Bola.com, Jakarta - Legenda bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat, sulit menerima kenyataan tak berkibarnya bendera Merah Putih pada podium juara di Piala Thomas 2020. Menurut Taufik, mengibarkan bendera di Merah Putih untuk event bergengsi seperti Piala Thomas tidaklah mudah.
Polemik bendera Merah Putih menodai euforia kemenangan tim bulutangkis Indonesia di Piala Thomas 2020. Sang Saka Merah Putih dilarang berkibar menyusul sanksi dari Badan Anti Doping Dunia (WADA) karena Indonesia gagal memberikan sampel tes doping pada 2020 dan 2021.
Advertisement
Padahal, gelar ini menjadi yang pertama diraih Indonesia di Piala Thomas sejak 19 tahun lalu atau terakhir pada 2002. Taufik sangat menyayangkan insiden seperti ini terjadi pada momen-momen sakral Indonesia.
"Bendera Merah Putih itu sangat identik buat atlet yang memang juara. Kemarin di mana kita sedang euforia kok ada yang kurang yang mana merupakan Bendera Merah Putih tak ada," kata Taufik Hidayat ketika diwawancarai di Mata Najwa.
"Tidak gampang untuk menaikkan bendera ini. Tugas atlet itu hanya berlatih, bertanding, dan memberikan yang terbaik buat bangsa ini," ucap Taufik Hidayat.
Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, membentuk tim khusus untuk mempercepat penyelesaian masalah polemik bendera Merah Putih. Diharapkan sanksi dari WADA bisa segera selesai sehingga Merah Putih bisa kembali bersinar.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bisa Diantisipasi
Taufik Hidayat mengaku, sebenarnya permasalahan ini bisa diantisipasi bila ada koordinasi antara pengurus Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) yang lama dan baru. Menurut Taufik, masalah ini sudah lama dan bisa diselesaikan sejak jauh-jauh hari tanpa menunggu sanksi dari WADA.
"Harusnya sebelum-sebelumnya sudah mencegah. Mungkin dari LADI yang lama ke yang baru. Kalau LADI yang baru masih menyimpan masalah, di situ kan ada dewan yang beranggotakan Sesmen, Deputi, dan yang lain," ucap Taufik.
"Jangan hanya nama saja di situ, namun ikut di dalam juga mengetahui masalahnya. Permasalahan ini kan bukan hanya bulan lalu. Ini sudah lama. Seharusnya itu ya antisipasi," tegas Taufik Hidayat.
Advertisement
Salah Paham
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, menyebut adanya kesalahpahaman antara pihaknya dalam hal ini LADI dengan WADA. Masalah ini dilatarbelakangi adanya sampel yang masih pending sehingga WADA menganggap Indonesia tak kooperatif dalam masalah dopping atlet.
"Saya mendapat informasi tanggal 7 Oktober. Saya masih di Papua menunggu PON. Tanggal 8 langsung saya respons dari Kemenpoira ke WADA," ucap Zainudin Amali.
"Kami sudah jelaskan ke WADA yakni ada kekurangan sampel karena pandami. Saya pikir sudah clear. Ternyata masih ada pending matters. Ada yang belum diinformasikan dari pengurus lama ke yang baru," tegas Zainudin Amali.