Memori Kelam Timnas Indonesia di Piala AFF 2018: Diawali Kepergian Luis Milla, Terpuruk dengan Bima Sakti dan Komentar Wartawan Harus Baik

oleh Hendry Wibowo diperbarui 16 Des 2020, 07:00 WIB
Kolase - Terpuruknya Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Tahun 2020 sudah masuk bulan Desember. Jika tidak ada pandemi virus corona, kini Timnas Indonesia seharusnya sedang berjuang di ajang Piala AFF, kompetisi paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara.

Piala AFF 2020 awalnya dijadwalkan 23 November sampai 31 Desember. Tapi kini sudah ditunda ke tanggal 5 Desember 2021 sampai 1 Januari 2022. Urung digelarnya Piala AFF 2020, tentu membuat publik Indonesia kecewa.

Advertisement

Harapan menghapus luka kelam pada Piala AFF 2018 harus tertunda lebih lama. Ya performa Timnas Indonesia pada ajang ini dua tahun lalu memang sangat buruk jika enggan dibilang memalukan.

Kala itu, Timnas Indonesia yang dilatih Bima Sakti tergabung di Grup B bersama Thailand, Filipina, Singapura, dan Timor Leste. Hansamu Yama Pranata dan kawan-kawan hanya menang sekali, imbang sekali, dan kalah dua kali.

Torehan hanya empat poin, membuat Timnas Indonesia hanya finis posisi empat dan gagal lolos ke semifinal. Sebuah luka mendalam mengingat Skuad Garuda biasanya bisa melaju jauh.

Pada artikel ini, Bola.com mengajak pembaca untuk mengetahui lagi, kronologi kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2008.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 4 halaman

Diawali Kepergian Luis Milla

Pelatih Timnas Indonesia U-23, Luis Milla, saat latihan di Lapangan ABC Senayan, Jakarta, Rabu (25/4/2018). Latihan tersebut dalam rangka persiapan Anniversary Cup 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Sebelum mentas di Piala AFF 2018, PSSI menyiapkan sejumlah agenda uji coba internasional agar Timnas Indonesia semakin kompetitif. Sejumlah tim seperti Jepang, hingga Cile disebut bakal menjadi lawan Evan Dimas dkk. pada laga persahabatan selanjutnya.

Tujuan diambilnya langkah itu tentu mengerucut kepada satu hal, yakni agar Timnas Indonesia siap bersaing di Piala AFF 2018.

Namun seiring persiapan ini, kursi pelatih Timnas Indonesia yang dipegang Luis Milla mulai goyang. Semua berawal ketika SKuad Garuda melakoni partai uji coba kontra Mauritius, pertengahan September 2018.

Kala itu, Luis Milla sudah tidak mendampingi tim. Meski tanpa Milla, Timnas Indonesia berhasil menang 1-0 atas Mauritius. Tim Garuda juga meraih hasil positif ketika menghadapi Myanmar dan Hong Kong dalam laga uji coba, kendati tanpa pelatih asal Spanyol tersebut.

Timnas Indonesia yang diarsiteki Bima Sakti meraih kemenangan 3-0 atas Myanmar dan 1-1 atas Hong Kong. Menilik hasil-hasil itu, PSSI akhirnya memutuskan tidak memperpanjang masa bakti Milla pada akhir Oktober.

Bima kemudian dipilih sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Target juara Piala AFF 2018 pun dimandatkan PSSI kepada pelatih asal Balikpapan tersebut.

3 dari 4 halaman

Terpuruk di Piala AFF 2018 bersama Bima Sakti

Pelatih Timnas Indonesia, Bima Sakti, menyapa suporter usai melawan Filipina pada laga Piala AFF 2018 di SUGBK, Jakarta, Minggu (25/11). Kedua negara bermain imbang 0-0. (Bola.com/M. Iqbal Ichsan)

Penunjukan Bima Sakti sebagai pelatih Timnas Indonesia menjadi bumerang. Kekalahan 0-1 dari Singapura menjadi awal keterpurukan Stefano Lilipaly dkk. di Piala AFF 2018.

Dari empat pertandingan fase Grup B, Timnas Indonesia hanya menang 3-1 atas Timor Leste. Tim Merah-Putih juga takluk 2-4 dari Thailand dan bermain 0-0 kontra Filipina.

Semua hasil tersebut memaksa Timnas Indonesia menghuni peringkat keempat di klasemen akhir Grup B, karena hanya mendulang empat poin. Mereka pun dipastikan gagal menembus semifinal.

Bima menjadi sosok yang dianggap harus mempertanggung jawabkan hasil negatif Timnas Indonesia. Pada Desember 2018, PSSI akhirnya resmi melengserkan sosok 42 tahun itu dari kursi kepelatihan timnas senior.

Sebagai gantinya, PSSI menunjuk Simon McMenemy untuk menangani Timnas Indonesia. Sang pelatih awalnya diikat kontrak berdurasi dua tahun agar mempersiapkan Garuda berjala di Piala AFF edisi 2020.

Namun lantaran hasil buruk yang didapat Timnas Indonesia pada kualifikasi Piala Dunia 2022, Simon McMenemy dipecat dan digantikan arsitek asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.

4 dari 4 halaman

Wartawan Harus Baik

Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi saat mengikuti Kongres PSSI 2018 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang (13/1/2018). Salah satu agenda Kongres PSSI 2018 adalah revisi Statuta. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Menariknya seiring kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, sosok Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi turut menjadi sorotan.

Adalah soal komentarnya yang menghubungkan perilaku wartawan dengan prestasi timnas, setelah tim sepakbola Indonesia gugur di Piala AFF. "Wartawannya yang harus baik, jika wartawannya baik maka timnasnya baik," katanya kepada awak media.

Pernyataan Edy Rahmayadi ini dilontarkan ketika wartawan bertanya tentang langkah PSSI ke depan, menyusul kandasnya timnas Indonesia di Piala AFF 2018 di fase grup.

Seperti diketahui, kini sosok Edy Rahmayadi sudah tidak lagi menjadi Ketum PSSI. Posisinya digantikan oleh Mochamad Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule.

 

Berita Terkait