Sukses


Kisah Perjuangan Merintis Bulutangkis Brasil dari Kawasan Kumuh

Bola.com, Rio de Janeiro - Brasil bakal mengukir momen-momen bersejarah saat menggelar Olimpiade 2016, pada awal Agustus ini. Selain menjadi tuan rumah olimpiade yang pertama di Amerika Latin, Brasil juga akan menjalani debut di cabang bulutangkis. 

Ya, sejak bulutangkis dipertandingkan di olimpiade pada 1992, Brasil belum pernah berpartisipasi. Namun, kali ini Brasil bakal turun bertanding, dengan diwakili dua atlet, masing-masing di tunggal putra dan putri. Mereka adalah Ygor Coelho de Oliveira dan Lohaynny Vincente.

Dua atlet tersebut punya kesamaan, yakni sama-sama berlatih di Miratus Center, sebuah klub bulutangkis di Chacrinha, daerah kumuh atau favela di Rio de Janeiro. Sebanyak 200 atlet dari segala kelompok umur berlatih di sana.

Sosok yang memiliki ide membentuk klub bulutangkis pertama di favela ini adalah Sebastiao de Oliveira, ayah Ygor. Dia menghabiskan masa kecilnya di Chacriha sebagai pemulung, sebelum menjadi guru di sebuah Sekolah Menengah Atas.

Dia mulai mengetahui bulutangkis pada 1998, gara-gara dikenalkan oleh kawan seprofesi, saat melakukan perjalanan ke Italia. Sang teman kemudian mengajaknya membuat lapangan bulutangkis pertama di Charcrinha.

"Saya bertanya kepadanya, apa raket ini dimainkan dengan bola tenis, karena sepertinya raket ini tidak bisa memukul dengan jauh. Lalu dia menjawab, ini dimainkan dengan shuttlecock. Dia menyarankan agar saya membangun lapangan bulutangkis pertama di Chacrinha. Saya menyetujui rencana tersebut, karena sepertinya olahraga ini memilih saya," jelas De Oliveira, seperti dilansir New York Time, awal pekan ini. 

De Oliviera dan sang teman mengubah sebuah kolam renang yang tidak terpakai di favela tersebut menjadi lapangan bulutangkis. Ternyata, olahraga itu berhasil menarik minat banyak orang. De Oliviera kemudian membuat gedung bulutangkia yang memiliki lapangan. Gedung itu berdiri megah 17 tahun setelah dia mengawali impiannya membangun lapangan bulutangkis. 

“Semua uang yang saya hasilkan ada di gedung ini. Saya membangunnya dengan uang, keringat, dan darah saya," jelas dia. 

“Sebagai orang yang tumbuh di favela, mimpi saya adalah agar anak-anak yang tinggal di sini dikenal karena pencapaiannya," imbuh dia. 

Miratus mulai melahirkan para juara. Sejak 2006, atlet Miratus sudah memenangi 68 medali dari berbagai kejuaraan, dan 22 di antaranya adalah emas. Mereka juga mengoleksi lebih dari 30 gelar di Amerika Selatan Youth Games.

De Oliveira memiliki metode menarik untuk mengajarkan bulutangkis, yakni dengan menggunakan musik samba. Musik samba yang digabungkan dengan gerakan dasar saat bermain bulutangkis membuat latihan menjadi lebih menyenangkan dan Miratus kebanjiran peminat.

“Sebenarnya saya ingin menggunakan lompat tali untuk melatih kelincahan, tapi tidak ada satupun yang suka, jadi saya menggunakan musik samba yang disukai murid-murid saya," jelasnya.

Sumber: New York Times

Video Populer

Foto Populer