Curhat Mia Mawarti, Pebulutangkis Wanita Indonesia yang Terlibat Kasus Pengaturan Skor

oleh Hendry Wibowo diperbarui 11 Jan 2021, 21:00 WIB
Logo BWF. (BWF)

Bola.com, Jakarta - Mia Mawarti, satu dari delapan pemain bulutangkis Indonesia yang terlibat dalam kasus pengaturan hasil pertandingan buka suara mengenai kejadian yang menimpanya saat ini.

Mia Mawarti mendapat tiga tuduhan dari BWF selaku federasi tertinggi bulutangkis dunia. Pertama ia dituduh telah menyetujui dan menerima uang sebesar Rp 10 juta dari hasil perjudian Hendra Tandjaya.

Advertisement

Kedua, ia tidak melaporkan terjadi perjudian kepada BWF. Ketiga ia tidak hadir dalam wawancara atau undangan investigasi oleh BWF. Atas kesalahnnya itu, Mia diskorsing 10 tahun tidak boleh terlibat dalam pertandingan dan denda 10.000 dolar AS.

"Terhadap hukuman itu, saya mengajukan banding agar Pengadilan CAS (Pengadilan Arbitrase Olahraga) membatalkan keputusan BWF," ujar Mia yang kini membela klub Semen Baturaja, Palembang.

Pembelaan pemain berusia 24 tahun ini karena uang hasil kesepakatan dengan Hendra tersebut sejatinya merupakan uang saku untuk dirinya selama mengikuti kejuaraan.

Mia juga tidak mengetahui bahwa uang tersebut berasal dari hasil perjudian yang dilakukan oleh Hendra.

"Lalu dalam hal tuduhan saya menyetujui retired di New Zealand Open 2017 pada partai ganda putri, juga sama sekali tidak benar. Bahkan saya berdebat dengan Hendra di tengah lapangan," Mia bercerita.

"Saya tidak mau retired tapi Hendra sebagai ofisial meminta ke wasit agar pertandingan dihentikan dengan menyebut saya tidak mungkin melanjutkan pertandingan karena cedera. Padahal saya tidak cedera," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 2 halaman

Pelanggaran Kode Etik

Tiga dari delapan pemain bulutangkis Indonesia yang terlibat dalam kasus pengaturan hasil pertandingan bertemu dengan Pengurus Pusat PBSI di Pelatnas Bulutangkis Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur, Senin, 11 Januari 2021, pagi. (Istimewa)

Soal, tidak melaporkan terjadi perjudian kepada BWF, Mia Mawarti mengaku tidak mengetahui kalau tidak melaporkan ke BWF adalah sebagai pelanggaran kode etik.

Yang dia tahu, pelanggaran kode etik hanya berupa perjudian saja. "Selain itu, BWF tidak pernah melakukan investigasi langsung kepada saya, sehingga saya tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi sesungguhnya," ujarnya.

"Dengan demikian putusan BWF dilakukan secara sepihak tanpa mendengar penjelasan dan pembelaan dari saya sebagai korban," Mia melanjutkan.

Karena itu, Mia meminta CAS bisa menerima permohonan bandingnya. Juga meminta Pengadilan CAS membatalkan keputusan BWF karena dirinya masih ingin terus berkarier sebagai pemain lantaran merupakan mata pencahariannya.

Berita Terkait