Feature: Efek Dualisme, Omzet Merchandise Persebaya Turun Drastis

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 18 Agu 2015, 14:10 WIB
Omset dari penjualan merchandise Persebaya mengalami penurunan drastis setelah terjadinya dualisme. (Bola.com/ Zaidan Nazarul)

Bola.com, Surabaya - Di era kejayaan Persebaya Surabaya, penjualan pernak-pernik yang berbau klub kebanggaan masyarakat Surabaya laris manis bak kacang goreng. Namun, sejak 2010 saat Persebaya mulai terbelah menjadi dua, Persebaya Surabaya dan Persebaya 1927, penjualan aksesoris Persebaya menurun.

Imbasnya, omzet para penjual aksesoris pun merosot tajam. Bahkan tak sedikit yang harus gulung tikar. Hal itu dirasakan beberapa pedagang kaos maupun outlet Bonek yang tersebar di beberapa wilayah di Surabaya.

Dedengkot Bonek Mania yang juga perintis usaha aksesoris Persebaya dengan label Green Shop, Hamin Gimbal, mengakui pendapatan tokonya jauh menurun sejak konflik dualisme Persebaya terjadi.

Jika semula setiap hari mereka bisa mendapat pemasukan Rp 1,5 juta per hari, kini terpuruk di bawah Rp 1 juta. Hal ini mengakibatkan dua toko dengan label yang sama harus gulung tikar alias ditutup.

Suasana salah satu outlet Persebaya Surabaya yang kini mulai sepi pembeli. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Dulu selain di Tambaksari, juga ada di Benowo dan Tandes Surabaya. Tapi karena omzetnya terus menurun, dengan terpaksa harus mereka tutup. Sebab dengan penghasilan di bawah Rp 1 juta perhari, menurut Hamin tidak cukup untuk membayar gaji karyawan dan biaya produksi. 

Padahal, usaha untuk mengatrol penjualan sudah mereka lakukan dengan berbagai cara. Selain memberikan diskon, mereka juga menjual via online. Tapi, semua upaya itu seakan mubazir.

Hamin mengakui, terbelahnya Persebaya dan Bonek menjadi salah satu penyebab menurunnya penjualan aksesoris Persebaya. "Tidak hanya kaos, tas, syal dan pin juga laku keras. Tapi, sekarang sangat sepi," katanya.
Beberapa outlet merchandise Persebaya Surabaya harus gulung tikar akibat dualisme tim Bajul Ijo. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Tak hanya penjualan di outlet macam Green Shop, penjual di lapak-lapak di sekitar Gelora 10 November, Surabaya, juga merasakan dampaknya.

Advertisement

“Sudah tidak seperti dulu. Untuk jual kaos Persebaya lebih dari dua biji saja susah. Padahal sebelum ada masalah Persebaya seperti sekarang, permintaan sangat besar,” ujar Hari, salah satu penjual aksesoris Persebaya.

Baca juga :

Feature: Potret Buram di Pembukaan Piala Kemerdekaan

Feature: Kanjuruhan Kembali Bersolek Jelang HUT Arema

Feature: Saat Tambaksari Tak Lagi Riuh Yel Fanatisme Persebaya