Sukses


Kolom: Voting Rio Haryanto Dalam Kemasan 17-an

Bola.com, Jakarta - Apakah kita mesti berada jauh dari Ibu Pertiwi untuk bisa lebih merasakan betapa dahsyatnya lagu kebangsaan Indonesia Raya?

Peringatan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus di kediaman kami, yang terpisah lebih dari 7.000 mil dari Jakarta, saya tandai dengan membuat nasi kuning ditambah penyerta perkedel, dadar telur, urap sayuran, dan ayam goreng kecap. Lantas meletakkan bendera Merah Putih di perpustakaan kecil di rumah.

Semangat 17-an

Sementara di lini masa media sosial saya yang terpaut enam jam (BST, British Summer Time) salah satunya memunculkan ucapan Selamat Hari Kemerdekaan buat pebalap Formula One (F1) pertama kita, disertai potret Rio Haryanto tengah mencium Sang Merah Putih. Dikirim oleh seorang penggemarnya, yang bukan orang Indonesia. Ini tidak berarti fans dia yang bertanah tumpah darah sama dengan kita tidak menaruh kepedulian. Namun saya ingin menggarisbawahi, bahwa fanatisme juga berarti sebuah kepercayaan akan prestasi dan reputasi seseorang, tanpa mempersoalkan adanya perbedaan.

Yang menggetarkan hati adalah postingan sang pebalap sendiri. Di akun Instagram-nya, Rio mengunggah video dirinya menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama pihak penyandang dana dan pemerintahan, bersanding dengan bendera kebangsaan kita. Tertulis di situ, yang mengingatkan saya kepada kalimat salah satu presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, "Bukan tentang apa yang telah negara ini berikan kepada kita, tapi apa yang telah kita perbuat dan berikan kepada bangsa ini! Dirgahayu Indonesiaku yang ke-71."

Mendengarkan lagu kebangsaan kita jauh di rantau, berhasil membuat saya merasakan kedahsyatan itu. Sementara tulisan Rio memiliki makna yang mendalam. Berhasil mengantar saya kepada kenangan 17-an yang senantiasa ditemui di Tanah Air. Seperti lomba makan kerupuk, membawa kelereng dengan sendok, balap karung, lari bakiak, panjat pinang, menghias rumah dan jalan, sampai membuat nasi goreng dan menghias tumpeng nasi kuning. Warga tumpah ruah dalam semangat penuh kebersamaan, mulai lingkup paling kecil di lingkungan tempat tinggal.

Bersikap Legawa 

Postingan Rio ini, bagi saya menjadi sebuah pembelajaran. Betapa dia, yang baru berusia setengah dari umur saya--di mana saya mengalami masa-masa mewawancarai abang-abangnya yang lebih dahulu terjun di dunia balap, namun belum berkesempatan melakukan tanya-jawab dengan Rio--mampu menunjukkan dirinya bersikap legawa. Memindahkan beban terhentinya sementara karier di F1 karena masalah pendanaan dari atas bahunya, agar ia dapat lebih leluasa memandang ke depan. Terutama memaknai kemerdekaan NKRI dengan ajakan "Mari kita terus mencetak prestasi untuk Merah Putih", lewat akun Twitter-nya.

Sebuah optimisme dan sikap profesional yang layak diapresiasi, kalaupun dianggap belum sampai pada tahap untuk dikagumi (bagi sebagian orang). Namun yang jelas, driver F1 kenamaan sekaliber Damon Hill pun menyampaikan salut atas kiprah Rio di pentas jet darat. Putusan pun sudah diambil Rio, yaitu menjadi reserve driver bagi tim Manor Racing.

Dengan tetap berada di lingkaran F1, selain menstimulasi fisik dan mental untuk selalu berada dalam kondisi prima sebagaimana disyaratkan bagi seorang driver, alih teknologi, perkembangan teknis dan non-teknis balap sampai pinangan dari berbagai team pun terbuka lebih lebar--seperti disebutkan Mr Hill, semoga bakal segera mendapat tim lagi.

2 dari 2 halaman

1

Voting Rio sebagai Dukungan

Bagi para penggemar Rio, putusan idola mereka tentu diamini. Tetapi soal cara menempatkan pebalap F1 pertama negeri kita di mata dunia, mereka punya cara tersendiri. Ajang voting driver terbaik F1 2016 versi SkySports yang saat ini tengah digelar online, dijadikan medium untuk menunjukkan semangat berbela rasa. Sebuah kebersamaan yang menyelipkan semangat kebangsaan.

Saya sendiri, yang mereka kenal lewat kolom Bola.com (terima kasih Bola.com) maupun via twitter berkenaan Rio Haryanto (terima kasih @RHaryantoracing) serasa seperti bertemu teman lama meskipun baru berkenalan dalam bilangan "detik". Tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya bisa bilang sekarang: bahwa saya memiliki teman-teman sebangsa yang dipersatukan oleh Rio, yang berada di berbagai penjuru dunia dan Indonesia, dengan beragam profesi. Mulai engineer, pakar teknologi informasi, seniman, pengusaha es krim, penerima pesanan pastel dan lemper, pembuat spanduk, sampai mahasiswa serta pelajar. Dengan rentang cukup jauh di atas saya, sepantaran, bahkan baru mencapai setengah dan sepertiga usia saya!

Mereka inilah, yang tanpa lelah saling menyemangati dan mengajak, untuk melakukan voting terhadap Rio Haryanto. Entah mengapa, semangatnya mengingatkan saya kepada sukacita menyambut lomba 17-an. Gotong royong, sama-sama saling mendukung, cepat tanggap, yang dibungkus kebersamaan dan kesederhanaan.

Ketika saya melontarkan pertanyaan di forum mereka, "Apakah panitia penyelenggara voting ini tidak curiga, betapa banyaknya voters untuk Rio?" Jawaban mereka sangat dapat diterima. "Justru kalau voters sedikit malahan menjadi tanda tanya, karena Indonesia adalah salah satu negara berpenduduk terbanyak di dunia." Satu jawaban yang menyusul kemudian, membuat saya mengharu biru. "Apapun yang kita lakukan ini demi kebanggaan kita sendiri. Karena saya merasa ini momentum yang penting buat menunjukkan pada dunia, siapa Rio Haryanto."

Saya pun "melangkah" untuk ikut voting, dengan sebentuk kebanggaan, sama seperti yang dirasakan teman-teman "baru tetapi lama" ini. Serta dengan sukacita membubuhkan tagar di cuitan saya, #WeLoveRH88. Akan berlaga lagi sekarang atau pun nanti, nama Rio sudah dibukukan dalam sejarah sebagai satu-satunya wakil Indonesia, Asia Tenggara, bahkan Asia di pentas F1 tahun 2016. Dan voting ini juga menjadi semacam bentuk salut para pendukung, atas segala yang telah Rio lakukan bagi Merah Putih.

Ukirsari Manggalani

*Penulis adalah Travel writer, penulis cerpen, dan mantan editor sebuah media otomotif di Tanah Air. Saat ini bermukim di London.

Video Populer

Foto Populer