BCS dan Slemania, Alasan Yevhen Bokhasvili Jatuh Hati dengan PSS

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 23 Des 2020, 11:00 WIB
Tangan - tangan Brigata Curva Sud (BCS) saat mendukung timnya melawan Persipura Jayapura pada pembukaan Piala Presiden 2017 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (4/2/2017). Tim Elang Jawa menahan imbang Persipura 0-0. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Sleman - Bintang PSS Sleman, Yevhen Bokhasvili sulit berpaling sejak dirinya mendarat di Sleman, tepatnya pada gelaran Piala Presiden 2019. Satu di antara yang membuatnya betah di PSS adalah dikungan suporter.

PSS Sleman memiliki basis suporter fanatik yakni Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania. BCS disebut-sebut sebagai kelompok suporter beraliran ultras terbaik di Indonesia melalui karya-karya koreografi yang memukau.

Advertisement

BCS selalu menghadirkan teror bagi lawan melalui suara nyanyian lantang untuk memompa semangat para penggawa tim Elang Jawa. Sementara Slemania tidak kalah fanatiknya, sebagai kelompok suporter tertua di PSS dan masih eksis sampai sekarang.

"Aku jatuh cinta pertama kali datang di Indonesia, meski di awal kedatangan saya dalam kondisi cedera," ungkap Yevhen Bokhasvili dalam kanal YouTube PSS Sleman belum lama ini.

Kehadiran dua kelompok suporter dengan masa yang besar tersebut merupakan alasan striker asal Ukraina itu bertahan.

Saat itu ia datang ke PSS dalam keadaan dibekap cedera dan belum dapat memperkuat timnya di fase grup Piala Presiden. Lantas pemain asal Ukraina tersebut hanya dapat menyaksikan perjuangan rekan-rekannya dari atas tribune Stadion Maguwoharjo.

"Saya datang ke tribune stadion menyaksikan pertandingan PSS melawan Borneo FC di Piala Presiden 2019, padahal itu bukan liga, hanya turnamen. Tetapi stadion penuh suporter, sangat menarik, luar biasa," ceritanya.

Baginya, kultur sepak bola terutama dari sisi dukungan para suporter di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negaranya Ukrainya dan sejumlah negara kawasan Eropa Timur. Di negaranya yang merupakan pecahan Uni Soviet, banyak orang menyukai sepak bola dan aliran ultras tumbuh pesat.

Begitu pula di Indonesia yang sangat membuatnya terkesan. Ia mengatakan suporter di Indonesia khususnya PSS, mempersiapkan diri dengan matang sebelum pertandingan. Mereka datang ke stadion dua atau tiga jam sebelum pertandingan dan berkreasi saat laga.

"Setahu saya Indonesia bukan negara tradisi sepak bola yang terkenal, tapi hanya ingin sepak bola di sini terus maju. Bukan negara yang terkenal sepak bolanya semacam Inggris, Spanyol, Jerman. Saya tidak menyangka level mereka (Indonesia) dalam mendukung timnya di stadion begitu luar biasa," beber pemain berusia 27 tahun tersebut.

Berita Terkait