Sukses


Aries Susanti, Impian Emas Olimpiade dan Inspirasi Ibu di Balik Keperkasaan Sang Spiderwoman

Bola.com, Yogyakarta - Punya ambisi, tapi tidak ambisius. Begitulah atlet panjang tebing andalan Indonesia, Aries Susanti Rahayu, menggambarkan secara singkat tentang karakter dirinya. 

"Saya sebenarnya bingung kalau disuruh menilai diri sendiri. Saya takut sudah ngomong banyak hal, tetapi nanti orang-orang menilai ternyata cuma begitu saja. Jadi biarkan orang lain saja yang menilai,"  kata Aries Susanti Rahayu, dalam perbincangan dengan Bola.com di area latihan panjat tebing Kompleks Stadion Mandala Krida Yogyakarta, pada 30 Oktober 2019. 

"Kalau ambisius pokoknya harus, harus, dan harus. Saya tidak seperti itu. Di setiap kompetisi saya berusaha maksimal untuk jadi juara. Tapi, saya tahu Allah yang menentukan, saya hanya bisa berusaha dan berdoa," sambung Aries. 

Aries Susanti tengah berada di pusat sorotan. Dia dijuluki "Spiderwoman", alias sang wanita laba-laba. Aries menjelma menjadi "pahlawan" dan inspirasi bagi banyak orang. 

Kejuaraan panjat tebing IFSC Climbing World Cup 2019 di Xiamen, China, pada Oktober 2019 mengubah dunia Aries Susanti Rahayu. Aries Susanti bukan hanya naik podium tertinggi, tapi juga memecahkan rekor dunia.

Dia menjadi wanita pertama yang finis di bawah tujuh detik dalam kejuaraan panjat tebing nomor speed. Aries mengukir waktu 6,955 detik, mematahkan rekor sebelumnya milik atlet China, Yo Ling Song, dengan 7,101 detik.

Catatan waktu itu sungguh mengagetkan, bahkan bagi Aries sendiri. Dia bertanding dalam kondisi jari tengah yang belum sepenuhnya pulih dari cedera.

Dalam sesi latihan sebelum berangkat ke China, Aries bahkan ngos-ngosan untuk membukukan waktu 7,41 detik karena tengah direcoki cedera. Dia memang pernah menyentuh 6,8 detik dan 6,9 detik di sesi latihan, tapi sudah sangat lama, tepatnya saat persiapan menghadapi Asian Games 2018. Alhasil, Aries berangkat ke China nyaris tanpa beban. Tak disangka, dia malah meraih hasil melebihi mimpi terliarnya.  

Rekor dunia tersebut benar-benar menjadi pembeda. Sontak jutaan mata mengarah kepadanya. Aksi Aries Susanti sudah menjadi inspirasi banyak orang di Tanah Air ketika meraih dua medali emas Asian Games 2018. Tapi, kini Aries telah menebarkan jaring inspirasi ke berbagai berbagai belahan dunia.

Aksinya merayap cepat bak superhero diulas media-media besar dunia, serta viral di dunia maya. Orang-orang terkesima karena sosok manusia laba-laba ternyata tak sekadar superhero khayalan di film, tapi benar-benar ada di dunia nyata.   

Julukan Spiderwoman asal Indonesia kian melekat. Aries tak kuasa menolak julukan tersebut. Tapi, atlet asal Grobogan, Jawa, Tengah itu, menegaskan bukan hanya dirinya yang berhak menyandang julukan tersebut. 

"Saya terserah saja orang-orang mau memanggil apa, seperti Spiderwoman asal Indonesia. Namun, di  Indonesia banyak spiderwoman. Banyak teman-teman saya yang sudah juara juga. Jadi julukan Spiderwoman itu juga buat teman-teman saya juga," tutur Aries Susanti Rahayu

 

2 dari 4 halaman

Tetap Menjadi Diri Sendiri

Kombinasi prestasi tinggi dan ketenaran yang kini digenggam Aries Susanti Rahayu bagaikan dua sisi pedang. Bisa menjadi senjata untuk terus menapak maju, tapi juga berpotensi merusak jika tidak disikapi dan dikendalikan dengan bijak. Aries sangat menyadari fakta tersebut.  

