5 Momen Paling Kontroversial Selama Penyisihan Grup Piala AFF 2018

oleh Aning Jati diperbarui 28 Nov 2018, 11:15 WIB
Media asing merangkum lima momen paling kontroversial yang terjadi selama penyisihan grup Piala AFF 2018. Apa saja itu?. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Piala AFF 2018 memasuki babak semifinal seiring tuntasnya fase penyisihan grup yang digelar pada 8-25 November 2018. Semifinal akan dipertandingkan dalam dua leg, kandang dan tandang, pada 1 dan 2 Desember serta 5 dan 6 Desember 2018.

Advertisement

Empat tim, yakni Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Filipina berhasil lolos dari penyisihan grup dan akan berebut tiket ke final melalui pertandingan semifinal. 

Selama fase penyisihan grup, banyak momen yang terjadi. Satu di antaranya yang mungkin mengejutkan kalangan internasional, tersingkirnya Timnas Indonesia secara dini. Pasalnya, Timnas Indonesia merupakan finalis edisi 2016.

Kemudian, Filipina di bawah arahan pelatih Sven-Goran Eriksson mampu menjadikan the Azkals kuda hitam hingga memenangi persaingan di Grup B dan melaju ke semifinal.

Dari luar teknis pertandingan, drama-drama yang melibatkan suporter tim peserta hingga aksi pemain dan pelatih maupun pejabat Federasi Sepak Bola negara peserta seolah menjadi bumbu yang membuat fase penyisihan grup Piala AFF 2018 semakin menarik.

Selama penyisihan grup, pencinta sepak bola internasional juga tak luput disuguhi hal-hal berbau kontroversial, yang datangnya tak hanya dari dalam lapangan, seperti komentar nyeleneh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, setelah kegagalan Timnas Indonesia ke semifinal.

Ucapan Ketua Umum Federasi Sepak bola Indonesia, yang menyebut "wartawan baik timnas baik" itu viral di media sosial, tak hanya di kalangan warganet Indonesia melainkan sampai dibahas media-media internasional.

Nah, apa saja momen-momen kontroversial yang terjadi sepanjang penyisihan grup Piala AFF 2018? Berikut lima di antaranya, versi Fox Sports Asia.

Sajian liputan eksklusif Timnas Indonesia di Piala AFF  2018 bisa pembaca nikmati dengan mengklik tautan ini

2 dari 6 halaman

Offside Keliru

Keputusan asisten wasit pada laga penyisihan Grup A mempertemukan Myanmar versus Vietnam di Stadion Thuwunna, Yangon (20/11/2018), menjadi kontroversi karena memengaruhi hasil akhir pertandingan.

Dalam satu kesempatan, Vietnam mampu menekan tuan rumah dan melepas tembakan yang berujung gol pada menit ke-77. Namun, asisten wasit mengangkat bendera offside, yang berarti gol itu tak sah.

Kubu Vietnam berang dengan keputusan itu, apalagi setelah melihat tayangan ulang, keputusan itu merupakan blunder sang asisten wasit. Vietnam pun gagal menang setelah pertandingan berakhir dengan skor 0-0. 

Itu jadi satu-satunya pertandingan di fase penyisihan grup yang gagal dimenangi Vietnam, sehingga target sapu bersih empat kemenangan ternoda. The Golden Stars hanya mengoleksi poin 10, bukan 12.

Meski begitu, Vietnam tetap lolos ke semifinal sebagai juara Grup A sedangkan Myanmar tersingkir dari Piala AFF 2018 karena hanya finis di peringkat ketiga klasemen akhir Grup A.

Pelatih Timnas Myanmar, Antoine Hey. (Bola.com/Dok. AFF Suzuki Cup)
3 dari 6 halaman

Ketegangan Pelatih

Duel Myanmar versus Vietnam di Stadion Thuwunna, Yangon (20/11/2018), yang diwarnai kesalahan asisten pelatih dalam memutuskan regulasi offside berujung ketegangan di antara kedua pelatih, Park Hang-seo (Timnas Vietnam) dan Antoine Hey (Timnas Vietnam).

Sesaat setelah peluit panjang tanda pertandingan berakhir, Park Hang-seo tak bersedia bersalaman dengan Antoine Hey lantaran kesal dengan keputusan asisten wasit yang dinilai merugikan tim asuhannya. 

Antoine Hey sempat mengutarakan pendapatnya atas insiden itu. Dalam akun media sosial, pelatih asal Jerman itu menganggap sikap Park sebagai hal memalukan dan tak profesional. 

