Sukses


Data WHO: Jumlah Perokok di Asia Tenggara Turun, Eropa Kini Terbanyak

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis data jumlah perokok di dunia. Ada perubahan di beberapa wilayah.

Bola.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis data jumlah perokok di dunia. Ada perubahan di beberapa wilayah. 

Asia Tenggara, yang dulunya dikenal sebagai kawasan dengan konsumsi tembakau tertinggi, kini menjadi pemimpin global dalam upaya pengurangan penggunaan tembakau.

Wilayah ini telah berhasil menurunkan jumlah perokok lebih dari 25 persen. Sejak tahun 2010, Asia Tenggara telah melakukan langkah signifikan dalam memangkas konsumsi tembakau secara besar-besaran.

Pada masa lalu, kawasan ini memiliki tingkat penggunaan tembakau per kapita tertinggi di dunia, tetapi saat ini posisinya telah turun menjadi peringkat kedua menurut data dari WHO, dengan Eropa kini menduduki peringkat teratas.

Pencapaian ini sangat berarti mengingat Asia Tenggara menampung sekitar 25 persen dari total populasi dunia.

Di awal abad ke-21, lebih dari setengah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas di kawasan ini adalah pengguna tembakau. Namun, WHO memperkirakan bahwa pada 2030, angka ini akan menurun drastis, di mana kurang dari satu dari lima orang akan mengonsumsi produk tembakau.

"Penurunan ini luar biasa, meski sejalan dengan tren global," ungkap Kamran Siddiqi, profesor kesehatan masyarakat dari University of York, Inggris, seperti yang dikutip dari laman DW Indonesia, Kamis (16/10/2025).

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Makin Menjauh dari Penggunaan Tembakau

Secara keseluruhan, masyarakat di seluruh dunia semakin menjauh dari penggunaan tembakau sejak tahun 2000.

Perubahan ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang membatasi penjualan dan iklan rokok, serta meningkatnya kesadaran publik mengenai bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok.

Pada 2010, WHO menetapkan target untuk mengurangi penggunaan tembakau sebesar 30 persen dalam kurun waktu 15 tahun.

Dari semua kawasan di dunia, hanya Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika yang diperkirakan dapat mencapai target tersebut.

Penggunaan tembakau, baik secara langsung maupun melalui paparan asap rokok pasif, dapat memicu berbagai penyakit serius, termasuk kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, dan asma.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Ada 120 Juta Perokok

Data terbaru dari WHO mengindikasikan adanya penurunan global dalam konsumsi tembakau. Saat ini, terdapat sekitar 120 juta perokok yang lebih sedikit dibandingkan tahun 2010, yang berarti terjadi penurunan sebesar 27 persen dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

Di kawasan Asia Tenggara, lebih dari setengah pengguna tembakau telah berhenti. Dampak positif dari pengurangan ini dapat dirasakan dengan cepat, karena perbaikan kesehatan dapat terjadi hanya dalam beberapa hari setelah seseorang berhenti merokok.

Namun, meskipun ada kemajuan, sekitar 20 persen populasi dunia masih menggunakan produk tembakau, termasuk tembakau kunyah, kantong tembakau, dan rokok elektronik.

WHO mencatat bahwa penurunan konsumsi tembakau berlangsung lebih lambat di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Setiap tahunnya, tembakau bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta kematian langsung, serta tambahan 1,6 juta kematian akibat paparan asap rokok pasif.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Bagaimana Asia Tenggara Bisa Berhasil?

Diperkirakan bahwa Asia Tenggara telah berhasil mengurangi konsumsi tembakau hingga 40 persen sejak 2010, terutama disebabkan oleh semakin banyaknya pria yang berhenti merokok.

Pada 2000, sekitar 70 persen pria di kawasan ini merupakan pengguna tembakau. Saat ini, angka tersebut telah berkurang menjadi setengahnya.

Menurut Ravi Mehrotra, seorang profesor di Emory University, AS, keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya bersama yang dilakukan oleh berbagai pihak di seluruh lapisan masyarakat.

"Banyak pihak berperan penting, mulai dari peneliti, tenaga kesehatan, hingga pembuat kebijakan," ujarnya kepada DW.

Berbagai kebijakan telah diterapkan, seperti pelabelan peringatan kesehatan pada kemasan, larangan merokok di tempat umum, pendidikan antirokok di sekolah-sekolah, serta kampanye yang melibatkan aktor dan atlet sebagai teladan positif.

Beberapa negara juga menerapkan pendekatan yang unik. Misalnya, India mewajibkan tayangan peringatan kesehatan di setiap adegan film atau serial yang menunjukkan aktivitas merokok.

Video Populer

Foto Populer