Kabar dari Prancis: Bertemu Geng Narkoba di Kampung Zidane (3)

oleh Ary Wibowo diperbarui 05 Jul 2016, 09:15 WIB
Halte La Cestellane, wilayah yang menjadi tempat kelahiran legenda sepak bola Prancis, Zinedine Zidane. (Bola.com/Ary Wibowo).

 

Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Marseille, Prancis. ...Sejumlah praktik kejahatan akhirnya membuat pemerintah Marseille memberikan label La Cestellane zona merah. Memang sungguh ironi. Sebab, di daerah tersebutlah Zidane lahir dan tumbuh besar sehingga dapat menjadi seorang maestro sepak bola dengan berbagai raihan gelar.

LA CASTELLANE kini bisa dibilang seperti tempat tanpa harapan. Kekerasan, pemerkosaan, pertikaian, hingga pembunuhan, membuat setiap insan yang hidup harus menjalani hidup yang keras. Demikian bagi Zidane yang harus melalui jalan penuh duri di wilayah gheto tersebut.

Advertisement

Zidane lahir di La Castellane dari pasangan Smail Zidane dan Malika, pada 1972. Semasa kecil, ia sering menghabiskan waktu dengan bermain sepak bola di jalanan. Tiang gawang dibuat sederhana dari batu-batu atau sandal, sementara piala dibentuk dari botol bekas yang berserakan.

Bangunan kediaman Zidane ternyata memang sudah tak tersisa lagi. Pada Maret 2015, bangunan 4D, yang menjadi rumah keluarga mantan pemain Juventus dan Real Madrid tersebut, sempat dibongkar sebagai bagian dari proyek pembangunan pemerintah kota Marseille. 

Jangan bayangkan apartemen La Castellane sama seperti di Prancis lainnya. Tempat tinggal di La Castellane memang jauh dari kesan mewah. Sampah-sampah berserakan dan motor dan mobil diparkir sembarangan. Pun halnya dengan warga yang tak ramah dengan "pendatang". 

Geng narkoba
"Zidane!" salah satu warga meneriakan kalimat itu begitu saya melintas di depan mereka. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan dari salah satu rekannya. Tangan pria tersebut kemudian berkali-kali menunjuk ke salah satu rekannya yang lain di lantai dua apartemen 5D. 

Ternyata, penyebabnya karena kamera yang ditenteng rekan peliput asal Indonesia. Dengan memakai bahasa Prancis, salah seorang warga seperti mengisyaratkan, daerah mereka tidak boleh dipotret. Suasana pun kian panas begitu rekannya yang lain juga ikut berlari. 

"Berikan kamera Anda!" kata dia dengan suara lantang. Karena perbedaan bahasa, meski sudah dijelaskan maksud kedatangan, pria itu tetap berupaya mengambil kamera. Ia lalu meminta agar foto-foto di La Castellane yang sempat diabadikan saat bertemu Asyad segera dihapus. 

Meski sudah menuruti permintaan tersebut, tangan pria itu kemudian tetap mengambil kamera peliput asal Indonesia dan meminta kami ikut ke "markas" mereka. Suasana pun semakin mencekam ketika beberapa pria, sembari menutup setengah muka dengan kaus mereka, ikut serta.

Bersambung...

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini