Manajemen AC Milan Dilanda Perpecahan

oleh Windi Wicaksono diperbarui 07 Okt 2019, 12:45 WIB
Legenda AC Milan, Paolo Maldini, yang kini menjabat sebagai direktur klub. (Fayez Nureldine/AFP)

Jakarta Dua legenda AC Milan yang kini berada di jajaran manajemen klub, Zvonimir Boban dan Paolo Maldini, mengaku memiliki visi yang berbeda dari Elliott Management selaku pemilik AC Milan. Boban dan Maldini ingin I Rossoneri belanja pemain top lebih banyak.

Sementara Elliott Management bersikeras membangun AC Milan lewat pemain-pemain muda. Perbedaan pandangan ini menumbuhkan perpecahan dalam manajemen klub yang bermarkas di San Siro ini.

Advertisement

Elliott Management mengambil alih Rossoneri setelah pengusaha China, Li Yonghong, gagal membayar kembali pinjaman yang dia gunakan untuk membeli I Rossoneri dari Silvio Berlusconi. Elliott Management pun memiliki cara sendiri dalam menjalankan klub.

Maldini merasa masalah yang muncul adalah dari segi olahraga dan bisnis klub. Boban berpendapat, Elliott Management perlu mengubah pendekatan dalam mengelola AC Milan.

"Tidak ada tim muda yang memenangkan Liga Champions. Itu fakta," kata Maldini, yang sekarang menjabat direktur AC Milan.

"Bahkan untuk meraih Scudetto," tambah Boban, sesama direktur I Rossoneri dan mantan rekan setimnya dulu.

"Impian kami adalah AC Milan mendapatkan hasil pada hari esok. Elliott memiliki jalan yang berbeda, mereka memiliki visi yang berbeda. Saya pikir kami bisa menemukan cara yang membuat kami berdua bahagia," jelas Boban.

2 dari 2 halaman

Tingkatkan Pendapatan

Zvonimir Boban kini menjabat sebagai Direktur AC Milan (Foto: FIFA)

AC Milan juga mendatangkan mantan CEO Arsenal Ivan Gazidis dengan tujuan meningkatkan pendapatan klub, yang saat ini hanya sekitar setengah dari yang diperoleh Juventus. Elliott Management ingin segera mendapat untung dari kepemilikan mereka atas I Rossoneri.

Casper Stylsvig kini merupakan Kepala Bagian Revenue AC Milan yang baru. Dia tidak terkesan dengan situasi yang dia temukan di klub yang identik dengan warna merah dan hitam ini.

"Mungkin berlebihan untuk menyebutnya Zaman Batu tetapi tim komersial (AC Milan) jelas 10 tahun di belakang Liga Premier Inggris dan mungkin dua, tiga tahun di belakang klub-klub top di Italia," ungkap Casper Stylsvig.

Disadur dari: Liputan6 (Windi Wicaksono/Harley Ikhsan, published 7/10/2019)