4 Fakta Menarik PSS Sleman, Pesona Baru di Liga 1 2019

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 18 Des 2018, 07:15 WIB
Fakta Menarik PSS Sleman (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Sleman - PSS Sleman menjalani musim yang luar biasa pada 2018. Tiket promosi untuk bersaing di Liga 1 2019 sudah dalam genggaman.

Terakhir kali PSS berada di kasta tertinggi sepak bola Indonesia adalah pada 2007. Sebelas tahun kemudian, buah kesabaran PSS baru terwujud. Namun, keberhasilan naik kasta pasa musim 2018 tidak mudah. PSS sempat tertatih-tatih untuk meraih kesuksesan.

Advertisement

Pada 2014, Sleman terlibat kasus sepak bola gajah bersama PSIS Semarang. Beruntung tak ada hukuman berat untuk klub yang berdiri pada tahun 1976 ini. Hanya sejumlah pemain dan pelatihnya yang harus menerima sanksi berat.

Waktu kemudian berlalu. PSS pun mencobanya kembali pada musim 2017. Sayang, perjalanan PSS terhenti di babak 16 besar, meski memiliki materi pemain yang cukup mumpuni.

Mimpi panjang PSS akhirnya terwujud pada tahun ini. Pada 28 November di Stadion Maguwoharjo, setelah mengalahkan Kalteng Putra, pemain, pelatih, dan ribuan pendukungnya menangis bahagia karena cita-cita menembus Liga 1 diraih.

Puncaknya adalah pada 4 Desember di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, publik Sleman larut dalam euforia PSS mengangkat tinggi-tinggi trofi Liga 2.

Terlepas dari usaha yang sudah diraih, PSS memang disebut-sebut tim yang layak sebagai kontestan di Liga 1 dari berbagai aspek. Berikut ini empat fakta unik tentang PSS Sleman yang layak bermain di level Liga 1.

2 dari 5 halaman

Sosok Cristian Gonzales

Striker PSS Sleman, Cristian Gonzales, merayakan gol ke gawang Semen Padang pada laga Liga 2 di Stadion Pakansari, Jawa Barat, Selasa (4/12). PSS menang 2-0 atas Semen Padang. (Bola.com/M. Iqbal Ichsan)

Langkah berani ditempuh PSS Sleman untuk mendatangkan pesepak bola gaek berdarah Uruguay, Cristian Gonzales. Situasi hubungan antara Gonzalez dengan klubnya terdahulu, yakni Madura United, dimanfaatkan oleh PSS. Gonzales pun bergabung ke Sleman sekaligus menjadi bintang.

Perseteruan antara Gonzales dan Madura United, membuat sang pemain baru bisa tampil pada pertengahan musim. Praktis, pemain berjulukan El Loco ini baru mulai membela PSS pada pekan ke-12.

El Loco ternyata belum habis pada usianya yang sudah 42 tahun. Total 13 gol disarangkan El Loco bersama PSS.

Peran Gonzales sangat besar. Gol demi gol dilesakkan pemain yang dinaturalisasi pada 2010 ini. Bahkan, Gonzales pernah mencatatkan hattrick dalam dua pertandingan beruntun, yakni saat melawan Persita Tangerang dan Persiraja Banda Aceh pada babak delapan besar.

Satu golnya di final melawan Semen Padang juga membuktikan dirinya belum habis. Gonzales juga bakal dipertahankan oleh PSS untuk musim depan.

3 dari 5 halaman

Stadion Ala San Siro

Suporter PSS memenuhi tribune utara Stadion Maguwoharjo, Sleman, saat leg kedua semifinal Liga 2 melawan Kalteng Putra (28/11/2018) (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Stadion Maguwoharjo yang menjadi kandang [PSS Sleman](3815336 "") memiliki daya magis tersendiri. Didirikan pada tahun 2005, Maguwoharjo memiliki bangunan seperti markas duo Milan, yakni San Siro atau Giuseppe Meazza.

Stadion ini dibangun nyaris menyerupai markas Inter maupun AC Milan, yakni berbentuk persegi, dengan ciri khas bangunan spiral di setiap sudut stadion. Stadion Maguwoharjo memiliki kapasitas lebih dari 30 ribu penonton. 

