Cerita Bintang Bulutangkis Dunia, Istora, dan Fans di Indonesia

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 29 Jan 2018, 13:05 WIB
Suasana dan dukungan suporter di Istora Senayan saat para pebulutangkis bermain disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. (Bola.com/Muhammad Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Indonesia Masters 2018 telah berakhir dengan hasil menggembirakan bagi tuan rumah yang meraih dua gelar melalui tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting dan ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fermaldi Gideon, Minggu (28/1/2018). 

Advertisement

Tiga gelar lain dibagi rata tiga negara, China, Jepang, dan Taiwan. Titel tunggal putri menjadi milik Tai Tzu Ying, ganda campuran dimenangi Zheng Siwei/Huang Yaqiong, sedangkan gelar di nomor ganda putri dibawa pulang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi. 

Meski Istora Senayan telah kembali sunyi, banyak cerita yang tertinggal selama enam hari penyelenggaraan Indonesia Masters yang berstatus BWF World Tour Super 500 (grade 2 level 4).

Setelah setahun absen menggelar turnamen-turnamen bulutangkis karena sedang direnovasi untuk perhelatan Asian Games 2018, Istora Senayan kembali menjadi rumah bagi para pebulutangkis Indonesia. Comeback Istora ke turnamen bulutangkis dunia tak mengecewakan.

Setelah direnovasi, Istora bertambah memesona dan megah. Sarana dan prasarana Istora berubah wajah, seperti tribune penonton yang telah menggunakan kursi tunggal, jumlah lapangan pertandingan ditambah dari tiga menjadi empat, toilet menjadi lebih luas dan modern, dan lain-lain. 

Istora yang lama menggunakan lampu gantung. Sekarang, Istora baru menggunakan lampu yang dapat naik-turun pada ketinggian 19-21 meter, jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan. 

Namun, ada satu yang tak berubah. Istora tetap angker dan jadi venue yang intimidatif bagi pebulutangkis-pebulutangkis yang jadi lawan Indonesia. Suasana di Istora saat pertandingan disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Tak ada duanya. 

Penonton tak pernah lelah memberi dukungan terhadap pemain Indonesia yang tengah berjuang di lapangan. Teriakan yang berisik dari penonton kerap membuat pemain lawan grogi dan akhirnya kalah. 

Namun, publik Istora juga tak pelit memberikan dukungan untuk pebulutangkis negara lain yang tampil apik, terutama jika tak menghadapi pemain Indonesia. Fans bulutangkis Indonesia juga gemar memberikan hadiah kepada pemain luar negeri yang mereka idolakan. 

Tak heran, Istora dan fans bulutangkis Indonesia meninggalkan jejak yang spesial di hati pemain-pemain dunia, seperti Ratchanock Intanon, Viktor Axelsen, Carolina Marin, hingga Liu Yuchen. 

Bagaimana cerita dan kesan pebulutangkis dunia tentang Istora dan fans bulutangkis Indonesia? Berikut Bola.com merangkum ceritanya dari berbagai sumber sepanjang Indonesia Masters 2018

2 dari 6 halaman

Viktor Axelsen

Tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen. (EPA/Rajat Gupta)

Tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen, meninggalkan turnamen Indonesia Masters 2018 terlalu dini. Pemain Denmark tersebut mundur di babak kedua saat menghadapi Kazumasa Sakai (Jepang) akibat cedera engkel. 

Axelsen mengaku kecewa karena menyudahi petualangannya di Indonesia Masters dengan cara yang pahit. Padahal, Axelsen sangat menikmati bermain di Istora dengan dukungan luar biasa dari fans di Indonesia. 

Ungkapan kekecewaan tersebut dituliskan Axelsen melalui Instagram miliknya, tak lama setelah mundur di babak kedua. 

"Tak ada kabar bagus dari Jakarta karena saya harus mundur pada gim kedua babak kedua. Pada akhir gim kedua, saya terjatuh buruk dengan bertumpu pada kaki kiri dan engkel saya mulai terasa sakit. Saat rasa sakit bertambah buruk setiap melakukan reli, saya memutuskan berhenti. Saya akan memastikan merawat cedera ini dengan hati-hati dan semoga cedera ini tak membuat saya absen lama."

"Saya sangat kecewa karena berharap finis dengan cara lain di Jakarta. Saya tetap berterima kasih kepada seluruh fans di Indonesia atas dukungan luar biasa di Istora. Atmosfer di stadion dan kecintaan terhadap olahraga ini sulit ditemukan di tempat lain. Semoga saya bisa tampil baik di Indonesia open." 

