Rehan Kusharjanto, Titisan Legenda Ganda Campuran Indonesia

oleh Muhammad Wirawan Kusuma diperbarui 16 Agu 2017, 07:16 WIB
Rehan Naufal Kusharjanto tak terbebani dengan nama besar sang ayah, Tri Kusharjanto. Dia justru termotivasi untuk melampaui capaian sang ayah. (Bola.com/Muhammad Wirawan Kusuma)

Bola.com, Jakarta - Pasangan Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan menjadi kampiun pada Kejuaraan Asia Bulutangkis Junior 2017 di nomor ganda campuran. Kesuksesan mereka seperti memberikan asa ke depan Indonesia tak akan kehabisan stok di nomor ini.

Advertisement

Nama Rehan mungkin tak terdengar asing di telinga pecinta bulutangkis nasional. Ya, pemain ini mengingatkan pada sosok legenda ganda campuran Indonesia, Tri Kusharjanto, pemain andalan Merah Putih pada era 90-an.

Rehan merupakan anak pertama pasangan Trikus dengan Sri Untari. Jadi DNA pemain bulutangkis sudah mengalir dalam tubuh pemain kelahiran 28 Februari 2000 tersebut.

"Saya suka bulutangkis karena ayah. Saya sering diajak nonton pertandingan ayah terus melihat dan membuat saya tertarik ingin menjadi seperti ayah," ungkap Rehan kepada Bola.com di Jakarta, Selasa (15/8/2017).

Rehan mengaku fokus menekuni bulutangkis saat masih menimba ilmu di Sekolah Dasar. Kecintaannya pada bulutangkis membuat juara Djarum Sirnas Lampung 2016 itu tak begitu fokus pada pendidikan.

"Waktu itu saya kelas enam, lalu ayah tengah melatih di Bandung. Saat itu saya ingin fokus total di bulutangkis. Lalu saya dilatih sama ayah, mulai pagi sore. Sekolah saya sedikit pinggirkan," tambahnya.

Sementara itu, Trikus mengaku tak mengira Rehan akan mengikuti jejaknya sebagai pemain bulutangkis. Sejak awal, pria berusia 43 tahun tersebut membebaskan sang anak untuk memilih.

"Saya bilang terserah Rehan apakah mau fokus bulutangkis atau sekolah. Saat saya tanya mau sekolah atau bulutangkis? Dia jawab bulutangkis. Jadi saya fokuskan dia ke bulutangkis," cerita Trikus.

2 dari 2 halaman

Termotivasi Melampaui Prestasi Sang Ayah

Trikus juga sudah memberikan gambaran kepada Rehan bahwa tak mudah untuk menjadi pemain bulutangkis yang berprestasi. Dia juga menceritakan kepada sang anak betapa beratnya perjuangan untuk menjadi pemain yang sukses.

"Saya bilang bulutangkis bukan seperti bikin mie goreng yang tiba-tiba bisa langsung jadi. Yang susah-susah saya beritahu kepada dia," ujarnya.

Rehan mengaku ingin menjadi seperti sang ayah. Pemain yang bernaung di PB Djarum itu tak merasa terbebani dengan prestasi sang ayah yang pernah meraih medali perak Olimpiade.

"Saya sebenarnya tak terbebani dengan prestasi ayah, justru merasa termotivasi. Saya ingin melebihi pencapaian ayah," ucap pemain yang bergabung dengan pelatnas PBSI pada 2013 tersebut.

Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti akan menghadapi Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior 2017 di Yogyakarta, Oktober 2017. (Bola.com/Muhammad Wirawan Kusuma)

Lantas apa pesan Trikus kepada sang anak yang digadang-gadang jadi penerus Tontowi Ahmad tersebut? "Jangan cepat puas. Di atas langit, masih ada langit. Dia harus bersiap dan terus meningkatkan diri. Jangan terlena," kata Trikus.

"Semoga Rehan bisa lebih berprestasi dari saya. Minimal menyamai prestasi saya. Sebisa mungkin dia harus lebih bagus dari saya, karena orang tahu dia anak saya. Jadikan itu sebagai motivasi bukan beban," tutupnya.