Stadion ini menjadi pelopor stadion modern di Indonesia dari segi bentuk bangunan. Terutama posisi tribune yang dekat dengan lapangan yang tak ada lintasan lari. Ini menjadikan Stadion Maguwoharjo layaknya markas tim-tim di Eropa.

Maguwoharjo International Stadium (MIS) dilengkapi dengan jenis rumput zoysia matrelia linmer. Kemudian daya penerangan mencapai 1.200 luks (144 buah), serta papan skor elektronik. Untuk infrastruktur, PSS Sleman sudah aman di Liga 1 musim depan.

4 dari 5 halaman

Suporter Fanatik ala Tifosi

Aksi Brigata Curva Sud saat mendukung PSS Sleman. (Dok Bola.com)

Beruntungnya PSS Sleman memiliki suporter yang sangat loyal, yakni Slemania dan Brigata Curva Sud. Mereka seperti nyawa bagi PSS yang selalu setia mendukung.

Slemania menjasi basis suporter terbesar PSS Sleman sejak awal tahun 2000. Kini, ada Brigata Curva Sud (BCS) yang membuat dukungan semakin besar.

BCS awalnya dibentuk oleh lima komunitas suporter PSS pada 2010, dengan mengadopsi kultur tifosi atau suporter Italia. Nama Brigata Curva Sud berasal dari bahasa Italia. Artinya, brigade tribun selatan.

Penggunaan bahasa itu terispirasi ideologi suporter Ultras Italia. Mereka bisa meneriakkan yel-yel, menyanyi, membuat koreografi, hingga atraksi teatrikal lain sepanjang pertandingan.

Istilah-istilah dunia suporter Italia begitu kental pada BCS ketika bernyanyi atau meneriakkan yel-yel, seperti Vinci per noi, Siamo noi, hingga Bianco Verde, dan Ale.

Pada Februari 2017 BCS dinobatkan sebagai suporter ultras terbaik di Asia oleh sebuah situs digital pecinta bola dunia. BCS berhasil menyisihkan empat suporter asal Jepang (Urawa Boys), Korea Selatan (Frente Tricolor), Malaysia (Boys of Straits), dan India (Bangal Brigade).

BCS dikenal memiliki semboyan No Leader Just Together. Meski tak ada pemimpin, bukan berarti tak ada aturan. BCS menerapkan aturan ketat bagi anggotanya. Dari wajib bersepatu, beratribut serba hitam, dilarang meniup terompet, sampai harus berdiri sepanjang pertandingan. Suporter anggota BCS juga wajib membeli tiket pertandingan.

5 dari 5 halaman

Pengelolaan Manajemen Pro

Skuat PSS Sleman 2018. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Banyak pihak menyebut kekuatan yang cukup besar di PSS Sleman adalah manajerial yang baik. Selain didukung keuangan yang sehat, manajemen Laskar Sembada dinilai juga bekerja dengan baik untuk menyatukan visi dan misi baik di tingkat pemain maupun pelatih.

Ketua Asosiasi PSSI Provinsi DIY, Bambang Giri Dwi Kuncoro ikut berpendapat bahwa keberhasilan PSS musim ini tak lepas dari adanya kesatuan di elemen tim, terutama peran manajemen. Menurutnya, DIY pantas berbangga dengan lolosnya PSS Sleman ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia tahun depan.

"Sangat membanggakan tentunya ada wakil dari DIY bisa bersaing di Liga 1 yang merupakan kompetisi idaman semua klub. Saya rasa teman-teman dari pengurus PSS berhasil menjalankan visi dan misinya dengan baik," ujarnya kepada Bola.com, Kamis (29/11/2018). 

"Di situ ada tim, pelatih, dan manajemen yang benar-benar menyatu, Serta dukungan dari suporter mereka semakin membuat suasana tim selalu bergairah. Saya berharap PSS bisa terus berprestasi di Liga 1, sekaligus menjadi motivasi bagi tim-tim lain di DIY," tegasnya.

Berita Terkait