Bola.com, Jakarta - Sebelum Cristiano Ronaldo jadi "pangeran" di Al-Nassr, Denilson sudah lebih dulu memperkuat klub kaya raya Arab Saudi itu. Denilson tak lama berkostum Al-Nassr.
Ia hanya berada di sana setahun, dari 2006 hingga 2007. Meski begitu, seluruh proses kepindahan sang pemain ke sana sontak melambungkan nama Al-Nassr ke seantero dunia.
Baca Juga
Ulah Kocak Kiper Manchester City Berujung Serbuan Fans Arsenal Gara-Gara Nomor Ponsel Tersebar, Ederson : Pesannya Lucu-Lucu
Berebut Satu Tiket ke Liga Italia Serie A, Klub Bek Timnas Indonesia Bisa Bersua 5 Tim : Bang Jay Menyala, Catatan Pertemuan Positif Nih
Jadwal Final Destination Manchester City Vs Arsenal : Kasihan MU dan Liverpool Hanya Jadi Penonton Doang
Advertisement
Soalnya, Denilson merupakan bintang di balik keperkasaan Timnas Brasil di Piala Dunia 2002. Tak berbeda dengan Ronaldo Luiz Nazario da Lima, Denilson sudah beken dan kaya sejak muda.
Pada 1998 misalnya, legenda Samba itu menjadi pemain termahal sejagat setelah Real Betis merekrutnya dari Sao Paulo. Kala itu, nilainya tergolong luar biasa, yakni 21,5 juta pounds.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pujaan Semua Orang
Semua memuja dan terkesima, karena saat itu Denilson baru berusia 20 tahun. Semakin mewah, karena di Real Betis, ia mendapat gaji 40 ribu pounds per pekan. Artinya, jika berlatar nilai inflasi, gaji Denilson setara dengan 400 ribu pounds atau Rp 6 miliar per pekan! Dalam dua tahun menjelang kepindahan Denilson, rekor transfer dipecahkan tiga kali. Mereka yang berhasil menyayat dunia adalah Ronaldo ke Barcelona pada 1996, Alan Shearer ke Newcastle, dan kemudian Ronaldo lagi, kali ini ke Inter Milan, pada 1997.
Khusus Denilson, angka 21,5 juta pounds yang dikantongi Sao Paulo 2 juta pounds lebih banyak daripada yang dibayarkan Inter Milan untuk Ronaldo. Hanya saja, kedatangan Denilson tak membawa dampak besar bagi Betis.
Advertisement
Advertisement
Gagal Bersinar
Selama memperkuat tim berjuluk "Béticos Verdiblancos" hingga 2005, Denilson cuma mampu mempersembahkan sebiji gelar, yakni Copa del Rey 2004/2005. Sungguh ironis, karena Betis sempat meminjamkan Denilson ke Flamengo.
Akhirnya, Denilson benar-benar dibuang ke Bordeaux pada 2005. Setahun berselang, giliran Bordeaux yang menendangnya ke Al-Nassr dengan status gratis. Tragis!
Advertisement
Siapa yang harus disalahkan? Manuel Ruiz de Lopera, Presiden Real Betis saat itu, pantas dijadikan terdakwa utama. Lopera-lah yang pertama kali jatuh hati setelah terbuai aksi Denilson, terlebih pergerakan kedua kakinya yang lincah bak menjangan.
Tak Berjalan Mulus
Lopera juga hakulyakin, bintang barunya akan mengalahkan semua lawan-lawan mereka. Tapi, kenyataannya...? Zonk besar.
Pelatih Brasil saat itu, Mario Zagallo, sempat memuji Denilson setinggi bintang. "Denilson adalah pemain luar biasa, seseorang yang bisa melakukan hal tak terduga dan merusak lawan secara tiba-tiba," katanya.
Advertisement
Sbenarnya, Denilson ingin kembali ke masa jayanya. Usai membela Al-Nassr, dia melanjutkan pengembaraan ke sejumlah klub lainya seperti FC Dallas, Palmeiras, Itumbiara, Hải Phòng, dan Kavala.
Hanya saja, nasib baik tak pernah lagi berpihak kepada pemilik nama lengkap Denílson de Oliveira Araújo. Dari yang termahal, jatuh berantakan. Kasihan.
Sumber : Planetfootbal
Advertisement