Melihat Kembali Jejak Edy Rahmayadi di PSSI

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 20 Jan 2019, 12:10 WIB
Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi saat mengikuti Kongres PSSI 2018 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang (13/1/2018). Salah satu agenda Kongres PSSI 2018 adalah revisi Statuta. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Nusa Dua - Edy Rahmayadi menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI pada Minggu (20/1/2019). Padahal, Edy masih memiliki masa bakti hingga 2020.

Advertisement

Nama Edy Rahmayadi dikenal publik sepak bola Indonesia setelah terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam kepengurusan periode 2016-2020 pada 10 November 2016.

Edy, yang ketika itu masih menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), terpilih menggantikan La Nyalla Mattalitti.

Pemilihan Ketua Umum PSSI diikuti 107 voter yang hadir pada Kongres PSSI 2016 di Jakarta. Edy ketika itu meraup 76 suara dan mengalahkan pesaing terberatnya, yakni mantan Panglima TNI, Moeldoko, dengan 23 suara.

Terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, Edy kemudian langsung menggulirkan Liga 1 2017. Namun, harapan publik akan sepak bola Indonesia yang baru, mendadak sirna ketika Edy memutuskan pensiun dari karier militernya demi mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatra Utara pada 5 Desember 2017.

Pada awal 2018, Edy pun resmi mendeklarasikan diri sebagai calon Gubernur Sumatra Utara bersama pasangannya, Musa Rajekshah. Kesibukannya dalam kampanye Gubernur Sumut membuat fokus Edy terbelah.

Pria kelahiran 10 Maret 1961 itu makin sering menghabiskan waktu bersosialisasi keliling Sumut yang membuatnya seolah melupakan jabatan Ketua Umum PSSI. Edy akhirnya terpilih sebagai Gubernur Sumut melalui pemilukada yang digelar pada 27 Juni 2018.

Diusung 11 partai politik kemudian berhasil mengantarkan Edy Rahmayadi menuju jabatan Sumatra Utara 1 dengan jumlah suara mencapai 57,67 persen. Ini menjadi awal pertama gaung "Edy Out" bergema dengan alasan rangkap jabatan.

2 dari 2 halaman

Kasus Kematian Suporter dan Kegagalan Timnas

Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, berlari bersama pemain Timnas Indonesia U-16 sebelum acara pelepasan di Stadion Atang Sutresna, Jakarta Timur, Rabu (12/9/2017). Timnas U-16 akan mengikuti kualifikasi Piala AFC U-16. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Desakan agar Edy Rahmayadi mundur kembali bergema ketika seorang suporter Persija Jakarta bernama Haringga Sirla tewas akibat dikeroyok oknum suporter Persib Bandung di Kompleks Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gedebage (23/9/2018).

Insiden Haringga ibarat puncak mengingat kasus kematian suporter di Indonesia selama PSSI dipimpin Edy, sudah terjadi sebelumnya. Edy dianggap tidak becus mengurus sepak bola Indonesia karena konsentrasinya terpecah sebagai Gubernur Sumut.

Namun, ketika ditanya perihal rangkap jabatan antara Ketua Umum PSSI dan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi justru mengeluarkan pernyataan kontroversial.

"Apa urusan Anda menanyakan itu? Bukan hak Anda juga untuk bertanya kepada saya," kata Edy Rahmayadi ketika wawancara dengan Kompas TV.

Belum cukup sampai disitu, Edy Rahmayadi kembali dimintai pertanggungjawabannya atas kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Seperti diketahui, Pasukan Bima Sakti itu hanya mampu melaju sampai babak penyisihan grup.

Namun, Edy lagi-lagi mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan reaksi beragam dari berbagai kalangan.

"Wartawannya yang harus baik, jika wartawannya baik maka timnasnya baik," jawab Edy.

Edy Rahmayadi akhirnya menjawab tekanan dan desakan yang diarahkan kepadanya dengan menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI. Saat ini, tongkat kepemimpinan induk tertinggi sepak bola Indonesia beralih ke Joko Driyono yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.

Berita Terkait