Dia berusaha terus berpijak di bumi. Tetap menjadi dirinya sendiri yang apa adanya. "Saya tetap latihan seperti biasa. Saya tidak mau jadi berubah setelah juara. Tetap menjadi Aries Susanti seperti biasa." 

Aries Susanti merasa beruntung dikelilingi sosok-sosok hebat, terutama staf humas di pelatnas panjat tebing, yang membantunya melewati banyak hal, termasuk sorotan besar publik seperti sekarang. Mereka lah yang berperan sebagai penjaganya, tak lelah menjadi pengingat.  

"Saya dibilangi bahwa sekarang jadi sorotan, jadi harus bisa membatasi diri. Pelatih juga ikut membantu mengatur serta mengingatkan kapan menemui media dan bagaimana tetap fokus latihan. Saya beruntung dikelilingi orang-orang seperti mereka," kata Aries Susanti Rahayu.

Aries menyadari sangat membutuhkan sosok-sosok pengingat dan penjaganya tersebut. Tantangan masih terbentang luas di hadapannya. Rekor dunia bukan impian tertinggi atlet kelahiran 21 Maret 1995 tersebut. Rekor tersebut justru jadi pijakan Aries untuk melompat lebih tinggi dan "merayap" lebih cepat. 

Sepulang dari Xiamen, China, Aries Susanti tak memiliki kemewahan untuk berleha-leha. Jadwal latihan padat langsung menunggunya. Aries harus berlatih keras untuk menghadapi kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 di Paris, Prancis, pada akhir November 2019. Dia juga masih harus berjibaku memulihkan cedera di jari tangannya. 

Olimpiade 2020 akan menjadi momen istimewa bagi para atlet panjat tebing. Ini untuk kali pertama cabang olahraga tersebut akan dipertandingkan di olimpiade. 

Meskipun telah mengukir rekor dunia, bukan berarti Aries Susanti akan mudah meraih tiket ke Tokyo, sekaligus meraih medali di ajang paling bergengsi tersebut. Olimpiade akan menjadi tantangan yang tak mudah bagi Aries. Di olimpiade, nomor yang dipertandingkan adalah kombinasi speed, lead, dan boulder. 

Sejak berkiprah di ajang panjat tebing, Aries telah memilih spesialisasi di nomor speed. Pilihan tersebut terbukti sangat tepat karena rekor dunia telah digenggamnya. Tetapi, Aries kini menghadapi tantangan untuk memaksimalkan kemampuannya di lead dan boulder. Tentu saja itu bukan misi yang mudah. Ada suara-suara keraguan juga yang terarah kepadanya. 

"Ada yang bilang kenapa tidak menurunkan saja yang benar-benar atlet lead dan boulder. Tapi, pelatih pasti punya perhitungan sendiri untuk lolos ke olimpiade," ungkap Aries Susanti. 

"Bagi saya, yang terpenting memaksimalkan dulu yang saya punya, yaitu di speed. Kemudian yang lead dan boulder saya akan berusaha maksimal sesuai kemampuan. Kalau ada yang bilang kemampuan saya di lead dan boulder berbeda drastis dari speesd, memang kemampuan saya baru sampai situ. Namun, saya akan terus berusaha (meningkatkannya)," urai Aries. 

Aries mengatakan akan terus berusaha melangkah maju dan berjuang demi impian besarnya di Olimpiade. Dia memilih mengabaikan orang-orang yang meragukannya. Apalagi, diragukan dan diremehkan bukan sesuatu yang baru bagi Aries Susanti. 

 

3 dari 4 halaman

Sering Diremehkan

Bungsu dari tiga bersaudara itu mengaku sejak kecil dirinya dan keluarganya sudah kerap diremehkan dan jadi bahan omongan orang-orang, tepatnya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Aries mengaku memang tak pernah mendengar langsung omongan meremahkan tersebut. Biasanya sindiran-sindiran tersebut terdengar melalui sang kakak. "Omongan-omongan negatif sudah biasa dari kecil. Dulu ada yang bilang 'mau jadi apa sih kamu nanti'," ungkap Aries. 

Alih-alih terpuruk, putri pasangan Ihsanjaya dan Maryati tersebut malah terlecut untuk membuktikan diri. Apalagi, Aries bukan tipikal orang yang bisa berdiam diri. Dia menyibukkan diri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan positif. Pijakan pertamanya di kancah olahraga dimulai dari lari. Dia menekuni cabang olahraga lari sejak SD hingga duduk di bangku kelas dua SMP. 