 

3 dari 6 halaman

Ratchanok Intanon

Tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon. (Bola.com/Budi Prasetyo Harsono)

Salah satu pebulutangkis asing yang memiliki banyak fans di Indonesia adalah tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon. Dia beberapa kali terlihat berinterikasi dengan pebulutangkis Indonesia di media sosial. Ratchanok juga memberikan selamat di Instagram pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Piengradi, saat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, juara di Malaysia Masters 2018. 

Ratchanok juga terlihat menikmati bermain di Indonesia Masters 2018. Dia memuji Istora Senayan yang menjadi tempat penyelenggaraan turnamen Indonesia Masters. Menurutnya, Istora Senayan yang baru lebih indah daripada sebelum direnovasi. 

Pemain yang kalah di babak semifinal tersebut juga terlibat interaksi yang menyenangkan dengan fans bulutangkis Indonesia. Dia pernah mengunggah hadiah-hadiah yang diterimanya dari fans Indonesia melalui Instagram Story miliknya. 

Bahkan, dia mengucapkan terima kasih kepada fansnya dengan menggunakan bahasa Indonesia, yang diunggah melalui Instagramnya, Minggu (28/1/2018). 

"Terima kasih semua penggemarku dan ketemu lagi lain kali? (benar kan?)"

 

4 dari 6 halaman

Liu Yuchen

Ganda putra China, Li Junhui/Liu Yuchen. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Pemain ganda putra andalan China, Liu Yuchen, juga jadi satu di antara pebulutangkis yang antusias bermain di Indonesia. Meskipun kerap mendapat tekanan berat dari penonton saat dirinya dan Li Junhui menghadapi ganda Indonesia, termasuk saat kalah dari Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Liu tetap gembira. 

Dia tiga kali mengunggah fotonya sepanjang tampil di Indonesia Masters 2018. Salah satu yang diunggah adalah foto tentang hadiah-hadiah yang diterimanya dari fans di Indonesia. 

Liu Yuchen juga tetap berterima kasih atas dukungan fans tak lama setelah kalah di final kontra Kevin/Marcus.   

5 dari 6 halaman

Christinna Pedersen / Kamilla Rytter Juhl

Ganda Denmark, Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl. (Bola.com/Budi Prasetyo Harsono)

Ganda putri Denmark, Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl, juga sangat terkesan dengan kehangatan fans di Indonesia. Mereka tak menyangka tetap mendapat sambutan hangat setelah belum lama ini keduanya mengaku sebagai sepasang kekasih. 

Pedersen/Juhl kerap mengunggah kesan mereka tentang fans di Indonesia melalui akun Istagram mereka. Bahkan, ada satu foto mereka bersama fans yang datang ke Istora. 

"Kembali ke Istora dan kembali ke fans kami yang fantastis. Terima kasih banyak atas cara kalian menyambut kami di negara Anda," kata Perdesen/Juhl di Instagram. 

Mereka juga mengaku tak sabar kembali ke Istora lagi untuk tampil di Indonesia Open 2018. Langkah Pedersen/Juhl terjegal di babak semifinal setelah kalah dari ganda Jepang, Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi. 

"Kami bertarung dengan hati kami kemarin (di semifinal), tapi itu tak cukup untuk mengalahkan juara Olimpiade, Misaki dan Takahashi. Kredit untuk mereka yang bermain solid. Sekarang saatnya pergi ke India, yang merupakan turnamen terakhir kami di tur Asia. Terima kasih atas dukungan sepanjang pekan ini, kami sangat menghargainya dan tak sabar kembali untuk Indonesia Open," kata Pedersen/Juhl. 

 

 

6 dari 6 halaman

Cou Tien Chen

Tunggal putra Taiwan, Chou Tien Chen. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Langkah tunggal putra Taiwan, Cou Tien Chen, di Indonesia Masters 2018 terhenti di babak perempat final setelah kalah dari pemain tuan rumah, Anthony Sinisuka Ginting. 

Meski kalah dan mendapat tekanan penonton  saat melawan Anthony, Chou mengaku sangat menikmati bermain di Indonesia.  

"Terlepas dari dukungan memengaruhi pertandingan atau tidak, saya senang bermain di Istora Senayan. Masyarakat di sini tampak sangat menyukai bulutangkis dan mendukung sepenuhnya pahlawan mereka," kata Chou.