Sejarah Rivalitas Manchester United Vs Leeds: Kebencian yang Mengakar dari Perang Saudara

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 20 Des 2020, 07:00 WIB
Striker Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer mengontrol bola dari kawalan bek Leeds United, Johnathan Woodgate selama bertanding pada 30 Maret 2002. Solskjaer bermain 366 kali untuk MU, dan mencetak 126 gol. (AFP Photo/Paul Barker)

Bola.com, Jakarta - Satu di antara derbi yang paling ditunggu di Liga Inggris akhirnya kembali tersaji setelah menunggu kurang lebih 16 tahun lamanya. Ialah Roses Derby antara Manchester United vs Leeds United.

Pertemuan kedua kesebelasan di anggap sebagai satu di antara yang paling ganas di sepak bola Inggris. Sejarahnya sudah mengakar sejak zaman dulu hingga sekarang, bahkan James Milner pernah berkata bahwa sejak kecil, suporter dewasa Leeds sudah dididik untuk membenci Manchester United.

Advertisement

James Milner terekam kamera menghina Manchester United saat Liverpool mengangkat trofi Premier League usai Liverpool menghancurkan Chelsea 5-3 di Anfield pada Kamis (23/7/2020) dini hari WIB. Seusai laga pekan ke-37 Premier League, Liverpool berpesta gelar juara.

Ia pun kedapatan melontarkan ejekan: "Ini pertama kalinya saya menginginkan pita merah (di piala). Selama ini selalu United. Dasar banci!”

"Tentunya suporter Leeds dibesarkan untuk benci Manchester United, sebagai rival, jadi warna merah itu dilarang," ujarnya kepada FourFourTwo pada 2018 lalu.

"Ayah saya berkelakar ketika saya bergabung dengan Liverpool, dengan mengatakan bahwa itu adalah kali pertama dia merasa senang untuk melihat saya secara reguler memakai warna merah," timpalnya lagi.

Bukan cuma di dalam sepak bola, ada rivalitas yang mengakar antara Leeds United dan Manchester United. Seperti apa? Simak ulasannya.

Video

2 dari 3 halaman

Mengapa Dinamai Roses Derby?

Aksi Suporter Manchester United mendukung timnya saat bertanding melawan Celta Vigo pada leg kedua Liga Europa di stadion Old Trafford, Inggris,(11/5). Di leg kedua ini MU bermain imbang 1-1 dengan Celta Vigo. (AP Photo/Dave Thompson)

Dulu, ada peperangan sipil yang melibatkan dua daerah, yakni Lancashire dan Yorkshire. Peperangan antar dua daerah ini yang kemudian menyebabkan Battle of Rose atau Wars of Roses.

Leeds United diasosiasikan sebagai klub dari Yorkshire, sementara Manchester United dari Lancashire. Leeds United identik dengan warna putih, Manchester United familier dengan warna merah.

Battle of Rose ini berlangsung dari 1455 hingga 1487. Tujuannya saat itu adalah satu, memperebutkan takhta kerajaan Inggris, atau lebih tepatnya untuk menentukan siapa yang berhak memimpin Inggris.

Armada dari Lancashire memiliki bendera khas, yakni mawar merah. Sementara Yorkshire berlambang mawar putih. Sampai di sini, kalau pembaca setia Bola.com bertanya-tanya dari mana asal mawar dalam Roses Derby, inilah jawabannya.

Bangsawan dari Yorkshire, yang kemudian dikenal dengan istilah Dukes of York berhasil melengserkan King Henry VI. Ini menjadi pemicu perang antara Yorkshire dengan Lancashire sebab King Henry VI merupakan raja dari Duke of Lancaster, bangsawan dari Lancashire.

Kekalahan tersebut membuat orang-orang Lancashire bertekad merebut kembali tahta kerajaan. Melalui pertempuran bertahun-tahun yang dikenal dengan nama Blore Heath War, Yorkshire pun takluk.

Perang demi perang terus berlanjut selama puluhan tahun lamanya. Blore Heath War hanya satu rangkaian Wars of Roses. Tak terhitung lagi jumlah korban dari kedua belah pihak demi tahta kerajaan Inggris.

Barulah pada satu momen, Henry VII dari Lancashire menikahi Elizabeth, putri dari Edward IV yang merupakan bangsawan Yorkshire. Kedua keluarga dari York dan Lancaster pun bersatu, termasuk penggabungan mawar putih dan merah yang mewakili bendera masing-masing kubu.

3 dari 3 halaman

Tumpah Ruah di Rumput Hijau

2. Pria asal Argentina itu berhasil mengakhiri penantian panjang fans yang ingin melihat kembali tim kesayangan nya beraksi di Premier League. (AFP/Paul Ellis)

Pada era 1960-an dan 1970-an, Leeds United dan Manchester United merupakan dua tim yang duelnya selalu dinanti. Sebab, laga seru dengan intensitas tinggi tergambar nyata selama 90 menit.

Di luar lapangan, kedua suporter juga sering terlibat bentrok. Apalagi pada 1970-an, Inggris sedang marak dengan aksi hooliganism. Dua firm dari masing-masing klub yang terkenal disegani, Leeds United Service Crew dan Red Army.

Leeds mendominasi sebenarnya, di mana pada 1974, ketika Manchester United terjun ke Divisi 2, Leeds cuma kalah empat kali dari 25 perjumpaan melawan Setan Merah. Tapi perbedaan kasta tak menurunkan intensitas rivalitas. Justru makin memanas.

Masih pada periode 1970-an, Leeds United disebut-sebut menggambarkan sepak bola Inggris yang murni, yakni keras, penuh determinasi tinggi, dan mengutamakan fisik. Penampilan mereka seringkali berujung kasar sehingga mereka dijuluki Dirty Leeds.

Satu di antara sekian figur yang wajib dikenang jika bicara mengenai Leeds United adalah Don Revie. Dialah sang pencetus permainan keras dipadu dengan skill individu. Lewat gaya permainannya, Leeds mewakili imej sepak bola Inggris.

Don Revie bermain di Leeds United sejak 1958 hingga 1962. Dia juga yang kemudian menjadi manajer di Leeds dari 1961 hingga 1974. Julukan Dirty Leeds mungkin terdengar buruk, tapi buat suporter Leeds, itu adalah kebanggaan.

Sebaliknya, Manchester United terbilang baru benar-benar menguasai Inggris pada era Sir Alex Ferguson. Lagi-lagi, Si Setan Merah datang 'mengganggu'. Setelah ditangani Sir Alex, Manchester United menjelma menjadi satu di antara tim terbaik di Inggris, bahkan dunia.

Sumber: Berbagai sumber

Berita Terkait