Tentu saja, Aries kecil berprestasi di cabang ini. Dia berhasil menjuarai berbagai lomba lari hingga tingkat kabupaten. Namun, sang nasib tak membawanya terus berkecimpung di cabang olagraga tersebut.

Jalan hidup Aries berubah ketika guru olahragnya di SMP menawarinya untuk menjajal panjat tebing pada 2007. Kebetulan, guru olahraganya tersebut masih punya ikatan saudara dengan pelatih panjat tebing Grobogan, Ari Mulyanto. Saat itu, Ari mencari atlet putri untuk persiapan menghadapi Pekan Olahraga Daerah 2009. Tanpa pertimbangan panjang, Aries Susanti menyambar tantangan itu. 

Sejak itu Aries menjalani rutinitas yang melelahkan. Aktivitasnya tak jauh dari sekolah dan latihan. Setiap hari setelah pulang sekolah dia pergi berlatih, kemudian pulangnya diantar sang pelatih. Begitu terus selama berbulan-bulan. Tak heran, Aries sangat menghormati Ari Mulyanto sebagai sosok yang sangat berjasa dalam kariernya. Bahkan, sang pelatih sudah dianggap seperti suadaranya sendiri. 

Ari Mulyanto juga yang mengarahkannya memilih nomor speed sebagai spesialisasinya. "Mas Ari bilang kalau saya mau jadi juara atau malah juara dunia, saya sebaiknya milih speed, karena saya itu belum banyak atlet putri yang terjun ke sana. Ternyata omongan Mas Ari benar. Saya meyakini omongan itu adalah sekaligus doa," kenang Aries. 

Latihan kerasnya tak sia-sia. Pada Porda 2009 Aries meraih medali emas pertamanya di ajang besar. Saat itu, emas diraih pada nomor speed junior. 

"Kaget saja saat itu. Banyak yang tidak menyangka saya dapat emas, soalnya yang ditarget medali sebenarnya yang senior. Tapi, malah junior yang dapat," kata Aries. 

Setelah lulus SMP, Aries pindah ke Semarang. Dia dipilih untuk menjadi sparring partner untuk atlet-atlet pelatda Jateng yang berlatih di Jatidiri. Kehadirannya sebagai sparring partner awalnya sempat dipertanyakan karena saat itu dianggap belum punya prestasi apa-apa. 

Namun, Aries tak patah semangat dan terus berjuang. Pada 2011, dia akhirnya malah bisa menembus masuk tim Jateng. Setahun berselang, Aries Susanti turun di ajang PON 2012, tapi belum berhasil meraih medali.  Baru pada PON Jabar 2016, Aries mengukir prestasi dengan meraih medali perak di nomor speed relay.

Namun, prestasi tersebut tak membuat Aries serta merta dilirik masuk tim pemusatan latihan nasional (pelatnas). Aries tidak dilirik karena tak punya peringkat FPTI, gara-gara hanya mengikuti kompetisi di daerah. Aries sempat kesal dan ingin keluar dari pelatda. 

Aries kemudian memutuskan ikut berlatih di Solo bersama atlet panjat tebing lainnya yang kini jadi kekasihnya, Alfian M. Fajri. "Saya latihan bersama dia di Solo sekitar kurang setahun. Tahu-tahu dipanggil ikut simulasi oleh Bang Hendra Basir (pelatih panjat tebing nasional). Di situ katanya kemampuan saya lumayan kelihatan. Menurut Bang Hendra saya punya potensi, tapi tak dipanggil pelatnas karena tidak pernah mengikuti kejuaraan nasional yang pakai peringkat," urai Aries. 

Pada 2017 Aries Susanti resmi gabung pelatnas. Prestasi Aries melejit dengan cepat. Aries menjalani debut internasional di ajang Kejuaraan Panjat Tebing Asian Championship 2017 di Iran untuk nomor speed dan meraih perunggu. 

