bebas menyerang.

Slot diyakini merasa sistem lama Liverpool sudah terbaca lawan, apalagi setelah klub tidak banyak berbelanja musim lalu. Ia pun ingin meninggalkan jejak taktiknya sendiri. Namun pertanyaan besar muncul: apa sebenarnya tujuannya? Bagaimana seharusnya tim ini terlihat jika rencananya berhasil?

 

4 dari 6 halaman

Belanja Besar, Tapi Tanpa Arah yang Jelas

Liverpool mendatangkan dua striker mahal, Alexander Isak dan Ekitike, dengan total biaya £210 juta. Mungkin Slot berencana menggunakan keduanya secara bergantian agar selalu segar, tapi untuk pemain seharga itu, skema rotasi terasa janggal.

Masalah makin rumit dengan kedatangan Florian Wirtz senilai £100 juta. Ia diyakinkan akan bermain di posisi sentral agar mau pindah dari Bayer Leverkusen. Slot sempat mencoba skema 4-2-3-1, menempatkan Wirtz di tengah, tapi hasilnya lini belakang Liverpool justru sangat terbuka, bahkan ketika mereka masih meraih kemenangan di awal musim.

Wirtz tampak kesulitan beradaptasi dengan intensitas Premier League. Ia dan Mohamed Salah sulit dimainkan bersamaan tanpa membuat lini tengah kewalahan. Dalam kompetisi sekeras Liga Inggris, hal itu menjadi risiko besar.

 

5 dari 6 halaman

Ketidakseimbangan Serangan dan Masa Depan yang Buram

Bisa jadi hanya dua dari empat pemain depan, Isak, Ekitike, Wirtz, dan Salah, yang bisa bermain bersamaan tanpa merusak keseimbangan tim. Jika Slot memang sedang mempersiapkan era setelah Salah, tetap sulit dipahami seperti apa visi besarnya. Mungkin ia mengincar formasi 4-3-1-2, dengan Wirtz di belakang dua striker, sementara lebar lapangan ditanggung full-back seperti Milos Kerkez dan Jeremie Frimpong.

Namun untuk saat ini, Liverpool justru menjadi contoh nyata bagaimana klub besar bisa memperburuk keadaan dengan belanja besar tanpa arah yang jelas. Dari tim solid menjadi eksperimen mahal yang kehilangan identitas.

6 dari 6 halaman

Persaingan di Liga Inggris 2025/2026

  • Liverpool FC merupakan klub tersukses asal Inggris di eropa. Raihan 5 trofi dari 7 final menjadi bukti betapa berbahayanya Liverpool di rana
    Liverpool FC merupakan klub tersukses asal Inggris di eropa. Raihan 5 trofi dari 7 final menjadi bukti betapa berbahayanya Liverpool di rana
    Liverpool FC merupakan klub tersukses asal Inggris di eropa. Raihan 5 trofi dari 7 final menjadi bukti betapa berbahayanya Liverpool di rana
    Liverpool
  • bola
    Liga Inggris atau lebih dikenal dengan Liga Primer Inggris merupakan kompetisi utama di Inggris yang diikuti 20 tim untuk mendapatkan gelar
    Liga Inggris
  • SportBites
  • Premier League

Video Populer

Foto Populer