Beberapa hari setelah duel panas itu Park mengungkap alasan di balik keengganannya berjabat tangan dengan pelatih tim lawan dan di saat bersamaan, ia minta Hey untuk mengevaluasi diri sebelum melontar pernyataan kontroversial mengenai orang lain di media sosial.

Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi saat mengikuti Kongres PSSI 2018 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang (13/1/2018). Salah satu agenda Kongres PSSI 2018 adalah revisi Statuta. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)
4 dari 6 halaman

Pernyataan Nyeleneh

Masyarakat Indonesia khususnya pencinta Timnas Indonesia seolah dibuat tak percaya dengan respons Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, atas kegagalan Tim Garuda di Piala AFF 2018. 

Alih-alih memberi penjelasan yang bisa diterima, Edy Rahmayadi justru melempar pernyataan nyeleneh dengan menyebut "wartawan baik, timnas baik". Sontak, hal itu jadi konsumsi yang viral di media sosial, bahkan hingga menjadi santapan empuk media internasional.

Media internasional, termasuk Fox Sports Asia, ikut memberitakan hal ini dengan menulis Ketua Umum PSSI menyalahkan media atas performa buruk Timnas Indonesia khususnya di Piala AFF 2018.

Warganet yang juga fan Tim Garuda tak tinggal diam. Mereka meramaikan lini masa dengan tagar EdyOut sebagai wujud kekecewaan serta permintaan tanggung jawab dari Edy Rahmayadi sebagai orang nomor satu di Federasi Sepak Bola Indonesia.

5 dari 6 halaman

Naturalisasi Bermasalah

Tak hanya Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, yang melempar pernyataan kontroversial. Pelatih Timnas Indonesia, Bima Sakti, rupanya juga masuk daftar pelaku insiden kontroversial di penyisihan grup Piala AFF 2018, versi Fox Sports Asia.

Hal itu mengacu pada pernyataan Bima saat sesi konferensi pers jelang laga melawan Filipina (24/11/2018). Pada acara yang digelar di SUGBK, Jakarta, itu Bima mengomentari perihal tim lawan.

Ia menyebut Timnas Filipina memiliki kekuatan seperti kondisi fisik maupun postur pemain lawan yang bisa mendatangkan masalah pada tim asuhannya dengan cara set piece. Namun, dalam pernyataannya, ia menyelipkan kata pemain naturalisasi.

"Mereka secara fisik besar dan tinggi, punya banyak pemain naturalisasi yang bisa merepotkan kami dengan bola-bola mati mereka," kata Bima ketika itu.

Bima menyebut kata "naturalisasi", tetapi media luar mengartikan kata itu sebagai "half-blood (berdarah campuran)", yang mengandung konotasi negatif karena mengacu pada etnis seseorang. Seperti diketahui, sepak bola Filipina memang tak mengenal istilah naturalisasi layaknya di Indonesia.

Kesalahpahaman ini memicu amarah pemain Timnas Filipina, Stephan Schrock. Melalui akun media sosialnya, ia menulis pernyataan keras yang diarahkan kepada Bima Sakti. "Sebut kami berdarah campuran sepanjang hari, tapi begitu kita bertemu, hanya separuh dirimu saja yang tersisa."

Suporter Timnas Myanmar di Piala AFF 2018. (Bola.com/AFF Suzuki Cup)
6 dari 6 halaman

Serangan Suporter

Penyisihan grup Piala AFF 2018 diwarnai insiden negatif yang melibatkan kalangan suporter. Seusai laga Malaysia menjamu Myanmar di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, pada penyisihan Grup A (24/11/2018), pendukung tim tamu mendapat serangan dari oknum suporter tuan rumah.

Ketika itu, sesuai laporan, sekitar 20 suporter Myanmar termasuk kaum wanita, yang sedang menunggu bus untuk membawa mereka meninggalkan Stadion Bukit Jalil setelah pertandingan, tiba-tiba diserang sekitar 30 orang oknum suporter Timnas Malaysia.

Akibatnya, beberapa orang terluka akibat tendangan dan pukulan. Tak hanya itu, pelaku juga mengambil paksa beberapa telepon genggam milik korban. Padahal, Timnas Malaysia menang 3-0 pada pertandingan itu dan memastikan diri melaju ke semifinal.

Insiden itu jadi satu-satunya kekerasan yang melibatkan suporter yang terjadi di Piala AFF 2018 hingga sejauh ini. 

Berita Terkait