Prestasinya menanjak dengan meraih medali perak pada Kejuaraan Dunia 2017 Xiamen, China. Setahun berselang, Aries menyabet perunggu di Kejuaraan Dunia 2018 di Tai'an China.  Karier Aries Susanti semakin melambung setelah meraih emas pada Kejuaraan Piala Dunia 2018 di Chongqing, China, serta menyumbang dua medali emas untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018. Prestasinya makin moncer ketika memecahkan rekor dunia speed. 

 

4 dari 4 halaman

Tentang Menikah Muda dan Sang Ibunda

Namun, Aries Susanti belum ingin berlari. Bahkan, impian lamanya telah bergeser. "Dulu saya ingin menikah muda. Tapi, setelah mengenal prestasi keinginan itu jadi berubah," kata Aries sembari tertawa renyah. 

Kini, impiannya terdekat Aries adalah lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 dan mengejar peluang untuk membawa pulang medali. Tentu saja medali emas menjadi impian terliarnya. Dia ingin menjadi wanita kedua yang mempersembahkan medali emas olimpiade untuk Indonesia setelah Susy Susanti.  

"Semoga (bisa meraih emas). Saya ini mimpinya selangkah demi selangkah. Sekarang mimpi terdekat tentu saja juara di Olimpiade," tegas Aries. 

Demi mewujudkan impiannya tersebut, Aries Susanti bertekad bekerja keras. Salah satunya dengan mengikuti secara detail dan tepat program latihan yang sudah disiapkan oleh tim pelatih. Ada kalanya dia menambah sendiri porsi latuhannya. Aries juga berusaha menjaga pola hidup sehat agar kondisinya selalu prima.

Namun, dia mengakui ada kalanya semangatnya turun karena berbagai alasan. Dalam kondisi seperti itu, ada dua sosok yang selalu bisa diandalkannya. Tim pelatih dan ibundanya. 

"Kalau saya sedang berada di titik bawah, pelatih punya cara sendiri untuk membangkitkan lagi semangat lagi. Mereka malah berkomentar keras. Istilahnya memancing. Dia bilang 'kamu segitu saja bisanya. Seperti itu kok mau jadi juara'. Jadi malah seperti menantang. Kalau sudah seperti itu saya memang malah tertantang membuktikan," urai Aries. 

Tapi, obat paling mujarab bagi Aries ketika terpuruk tak lain ibundanya, Maryati. Ibundanya tersebut juga menjadi sosok yang menginspirasi Aries menjadi tangguh dan tak kenal menyerah. 

Di mata Aries, sang ibu merupakan sosok pekerja keras. Sang spiderwoman bahkan tak kuasa menahan air matanya bergulir turun ketika bercerita tentang sosok yang sangat disayanginya tersebut. 

Saat Aries masih kecil, sang ibunda menjadi tulang punggung keluarga. Demi menjamin roda kehidupan keluarganya terus bergerak, Maryati mengadu nasib sebagai tenaga kerja wanita di Arab Saudi. Dia bekerja selama dua tahun di Arab Saudi, kemudian kembali ke rumah selama tiga tahun. Setelah itu berangkat lagi selama dua tahun. 

Meski kerap jauh dari ibunya saat masih kecil, hubungan mereka sangat dekat. Sang ibunda selalu menjadi sandaran Aries, saat roda kariernya di atas maupun di bawah. Ketika sempat muncul keinginan menyerah dan meninggalkan panjat tebing, sosok ibunya lah yang menjadi pengingat. Sang ibunda pula yang berperan besar mendorongnya hingga sampai di titik ini.  

"Kenapa saya betah di sini, kenapa betah menghadapi omongan orang-orang, salah satunya buat menyenangkan ibu," kata Aries.  

"Setiap hari saya telepon ibu dan juga Mbak saya yang pertama. Kadang seperti orang pacaran, bisa telepon lima kali sehari. Kami bercerita tentang apa saja. Kalau butuh teman ngobrol, ya telepon ibu. Sebelum bertanding saya juga selalu minta restu ke ibu. Kalau sudah di depan wall, baru benar-benar fokus mengikuti instruksi pelatih," urai Aries. 

Aries juga tak ragu menjawab ketika diminta menunjuk sosok yang akan mendapat persembahan khusus jika dirinya berhasil meraih medali di Olimpiade 2020. "Tentu saja akan saya persembahkan untuk ibu saya," pungkas Aries Susanti.  

 

 

Video Populer

Foto Populer