Sukses


Olimpiade, Pesta Olahraga yang Mengubah Dunia

Bola.com, Jakarta - Momen bersejarah tercipta pada 6 April 1896. Sebanyak 241 pria dari 13 negara berkumpul di Athena Yunani untuk berpartisipasi pada edisi perdana olimpiade modern. Raja Georgios I dari Yunani dan 60.000 penonton hadir menjadi saksi hidup dalam upacara pembukaan pesta olahraga bersejarah ini.

Menengok ke belakang, jauh sebelum perhelatan akbar di Athena tersebut, olimpiade kuno sudah dikenal sejak 776 tahun Sebelum Masehi (SM). Olimpiade pertama digelar di Olympia, Yunani. Event serupa digelar setiap empat tahun sekali, untuk menghormati Dewa Yunani, Zeus.

Zeus, yang merupakan dewa tertinggi di Yunani, dipercaya bermukim di Gunung Olimpus yang kemudian dipakai sebagai nama olimpiade. Para olahragawan terbaik dari berbagai penjuru Yunani berdatangan ke arena di sekitar Gunung Olimpus untuk berkompetisi. Semuanya bertanding sebagai perseorangan, bukan sebuah tim. Sebelum bertanding mereka biasanya berlatih keras selama 10 bulan.

Pertandingan di olimpiade kuno mayoritas sangat keras, misalnya lomba pacuan kuda tanpa pelana, hingga lari tanpa alas kaki. Pertandingan yang terberat adalah pankration, yang merupakan perpaduan tinju dan gulat tradisional.

Abad ke-6 dan ke-5 diketahui sebagai masa keemasan Olimpiade kuno. Tapi, sejak Yunani jatuh ke tangan Romawi, pamor Olimpiade meredup. Kematian olimpiade tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Tapi, ahli sejarah berkesimpulan olimpiade kuno berhenti setelah dilarang oleh Kaisar Romawi, Theodosius, pada 393 Masehi. Dia memerintahkan semua praktek-praktek kuno harus dilenyapkan, termasuk olimpiade. Pesta olahraga yang bersejarah itu pun berakhir, hingga baru lahir kembali 1.500 tahun berselang.

Olimpiade modern pertama di Athena hingar bingarnya tentu jauh dibandingkan dengan era terkini yang menyedot biaya hingga triliunan rupiah. Pada 1896, pertandingan renang digelar di laut terbuka dan Amerika Serikat yang sebelumnya tak dianggap berbahaya mampu menjadi kampiun cabang tersebut. Adapun lomba balap perahu batal digelar karena tak ada satu pun kapal yang muncul saat perlombaan.

Seiring bergulirnya waktu, olimpiade bertransformasi menjadi pesta olahraga yang sangat megah dan berpengaruh di dunia. Pada Olimpiade London 2012, atlet yang berpartisipasi mencapai 27.000 orang berasal dari sekitar 200 negara. Komposisi atlet pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 juga hampir sama. Sedangkan total cabang olahraga yang dipertandingkan sebanyak 28 (dengan 42 disiplin olahraga), melonjak jauh dibandingkan Olimpiade I yang hanya melombakan sembilan cabang.

Apa yang istimewa dari olimpiade jika dibandingkan dengan event-event lainnya? Selain fakta pesta olahraga ini melibatkan hampir seluruh di negara di Bumi, olimpiade kerap menjadi panggung yang mendorong terjadinya perubahan di dunia. Olimpiade sangat jarang berlangsung tanpa bermuatan politis maupun direcoki kontroversi yang sangat jauh dari dunia olahraga, mulai dari propaganda Hitler hingga protes di Beijing. 

2 dari 3 halaman

1

Misi Mulia Olimpiade 

Ketika aristrokat asal Prancis, Pierre de Coubertin, merancang versi anyar Olimpide Yunani kuno, ada misi mulia yang diusungnya. Pada akhir abad ke-19, dunia dikacaukan oleh konflik-konflik internasional. De Coubertin meyakini olimpiade bisa menjadi jalan untuk mempromosikan perdamaian antarnegara sekaligus pesta olahraga.

Cita-cita mulia sang pria Prancis untuk mengampanyekan perdamaian melalui olimpiade tak berujung sia-sia. Dunia menjadi saksi sejumlah momen menyentuh di ajang multievent empat tahunan tersebut. Salah satu yang bersejarah adalah saat Cathy Freeman (Aborigin Australia) memenangi lomba lari 400 meter di hadapan para penonton di Olimpiade Sydney 2000. Kemenangan Freeman dianggap sebagai simbol rekonsiliasi Australia dengan suku Aborigin yang merupakan penduduk asli Negeri Kanguru.

