Sukses


Menunggu Tradisi Berbeda Usai Riuh Penuh Bintang (2 - Habis)

FENOMENA yang terjadi pada Atletico Madrid menjadi sebagian jawaban dari apa yang saya harapkan. Setidaknya, ketika musim berjalan, tradisi inti kekuatan hanya ada di Barcelona dan Real Madrid, bisa terpatahkan, atau minimal terkoreksi.

Latar keriuhan pasar pemain pada musim panas 2019 bisa terlihat pada hadirnya 10 bintang dunia yang punya kemampuan mumpuni. Selain Joao Felix, di sana ada nama Eden Hazard dan Luka Jovic yang didapat Real Madrid. Masih ada Antoine Griezmann dan Frenkie de Jong milik Barcelona, serta yang diprediksi bakal naik daun; Nabil Fekir asal Real Betis.

Para pendatang lain juga berasal dari beragam negara. Di sana ada Giovani Lo Celso (Argentiina / Real Betis), Éder Militão (Real Madrid / Brasil), Ferland Mendy (Real Madrid / Senegal), pemain sayap kiri Rodrygo (Real Madrid / Brasil), Maxi Gomez (Valencia / Uruguay) dan pemain asal Inggris, Kieran Trippier, yang datang ke Atletico Madrid.

Aktivitas tinggi bursa transfer pemain di pentas La Liga mendapat pengakuan dari beberapa media. BBC Sport menganalisa, sepak terjang perpindahan pemain di panggung La Liga akan melebihi apa yang didapat Premier League.

Media asal Inggris tersebut yakin, La Liga akan melewati Premier League dari sisi besaran uang yang keluar dari kas masing-masing klub, plus nama-nama besar. Hal itu sudah terbukti dengan kehadiran beberapa nama yang punya daya jual tinggi.

Eden Hazard, Joao Felix sampai Antoine Griezmann adalah tiga di antara puluhan nama tenar yang musim ini mendarat ke La Liga. Magnet besar memang masih menjadi milik Premier League. Tapi, seperti dirilis BBC, mereka harus hati-hati dengan sepak terjang Barcelona dkk agar terus menarik perhatian para pemain kelas kakap.

 

2 dari 4 halaman

Usaha Strategi

Sebenarnya, strategi tersebut sama dengan kondisi awal Premier League berkembang, tepatnya pada 1992-an. Apalagi saat kran pemain asing diperbolehkan dalam jumlah besar, suasana Premier League semakin meriah.

Strategi seperti itulah yang kemungkinan sudah ada dalam kepala tim manajemen La Liga. Jika konsisten sanggup menarik atensi para pemain kelas dunia, bisa saja dalam 4 - 5 tahun ke depan, La Liga melebihi pencapaian Premier League.

Satu yang masih menjadi pekerjaan rumah nan teramat besar bagi La Liga adalah mengubah imej. Yup, cap tersebut tertuju kepada keberadaan dua tim yang terlalu dominan; Barcelona dan Real Madrid.

Memang, tak bisa disalahkan dengan nuansa persaingan dua kubu raksasa tersebut. Sah-saha saja jika mereka menguasai La Liga, dan itu sesuai dengan hukum pasar ekonomi. Namun, jika terus-menerus dan tak ada lagi variasi, bisa saja keinginan untuk menyamai atau melebihi Premier League, tinggal isapan jempol semata.

Tengok saja, sebuah liga akan semakin semarak jika setidaknya ada empat tim yang sanggup tampil menawan. Sebagai contoh, di Serie A sudah pasti ada Juventus, AS Roma, AC Milan, Inter Milan, Lazio dan sesekali masuk Fiorentina maupun Napoli.

Sementara itu, di Premier League sudah terkenal dengan The Big Six; Manchester City, Manchester United, Liverpool, Arsenal, Chelsea dan Tottenham Hotspur. La Liga bukan tanpa tim yang kompetitif. Simak saja pada beberapa musim terakhir, dua tim, yakni Atletico Madrid dan Sevilla, sanggup menjadi pesaing.

 

3 dari 4 halaman

Situasi Para Penantang

Sayang, dua penantang tersebut selalu kehabisan bensin pada fase terakhir kompetisi. Alhasil, selalu Barcelona atau Real Madrid yang bergantian berada di puncak. Tentu, publik bakal kangen dengan kemampuan Deportivo La Coruna menggoyang kemapanan Barcelona dan Real Madrid. Masih ingat bukan?

Sebenarnya, sinyal ke arah sana sudah telrihat. Setidaknya, hal itu bisa tercermin dari aktivitas bursa transfer Real Madrid yang tak maksimal. Setelah mendatangkan Eden Hazard, mereka justru kurang trengginas. Apalagi, sempat terkapar 3-7 saat bersua sang rival sekota pada perhelatan International Champions Cup 2019.

Kini, publik akan menunggu sampai sejauh mana Zinedine Zidane bisa mengatrol kemampuan Real Madrid. Keberadaan bek kiiri Ferland Mendy, plus bek tengah Eder Militao, bisa mejadi kekuatan sekaligus kelemahan. Beberapa waktu lalu, AS.com merilis, Zidane masih bingung untuk menerapkan formasi 5-3-2 atau 3-5-2.

Kondisi gonjang-ganjing juga menuju Barcelona. Batas akhir bursa transfer yang masih lama, padahal musim sudah berjalan, membuat komposisi pemain belum menentu. Pelatih Barcelona, Ernesto Valverde mengaku tak bahagia ketika tahu anak buahnya bisa saja terbuang ketika pertandingan sudah dibuka.

 

4 dari 4 halaman

Barcelona Khawatir

Kekhawatiran yang saya pikir sangat beralasan. Bagaimana tidak, Valverde pasti was-was dengan kebijakan transfer manajemen. Apalagi pekan ini santer pemberitaan kalau Neymar akan masuk.

Namun, kembalinya Neymar bukan dengan uang segar. Pihak Paris Saint-Germain (PSG) meminta beberapa syarat, termasuk mengajukan permintaan nama pemain. Satu yang pasti, PSG berhasrat tinggi dengan Ousmane Dembele.

Jadi, bisa dibayangkan jika transaksi itu benar-benar terealisasi, Valverde harus menyatukan pemain lagi. Padahal, Dembele tampil ciamik sepanjang ICC 2019, termasuk sanggup bermain bareng Luis Suarez dan Antoine Griezmann. Barcelona akan semakin menghadapi masalah pelik andai saga Coutinho terus digoyang.

Tak sekadar pemain jadi, Valverde juga semakin ditantang untuk menelurkan para pemain junior. Bagi mereka, tradisi mencetak pemain andal dari akademi La Masia menjadi harga mati. Saat ini, Valverde sudah mulai mencoba Jean-Clair Todibo, Carles Alena, Ricki Puig dan Carles Perez. Sayang, mereka belum ada yang mapan, atau setidaknya menyamai penampilan Andre Gomes sampai Denis Suarez.

Jadi, ketika genderang perang La Liga 2019-2020 sudah tertabuh, Sabtu (17/8/2019) dini hari WIB, menarik untuk menunggu apa yang akan terjadi. Sanggupkah geliat bursa transfer pemain musim panas 2019 ini bisa mendobrak tradisi, atau sekadar menghadirkan sensasi?. Kita tunggu sampai jornada 38 tahun depan. Tabik

Video Populer

Foto Populer