Obituari Zulkarnain Lubis, Maradona dari Asia

oleh Ario Yosia diperbarui 11 Mei 2018, 15:22 WIB
Zulkarnain Lubis (ketiga dari kiri), di era jayanya bersama Timnas Indonesia sempat dijuluki Maradona dari Asia. (Dok. Fokus)

Bola.com, Jakarta - Dunia sepak bola Tanah Air kembali berduka. Zulkarnain Lubis, salah satu pesepak bola legendaris Timnas Indonesia wafat di Palembang pada Jumat (11/9/2018) karena serangan jantung.

Zulkarnain menghembuskan nafas terakhir di RS Pertamina Pali, Sumatera Selatan. Berdasarkan keterangan dari sang istri, Papat Yunisal, jenazah Zulkarnain akan dibawa ke kampung halamannya di Binjai, Sumatera Utara.

"Bapak akan dimakamkan bersama kedua orang tuanya," kata Papat yang notabene juga mantan pilar Timnas Indonesia Putri tersebut.

Advertisement

Saat masih aktif bermain Zulkarnain yang kelahiran Binjai, 21 Desember 1958 itu jadi salah satu anggota skuat Tim Merah-Putih Pra Piala Dunia 1986. Timnas besutan almarhum Sinyo Aliandoe hampir lolos ke putaran final di Meksiko, jika tak kalah dari Korea Selatan di fase akhir kualifikasi zona Asia.

Berposisi sebagai seorang gelandang serang Zulkarnain sempat dijuluki Maradona dari Asia. Julukan itu mencuat saat ia membela Krama Yudha Tiga Berlian yang meraih peringkat ketiga di Liga Champions Asia 1985-1986.

"Katanya gaya bermain kami mirip. Ditambah lagi rambut saya kribo sama dengan Maradona. Jika Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 1986, mungkin saya lebih tenar dibanding dia," ujar Zulkarnain setengah berkelakar dalam sebuah wawancara santai dengan Bola.com beberapa tahun silam di Yogyakarta.

"Kami juga beda nasib. Maradona kaya raya usai masa jaya, sementara saya sempat hidup susah," timpalnya.

Ya, selain hampir meloloskan Tim Garuda ke Word Cup, Zulkarnain juga menorehkan cerita sukses mengantarkan Timnas Indonesia ke semifinal Asian Games 1986.

Di Asian Games 1986, timnas tergabung dalam Grup C bersama dengan Saudi Arabia, Qatar, dan Malaysia. Di laga perdana tim asuhan Bertje Matulapelwa bermain imbang 1-1 menghadapi Qatar. Timnas sempat kalah 0-2 kontra Arab Saudi 0-2, sebelum mengantungi kemenangan tipis 1-0 versus Malaysia.

Timnas Indonesia melaju ke fase knock-out dengan status runner-up grup.

Saat memasuki fase perempat final Timnas Indonesia menjalani duel sulit melawan Uni Emirat Arab. Di waktu normal kedua tim berbagi skor 2-2. Akhirnya, Zulkarnain Lubis cs. menang  adu penalti 3-2.

Timnas kemudian bersua Korea Selatan di semifinal. Tanpa ampun Timnas Indonesia tumbang 0-4. Saat perebutan tempat ketiga, Tim Merah-Putih gagal meraih medali perunggu setelah digebuk Kuwait 0-5.

"Kegagalan yang menyakitkan, karena saat itu Timnas Indonesia benar-benar on fire. Om Bertje sukses mengkombinasikan pemain-pemain bintang kompetisi Galatama dan Perserikatan," cerita Zulkarnain.

Timnas Indonesia di Asian Games 1986 diperkuat deretan bintang-bintang beken macam: Ponirin Meka, Jaya Hartono, Robby Darwis, Herry Kiswanto, Marzuki Nyak Mad, Sutrisno, Budi Wahyono, Patar Tambunan, Nasrul Koto, Rully Nere, Azhary Rangkuti, Ricky Yakobi, Ribut Waidi.

2 dari 2 halaman

Kontroversial dan Peduli Pembinaan

Mantan gelandang Indonesia, Zulkarnain Lubis, berusaha lepas dari penjagaan pemain Siwo Jaya pada laga Agum Gumelar Cup di SUGBK, Jakarta, Minggu (10/4/2016). Zulkarnain pada masanya dijuluki sebagai Maradona Indonesia. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Sebagai seorang bintang, Zulkarnain Lubis punya sisi kelam. Ia dikenal sebagai sosok indispliner. Ia sosok kontroversial. "Saat saya muda, saya cepat naik darah. Seringkali terlibat keributan. Terutama jika pemain lawan bermain kasar ke saya," tutur almarhum.

Saat gantung sepatu, Zulkarnain Lubis sempat mengalami keterpurukan hidup. Ia sempat jadi tukang nasi goreng.

"Saya tidak malu melakukan hal itu. Faktanya saya memang susah. Anak dan istri saya butuh makan, saya tidak karena gengsi hidup mereka makin tak keruan," cerita ayah dari Yesi Zulkarnain Lubis, Widya Zulkarnain Lubis, serta Reno Zulkarnain Lubis.

Beberapa tahun belakangan Zulkarnain kembali dunia yang dicintai. Ia aktif melatih pesepak bola wanita. Bang Zul aktif membesarkan SSB Queen milik Papat. Almarhum juga sempat didapuk menjadi pelatih Tim Sepak Bola Putri Jawa Barat pada periode 2013.

Terakhir Zulkarnain tercatat sebagai pelatih Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). "Saya tidak pernah tertarik melatih klub profesional, saya ingin fokus di pembinaan usia muda. Saya ingin mencetak pesepak bola andal. Saya ingin ia nasibnya lebih baik dibanding saya," papar Zulkarnain.

Kepergian Zulkarnain Lubis sudah barang tentu menjadi sebuah kehilangan besar bagi sepak bola Indonesia. Mengingat tak banyak legenda memilih turun gunung membina sepak bola usia muda yang tak populer. Selamat jalan, Bang Zul!