Yang tak kalah bersejarah adalah kemeriahan Olimpiade Barcelona 1992. Jerman untuk kali pertama berpartisipasi sebagai satu negara tunggal (sebelumnya turun mengusung bendera Jerman Barat dan Jerman Timur) sejak 1964. Selain itu, Afrika Selatan akhirnya juga diundang kembali tampil di olimpiade setelah absen selama 30 tahun akibat apartheid.

Namun, ada sesuatu yang tampaknya tak diprediksi oleh De Coubertin. Baron asal Prancis itu mungkin tak menduga ajang olimpiade juga bakal dipakai sebagai panggung pertikaian politik. Olimpiade modern faktanya telah menyuguhkan insiden-insiden kontroversial yang jauh dari nilai-nilai sportivitas olahraga.

Berlin, 1936. Ini adalah olimpiade pertama sejak berakhirnya era depresi dunia yang awalnya diharapkan menjadi perayaan atas kemenangan penduduk dunia melewati berbagai kesulitan besar yang mengadang. Sayangnya, olimpiade ini malah dimanfaatkan sebagai mesin propraganda Hitler. Ditaktor Jerman itu ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Jerman toleran dan damai. Untuk meyakinkan publik dunia, Hitler membangun kompleks olahraga yang sangat besar dan megah. Bendera olimpiade dan swastika menghiasi monumen dan rumah di Berlin, serta secara diam-diam menyingkirkan tanda-tanda anti-Yahudi.

Jerman akhirnya memenangi Olimpiade ke-11 tersebut. Namun, ada satu momen yang benar-benar “menampar” Hitler yang sangat mengagungkan ras Arya dan meyakini bahwa ras yang lemah mesti dimusnahkan. Kebanggaan Hitler ternoda ketika pelari berkulit hitam asal AS, Jesse Owens, berhasil merebut empat medali emas sekaligus. Atlet berusia 22 tahun tersebut mampu membuktikan seorang kulit hitam mampu berdiri sejajar dengan ras Arya maupun para atlet kulit putih.

3 dari 3 halaman

2

Tragedi Olimpiade Munich 

Sementara itu, Olimpiade Munich 1972 dinilai sebagai pesta olahraga yang paling tragis. Jerman kembali didaulat menjadi tuan rumah setelah Olimpiade Berlin 1936. Jerman ingin menghapus kenangan buruk Olimpiade 1936 yang dijadikan alat propaganda Hitler. Kali ini, pesta olahraga terakbar sejagat itu dilingkupi dengan keceriaan dan kegembiraan.

Namun, semuanya berubah menjadi malapetaka pada hari ke-10. Perkampungan Olimpiade diserbu teroris, terjadi penyanderaan dan pembunuhan. Sebanyak 11 sandera asal Israel, seorang polisi Jerman, dan lima teroris tewas. Dunia pun berduka. Sekitar 80.000 orang memadati Stadion Olimpiade Munich setelah kejadian itu untuk mengikuti upacara tanda berkabung. Presiden Jerman, Gustav Heinemann, mengaku seluruh negeri tercengang menyaksikan kejahatan keji tersebut.

Yang menarik, Presiden Komite Olimpiade Internasional, Avery Brundage, mengambil keputusan kontroversial dengan tetap melanjutkan event tersebut. Namun, sebagian atlet telah kehilangan gairah dan memutuskan pulang ke negara masing-masing.

Olimpiade Beijing 2008 tak kalah menarik. Ketika ditunjuk sebagai tuan rumah multievent bergengsi itu, China sangat antusias. Negeri Tirai Bambu punya kesempatan untuk menunjukkan perkembangan pesat mereka (terutama sektor ekonomi) kepada dunia. China ingin membuktikan telah bertransformasi menjadi kekuatan utama dalam percaturan dunia di berbagai bidang, bukan lagi negara kelas dua.

Cita-cita China tersebut tak berjalan mulus. Perhelatan Olimpiade Beijing 2008 direcoki dengan ajakan boikot yang dikomandoi para aktivis hak asasi manusia. Mereka menilai Beijing tak layak menggelar olimpiade karena China terlibat dalam konflik di Darfur, Sudan, dan masih panasnya tensi di Tibet, serta berbagai masalah hak asasi manusia yang terjadi di Negeri Tirai Bambu itu sendiri. Tapi, protes itu gagal. Olimpiade tetap berlangsung dengan megah dan meriah.

Ya, sejarah membuktikan olimpiade bukan sekadar pesta olahraga biasa. Drama, kontroversi, agenda politis, hingga misi perdamaian kerap menyusup di antara momen-monen saat para atlet berjibaku di lapangan memperebutkan medali demi kebanggaan pribadi dan negeri. Faktanya, olimpiade telah mengubah dunia, baik dari sisi baik maupun sisi buruk.

Video Populer

Foto Populer