Kenangan Boy Jati Asmara di Persib: Dari Gaji Telat sampai Cerita Pak Haji Umuh Si Raja Sawer

oleh Nandang Permana diperbarui 01 Jul 2020, 12:00 WIB
Boy Jati Asmara dan Erick Setiawan memberikan pendapat perihal permainan Persib di bawah racikan Dejan Antonic. (Bola.com/Permana Kusumadijaya)

Bola.com, Jakarta - Buat Boy Jati Asmara, membela Persib Bandung adalah kebanggaan. Meski dulu pernah diterpa masalah keuangan seperti gaji telat, bonus tak ada, dan lain sebagainya, hal itu bukan masalah.

Boy Jati Asmara merukan angkatan Eka Ramdani dan Erik Setiawan. Ketiganya diangkat oleh Deni Syamsyudin dan sudah masuk skuat Persib pada Liga Indonesia 2002.

Advertisement

Namun, pamor kebintangan Boy Jati Asmara belum terang, sehingga sepanjang musim ia urung melakoni debut di skuat utama. Namanya semakin tenggelam setelah Persib dihuni oleh pelatih dan pemain asing.

Eka Ramdani pindah ke Persijatim Solo FC, Erik Setiawan ke Persebaya, sementara Boy Jati Asmara memilih untuk setia di Bandung, namun fokus mempersiapkan diri menghadapi PON 2004 bersama tim Jawa Barat.

Berkat kesabaran dan keuletannya, pada Liga Indonesia 2005, Indra M. Tohir membawa Boy Jati Asmara. Striker yang kini berusia 37 tahun itu juga langsung masuk skema utama Persib.

Tak mau mengecewakan Indra M. Tohir, ia membayar kepercayaan dari pelatihnya itu dengan performa impresif. Yang paling berkesan adalah ketika ia mencetak brace ke gawang Sriwijaya FC pada 8 Maret 2005 di Stadion Gelora Sriwijaya FC.

Boy Jati Asmara bercerita, kalau saja itu dilakukannya saat ini, mungkin akan lain cerita. Kucuran bonus pasti didapatkan. Namun demikian, ia tak mempermasalahkan hal tersebut, sebab buatnya, membela Persib adalah sesuatu yang membanggakan.

"Tidak ada bonus, apalagi kan saat itu masih APBD ya. Kondisinya terbalik dengan kondisi sekarang. Jadi, waktu itu kita sempat mengalami telat gaji. Memang betul-betul saat itu memakai baju Persib itu sudah menjadi benar-benar sebuah kembanggaan," kata Boy Jati Asmara kepada Bola.com, Rabu (1/7/2020).

 

Video

2 dari 3 halaman

Beda Persib Dulu dan Sekarang

Geoffrey Castillion sudah bergabung dalam latihan Persib Bandung. (Bola.com/Erwin Snaz)

Pada saat itu, kata Boy Jati di klub Persib Bandung tidak mewajibkan bonus seperti sekarang. Boy mengaku bonus ada, namun munculnya bukan karena menang atau bisa mencetak gol. Bonus yang ada saat itu bisa dibilang seadanya dan tidak rutin.

Pada saat itu, masih kata Boy Jati, Persib yang dulu adalah klub yang besar namanya, namun tidak dengan manajemennya. Kalau sekarang, ia menilai tim berjulukan Maung Bandung itu sudah jauh lebih profesional.

"Persib saat itu hanya besar (namanya) tidak seperti tim-tim lain yang besar nilai-nilainya (finansial). Dan memang orientasi kita pada saat itu bukan ke uang. Sudah bisa main memakai baju logo Kota Bandung saja sudah benar-benar bangga," ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Haji Umuh Muchtar Si Raja Sawer dan Kelakarnya soal Liga Inggris

Umuh Muchtar adalah seorang pengusaha yang menjadi manajer klub sepak bola Persib Bandung

"Pak Haji Umuh Muchtar (manajer sekarang) saat itu sudah ada, tapi masih di luar, belum masuk ke tim. Hanya sesekali memberikan saweran. Kalau tak salah, Pak Haji Umuh itu masuk pada tahun 2008. Kalau kata kita para pemain, Pak haji Umuh itu raja sawer, jadi kalau pertandingan datang, datang dan bagi-bagi uang. Tapi tidak rutin," tambahnya.

Disinggung soal ritual, sebelum pertandingan itu, Boy Jati menegaskan selama berkarir tidak pernah melakukan ritual tertentu.

"Wah, saya enggak pernah ritual-ritualan. Saya mah berdoa saja. Kalau saya punya ritual khusus sebelum pertandingan, mungkin saya sudah bermain di Liga Inggris," pungkas Boy Jati sambil tertawa.

Berita Terkait