Sukses


    Mantan Pemain Timnas Indonesia Mengkritik Pemanggilan Boaz Solossa

    Bola.com, Surabaya - Pemanggilan Boaz Solossa ke Timnas Indonesia untuk uji coba kontra Mauritius menuai kritik. Kali ini, kritik itu datang dari penggawa Timnas Indonesia era 80-an dan 90-an, Hanafing. 

    Hanafing menilai kualitas yang dimiliki oleh Boaz sebagai pemain depan sudah menurun. Hal itu dibuktikan dengan catatan striker berusia 32 tahun yang tidak masuk lima besar top scorersementara Liga 1 bersama Persipura. 

    “Menurut saya, Boaz sudah habis masanya di timnas. Dia sudah tinggal sisa-sianya saja. Kalau di klub, dia masih boleh lah, tapi di timnas dia sudah waktunya pensiun. Jangan lihat nama, dulu mungkin hebat, sekarang sudah menurun,” kata Hanafing kepada Bola.com, Minggu (9/9/2018). 

    “Harusnya cari striker lain yang muda dan potensian. Boaz mengalami penurunan kecepatan. Penampilan di klub sudah tidak top scorer dan kemampuan fisik sudah menurun. Pemain itu kalau usia sudah kepala tiga pasti mengalami penurunan,” imbuh pria berusia 55 tahun itu.

    Selain Boaz, terdapat striker muda milik Arema FC, Dedik Setiawan (24 tahun), yang masuk Timnas Indonesia. Lalu, Ilham Udin Armaiyn (22 tahun) merupakan striker Selangor FA juga mendapat kesempatan yang sama. 

     

    2 dari 2 halaman

    Striker Muda

    Hanafing berpendapat bahwa seharusnya Timnas Indonesia saat ini memberi banyak kesempatan kepada pemain muda. Dia bahkan mengusulkan satu nama muda, yaitu Dendy Sulistyawan yang juga memiliki kualitas bersama Persela Lamongan. 

    “Dendy itu salah satu striker muda potensial juga. Coba panggil saja dia. Pemain muda itu sangat penting karena itu bisa mengasah mental dan kemampuan mereka di level internasional,” ucap mantan pemain Niac Mitra itu.

    Hanafing kemudian mencontohkan bahwa dirinya pernah membawa prestasi gemilang untuk Timnas Indonesia. Dia mulai menjalani debut bersama Garuda pada usia 20 tahun di era 80-an. 

    Hasilnya, Timnas Indonesia arahan pelatih asal Rusia, Anatoli Polosin meraih medali emas SEA Games 1991. Saat itu, Widodo Cahyono Putro yang merupakan striker muda menjadi andalan hingga melahirkan gol salto spektakuler di Piala Asia 1996. 

    “Kalau saya pelatih timnas, saya akan mencari pemain yang punya potensi dikembangkan jangka panjang. Kita membangun Tim tidak usah mengharapkan pemain senior. Mungkin tim senior perlu berbagi penglaman, tapi pondasinya harus pemain muda,” tandas pria yang dalam proses kursus lisensi pelatih AFC Pro itu.

    Video Populer

    Foto Populer