M. Basri, Pelatih Kharismatik Asal Makassar dengan Sederet Gelar Bergengsi

oleh Abdi Satria diperbarui 22 Jun 2020, 09:15 WIB
PSM Makassar - M Basri (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Makassar - Sosok M.Basri tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang sepak bola Indonesia.

Sebagai pemain, ia tercatat dua kali membawa PSM Makassar, klub tanah kelahirannya juara Kompetisi Perserikatan yakni 1964-1965 dan 1965-1966. Basri pun secara reguler menjadi bagian dari Timnas Indonesia pada sejumlah ajang pada era 1960-an.

Advertisement

Nama Basri justru lebih menjulang ketika menjadi pelatih. Ia mendulang berbagai trofi, di antaranya membawa Persebaya Surabaya, juara Piala Perserikatan 1977 dan menjadi bagian sukses Niac Mitra juara Galatama pada 1981, 1982 dan 1986.

Kiprahnya bersama Niac Mitra ini mengantar Basri menangani tim nasional senior pada dua periode yakni 1983 dan 1989 di ajang Pra Olimpiade dan Sea Games. Pasca jadi pelatih timnas, Basri kembali berkutat di level klub dengan menangani Arema Malang (1991-1993) dan Mitra Surabaya (1994).

Setelah berkarier di luar Makassar, Basri akhirnya kembali ke PSM pada 1995. Ia menerima tawaran manajemen PSM yang dikendalikan oleh Nurdin Halid menghadapi persaingan di Liga Indonesia 1995-1996.

Target yang dibebankan ke Basri saat itu adalah mengembalikan pamor PSM yang sempat memudar pada Liga Indonesia edisi perdana.

Racikan taktik Basri dan dukungan dana besar dari Nurdin membuat PSM kembali menjadi klub disegani. Dimotori trio Brasil, Marcio Novo, Luciano Leandro dan Jacksen Tiago, PSM menembus final dengan mulus.

Sayang di partai puncak, penampilan PSM mengalami antklimaks sehingga takluk 0-2 di tangan Mastrans Bandung Raya di Stadion Gelora Bung Karno.

Meski gagal membawa PSM juara, kiprah Basri saat itu tetap dikenang oleh suporter Juku Eja. Seperti kata Andi Coklat, pentolan suporter PSM.

"Om Basri telah membuat kami bangga. Meski tidak juara, tim PSM tampil aktraktif dengan materi mayoritas pemain asli Makassar," kenang Coklat.

Pada berbagai kesempatan pertemuan dengan Bola.com, Basri mengungkapkan ia memang lebih memprioritaskan putra daerah dimana klub itu bermarkas.

"Secara teknis mungkin mereka sama dengan pemain lain. Tapi, mereka punya motivasi dan semangat tak mau kalah. Sebagai pelatih, tentu hal ini membantu kerja saya," ujar Basri yang saat ini menghabiskan masa tuanya di Surabaya bersama anak cucunya. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Motivator Ulung

Logo PSM Makassar. (Bola.com/Dody Iryawan)

Meski dikenal tegas dan keras dalam melatih, Basri adalah motivator yang ulung. Ia juga adalah pelatih yang aktif mengajak pemainnya berdiskusi. Baik secara tim atau personal. Basri pun jeli membaca kelemahan lawan.

"Kalau skor imbang atau PSM ketinggalan 0-1 saat jeda, kami sudah yakin menang. Karena tahu Om Basri sudah punya strtegi jitu untuk mengalahkan lawan," kata Coklat.

Mantan pelatih tim nasional Indonesia ini dinilai jeli melihat potensi pemain. Seperti diungkap Iskandar Muzakkir, pentolan suporter PSM lainnya. Iskandar merujuk keputusan Basri mengubah posisi Ortizan Solossa dari striker ke bek sayap pada Liga Indonesia 1997-1998.

"Alasan Basri saat itu, Ortizan lebih pas sebagai bek sayap karena memiliki kecepatan dan naluri serang tinggi," terang Iskandar.

Keputusan Basri terbukti benar. Ortizan kemudian menjadi bek sayap papan atas yang pernah beredar di Liga Indonesia. Bersama PSM, Ortizan meraih trofi juara pada musim 1999-2000.

Berita Terkait