Kisah Tragis Klub Elite Persik Degradasi ke Liga 3

oleh Gatot Susetyo diperbarui 20 Okt 2017, 20:31 WIB
Persik Kediri gagal lolos ke babak 16 besar Liga 2 2017 setelah takluk 0-1 dari Persewangi Banyuwangi. (Bola.com/Robby Firly)

Bola.com, Kediri - Kehidupan bak roda yang berputar. Semua harus pernah merasakan ketika posisi berada di atas dan di bawah secara bergantian. Di dunia ini tak ada yang abadi. Semua harus mengalami proses kehidupan berupa kejayaan dan keruntuhan sesuai takdir yang telah digariskan Sang Khalik. Kondisi di atas menggambarkan kondisi terkini Persik Kediri.

Nasib Persik sangat tragis. Betapa tidak, klub asal Kota Kediri ini pernah jaya dengan menjuarai Liga Indonesia dua kali pada edisi tahun 2003 dan 2006. Tim Macan Putih saat dibidani pengurus teras PSSI, Iwan Budianto, pun pernah jadi wakil Indonesia di Liga Champion Asia 2004 dan 2007.

Musim depan Persik bakal berkiprah di Liga 3, setelah terdegradasi dari Liga 2 lewat sistem play-off.

Advertisement

Mengarungi Liga 2 2017 Persik mengapungkan optimisme tinggi, bahkan boleh dibilang terlalu jemawa, mengusung slogan 'Menembus Batas Juara'.

Namun faktanya tim yang tiga kali ganti pelatih mulai Dwi Priyo Utomo, Bejo Sugiantoro, dan terakhir kali dinakhodai Riono Asnan ini gagal memanfaatkan kesempatan terakhir untuk merebut tiket bertahan di Liga 2 lewat babak play-off di Sidoarjo.

Sebagai bentuk optimisme, launching tim Persik di Stadion Brawijaya Kota Kediri, 12 April 2017 silam, digelar cukup mewah dengan mengundang pedangdut Via Vallen yang sedang naik daun.

Namun, ada bisik-bisik di antara hadirin dan awak media yang meliput acara tersebut. Topik yang dibicarakan soal slogan yang dianggap terlalu arogan. Padahal Persik sama sekali belum mengukur kekuatan calon lawan yang tergabung di fase penyisihan Grup 6 lalu.

"Juara itu kan batas terakhir. Kalau slogannya Menembus Batas Juara, jangan-jangan nanti Persik kebablasan," ucap salah seorang jurnalis senior di Kediri yang mengikuti perkembangan Persik mulai saat berjaya di pertengahan tahun 2000-an.

Ternyata ucapan itu jadi kenyataan. Persik akhirnya bablas masuk ke jurang degradasi Liga 3 2018 mendatang.

Di awal persiapan tim, semua tampak berjalan normal dan baik-baik saja. Duet Dwi Priyo Utomo-Bejo Sugiantoro sangat optimis bisa memberi Persik Kediri prestasi sesuai slogan yang melangit itu.

2 dari 2 halaman

Bejo Akhirnya Menepi

Pelatih Persik, Bejo Sugiantoro, mundur jelang tim asuhannya bertarung di play-off degradasi Liga 2 2017. (Bola.com/Robby Firly)

Sugiantoro pun tetap penuh kepercayaan diri tinggi, ketika ia ditinggal pergi Dwi Priyo Utomo yang memilih menjadi asisten Fakhri Husaini di Timnas Indonesia U-16.

Bahkan hingga laga terakhir jelang lawatan ke kandang Persewangi Banyuwangi, Bejo masih masih yakin bisa meraih kemenangan untuk mengantar Persik ke babak 16 besar Liga 2 2017.

Namun faktanya, di akhir kompetisi Persik menempati rangking ketiga Grup 6 dan wajib play-off untuk bertahan di Liga 2 2017.

Sebelum melakoni play-off, Sugiantoro sempat berujar: "Saya yakin Persik bisa mengatasi Yahukimo FC dan Timah Babel. Tapi PSIR yang akan jadi batu sandungan," ucap Sugiantoro tanpa menyebut apa batu sandungan yang disiapkan PSIR. Kekhawatiran Sugiantoro pun jadi nyata.

Persik dijegal PSIR Rembang pada laga terakhir play-off. Dalam pertandingan terakhir play-off degradasi, di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Selasa (17/10/2017), Persik dibungkam PSIR Rembang dengan skor 1-0.

Kekalahan itu membuat Persik hanya mampu mengoleksi 4 poin dari 3 pertandingan play-off Grup F. Persik kalah bersaing dengan PSIR yang dipastikan menjadi juara Grup F, sekaligus memastikan tempat bertahan di Liga 2.

Persik juga tidak memiliki peluang bertahan di Liga 2 dengan status runner-up terbaik. Sebab, perolehan poin Persik dengan peringkat dua grup lainnya sudah kalah jauh.

Saat fase play-off kendali tim sudah berpindah tangan dari Bejo ke Riono Asnan. Karena Sugiantoro harus mengikuti kursus pelatih lisensi AFC B di Jakarta.

"Saya sangat menyayangkan terdegradasinya Persik. Saya sedih juga dengarnya, kaget dan juga tidak percaya. Klub tersebut amat berjasa pada karier saya," kata Yongki Aribowo, striker Barito Putera yang dibesarkan Persik.

"Saya gagal membawa Persik bertahan di Liga 2. Saya hanya dapat waktu persiapan selama satu minggu untuk menyiapkan tim dan hasilnya seperti ini. Maaf jika hasilnya mengecewakan," kata Riono.

Sejatinya, sinyal keterpurukan Persik pernah dilontarkan pelatih PS Mojokerto Putra Redi Suprianto ketika kedua tim bertanding di Mojokerto. Ini berdasar analisa teknis yang dilontarkan Redi Suprianto.

"Persik biasa saja. Persik tinggal nama besar saja. Timnya tidak setangguh era Harianto dkk. Kalau tetap seperti itu, saya berani bersaing dengan Persik," tutur Redi Suprianto.

Dan ujaran Redi akhirnya terbukti, Persik terpuruk dan harus bermain di kompetisi kasta ketiga musim depan. Menyedihkan.