Pahit dan Manis Yusuf Ekodono di Persebaya: Jadi Legenda, Rumah Terbakar saat Bertanding

oleh Abdi Satria diperbarui 15 Jan 2021, 07:00 WIB
Persebaya Surabaya - Yusuf Ekodono (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Surabaya - Legenda Persebaya Surabaya, Yusuf Ekodono pantas masuk dalam daftar striker papan atas yang pernah mewarnai perjalanan sepak bola Indonesia. Sebagai pemain, prestasi Yusuf terbilang lengkap.

Pria asli Surabaya kelahiran 16 April 1967 ini jadi bagian Persebaya Surabaya ketika meraih trofi juara Perserikatan 1987-1988 dan Liga Indonesia 1996-1997. Di level Timnas Indonesia, Yusuf membawa skuad Garuda meraih medali emas cabang sepak bola di SEA Games 1991 Manila.

Advertisement

Meski pernah berkostum PSM Makassar, PSIS Semarang dan Persijap Jepara, Yusuf tetap diidentikkan dengan Persebaya. Selain trofi juara kasta tertinggi, Yusuf juga pernah membawa Persebaya berjaya pada sejumlah turnamen bergengsi seperti Piala Persija dan Piala Utama.

Di ajang itu, ia juga melengkapinya dengan meraih penghargaan sebagai pemain terbaik dan top skorer.

Berbagai sukses ini tak digapai dengan mudah. Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Yusuf menceritakan pengalaman pahit dan manis saat berkarier sebagai pemain dan terutama pahit dan manis di Persebaya Surabaya.

"Saya beruntung berada dalam lingkungan keluarga yang menyukai sepak bola. Kedua orang tua saya tak hanya mendukung tapi juga menanamkan rasa cinta dan semangat juang untuk mendapatkan sukses," kenang Yusuf.

Video

2 dari 3 halaman

Berawal dari Tambak Sari

Yusuf Ekodono (jongkok tengah) bersama rekan Persebaya pada 1997, termasuk Carlos de Mello dan Jacksen F. Tiago, saat menghadapi klub Korea Selatan dalam turnamen segitiga di Surabaya. (Bola.com/Istimewa/Fahrizal Arnas)

Masimin, ayah Yusuf adalah pesepak bola amatir yang pernah membela Kinibalu dan Setia, klub yang bersaing di kompetisi internal Persebaya Surabaya. Sementara Kasinem, ibunya adalah pembina Persebaya Putri.

Belakangan ayah Yusuf lebih fokus membuka sejumlah usaha termasuk memiliki toko di Pasar Turi untuk menghidupi kedelapan anaknya. Yusuf sendiri kadang ikut membantu usaha orangtuanya itu. Hasilnya, Yusuf selalu dibelikan sepatu bola yang bagus.

"Tiap Senin dan Kamis, saya dibebaskan dari tugas karena benturan dengan jadwal latihan sepak bola," kata Yusuf.

Yusuf pun sering diajak oleh ayah dan ibunya menonton laga Persebaya dan Niac Mitra di Stadion Tambak Sari. Pada momen ini, Yusuf pernah mendapatkan pengalaman pahit yang justru membuatnya termotivasi menjadi pemain yang sukses. Saat itu, sehabis menonton laga Persebaya, tas ibunya yang berisi uang hasil dagangan raib ditangan pencopet.

"Tapi, ibu saya tak panik atau marah. Beliau hanya bilang ke saya, semoga ibu bisa menonton kamu sebagai pemain Persebaya," tutur Yusuf.

Yusuf pun kian termotivitasi untuk mewujudkan harapan ibunya dengan berlatih dengan keras dan disiplin. Pada 1984, Yusuf juga menjadi bagian dari Persebaya Junior. Setahun kemudian, namanya sudah masuk dalam daftar panggil untuk mengikuti seleksi tim senior.

"Tapi, saya tidak lolos. Meski begitu, saya tak kecewa. Saya jutru semakin semangat untuk berlatih."

3 dari 3 halaman

Rumah Terbakar Saat Membela Persebaya

Legenda Persebaya, Yusuf Ekodono akan menukangi Persema Malang di pentas Liga Nusantara tahun 2017. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Yusuf akhirnya bisa menembus tim senior jelang kompetisi Perserikatan musim 1987-1988. Tapi, statusnya hanya sebagai pemain pelengkap.

"Saya masuk dalam daftar 30 pemain yang didaftar ke PSSI. Tapi, tak dimainkan di laga resmi karena saat itu masih banyak pemain yang lebih senior," terang Yusuf.

Di posisinya sebagai striker, Yusuf harus bersaing dengan Syamsul Arifin, Mustaqim, Nanang Harmuji dan Anies Fuad. Yusuf hanya diberi kesempatan pada laga uji coba atau turnamen.

Pada periode ini, Yusuf menyimpan pengalaman suka dan duka pada waktu yang bersamaan saat Persebaya Surabaya bersua Niac Mitra pada final Piala Surabaya di Stadion Tambak Sari pada 1987. Pada laga itu, Yusuf mendapatkan menit bermain.

Keluarganya pun ikut senang dan antuasias ingin mendukung aksinya. Saking buru-buru hendak ke stadion, adik perempuan Yusuf lupa mencabut panel listrik usai menyetrika bajunya karena sudah mendapat teriakan dari sang ayah. Mereka pun segera berangkat ke Tambak Sari.

Namun, setrika yang masih teraliri listrik akhirnya membakar kain pengalas. Apinya kemudian menjalar dan menghanguskan sebagian ruang rumahnya.

"Kami mendapat kabar rumah terbakar dari MC yang mengumumkannya saat laga masih berlangsung. Tapi, keluarga tetap menonton sampai pertandingan usai. Untung ruang yang terbakar tak ada dokumen penting," papar Yusuf. Pada laga itu, Persebaya akhirnya mengalahkan Niac Mitra via adu penalti.

Berita Terkait