Sukses


    Cerita Perjalanan 5 Wasit TSC 2016 Berlayar Menuju Serui

    Bola.com, Jakarta Dibutuhkan semangat baja dan tubuh prima untuk mengarungi perjalanan panjang ke Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, di pentas Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo.

    Ini pula yang dialami para perangkat pertandingan yang mengemban tugas pada laga kandang perdana Perseru kontra Mitra Kukar di Stadion Marora, Senin (2/5/2016).

    Lima korps pengadil yang terdiri dari Cahyanto (PP), Djumadi Effendi (wasit), Jerry Elly (wasit cadangan), Sukri Sulaiman, dan Zaenal Khotamilaili (asisten wasit) harus menyiapkan fisik dan mental.

    "Fisik saja tak cukup untuk melakukan perjalanan ke Serui. Mental juga punya pengaruh besar. Kami butuh kesabaran tinggi di perjalanan. Terutama ketika harus mengarungi lautan selama enam jam dari Biak ke Serui," ungkap Djumadi Effendi.

    Tanpa kesabaran, lanjut wasit asal Malang ini, rasa frustrasi bisa saja mengganggu psikologis mereka. "Kalau kita tidak sabar, rasa capek akan semakin terasa. Tapi kalau kita menikmatinya, perjalanan itu akan terasa indah dan jadi pengalaman yang menyenangkan," tutur Djumadi.

    Wasit yang bekerja sebagai kasir di RS Saiful Anwar Kota Malang ini mengungkapkan dirinya harus menghabiskan waktu 24 jam sejak berangkat dari Malang hingga Serui.

    "Saya dari Malang Jumat (29/4/2016) malam, dan tiba di Serui, Sabtu (30/4/2016) malam. Ini perjalanan paling gila dan melelahkan selama saya jadi wasit. Momen paling menjemukan ketika di atas kapal cepat Biak-Serui. Tapi saya coba membunuhnya dengan bernyanyi karena di kapal disiapkan tempat karaoke. Terkadang juga berdiri di pinggir kapal untuk melihat keindahan laut Papua," ucap Djumadi Effendi.

    Selain faktor fisik dan mental, semua korps baju hitam masing-masing harus merogoh kocek sangat dalam untuk menunaikan tugas mulia itu.

    "Saya siapkan Rp 3 juta untuk biaya di jalan. Itu belum termasuk tiket pergi-pulang pesawat dan kapal cepat. Tiket kapal laut kelas VIP Rp 1,2 juta bolak-balik," papar Djumadi Effendi.

    Para perangkat pertandingan terpaksa ke Serui dengan moda transportasi laut, karena mereka harus mengalah dengan tim Mitra Kukar. "Tim tamu dapat prioritas ke Biak-Serui dengan pesawat. Kami terpaksa harus jadi korban. Karena hanya ada tiga kali penerbangan Biak-Serui. Itu pun dengan pesawat kecil yang bisa mengangkut 15 orang," kata Djumadi Effendi.

    Untuk menjalankan tugas ini, ujar Djumadi Effendi, total durasi perjalanan pun bisa mencapai lima hari. 

    "Untuk pertandingan Perseru melawan Mitra Kukar, saya berangkat H-2 dan pulang H+2. Saat pulang harus menginap di Biak untuk menunggu penerbangan ke Surabaya. Bahkan tiga teman lainnya terpaksa bermalam dua hari sebelum pulang. Karena semua penerbangan penuh menyambut libur panjang pekan ini," jelasnya.

    Video Populer

    Foto Populer