Flashback Wahyu Wijiastanto, Kenangan Menjadi Kapten Timnas Indonesia Era Dualisme

oleh Abdi Satria diperbarui 09 Feb 2021, 15:00 WIB
Kapten Timnas Indonesia, Wahyu Wijiastanto, saat menghadapi Irak di Grup C kualifikasi Piala Asia 2015 yang digelar di Dubai, 6 Februari 2013 (KARIM SAHIB / AFP)

Bola.com, Makassar - Nama Wahyu Wijiastanto mencuat ketika berkostum Persiba Bantul. Bersama klub itu, Wahyu meraih trofi juara Divisi Utama 2010/2011 sekaligus promosi ke Liga Super Indonesia, kompetisi kasta tertinggi.

Pada laga final menghadapi Persiraja Banda Aceh di Stadion Manahan, Solo, 25 Mei 2011, Persiba menang dengan skor 1-0 berkat gol tunggal Wahyu Wijiastanto. Setelah laga, Wahyu pun dinobatkan sebagai pemain terbaik.

Advertisement

Satu partai musim itu jadi momen tak terlupakan oleh Wahyu saat berkostum Persiba. Tepatnya, ketika menghadapi PSMS Medan di laga terakhir 8 Besar Grup B di Stadion Segiri Samarinda, 18 Mei 2011.Persiba yang butuh hasil imbang untuk lolos ke semifinal tertinggal tiga gol pada babak pertama.

"Saat di ruang ganti, kami semua menangis dan saling menyemangati. Akhirnya kami mampu menyamakan kedudukan lewat hattrick Fortune Udo," kenang Wahyu dalam channel Youtube Kedanku TV.

Sukses bersama Persiba musim 2010/2011 itulah yang membuat Wahyu tanpa sungkan menjadikan Persiba tim yang menghadirkan banyak momen spesial dalam kariernya di sepak bola.

"Berkat aksi bersama Persiba, saya pun bisa menembus skuat Timnas Indonesia. Saya jadi kapten di Persiba dan berlanjut ke Timnas Indonesia," kisah Wahyu Wijiastanto.

Video

2 dari 3 halaman

Peran Penting Eduard Tjong

Pelatih PS TNI, Eduard Tjong pada lanjutan Torabika Soccer Championship di Stadion Pakansari, Bogor, Minggu (29/5/2016). PS TNI imbang lawan PSM. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Sukses bersama Persiba diakui Wahyu Wijiastanto tidak lepas dari peran penting Eduard Tjong, pelatih sekaligus anutannya.

Menurut Wahyu, Eduard tak hanya membentuk karakter dan mengembangkan kemampuannya di lapangan. Tapi juga menjadikan Wahyu sebagai pemimpin rekan-rekannya di lapangan hijau.

"Coach Edu yang pertama kali memplot saya sebagai kapten di Persis Solo dan kemudian di Persiba," ujar Wahyu yang merupakan produk Diklat Salatiga.

Dualisme kompetisi pada musim 2011/2013 membuat Persiba tak jadi merasakan atmosfer Liga Super Indonesia meski bertatus promosi dari Divisi Utama.

Manajemen Persiba Bantul lebih memilih mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia yang akhirnya mendapat pengakuan dari PSSI, dari sebelumnya berstatus breakaway league.

Keputusan Persiba ini jadi berkah tersendiri buat Wahyu. Ia pun menjadi kapten reguler Timnas Indonesia pada 2012 dan 2013 menyusul penolakan sejumlah pemain bergabung di skuat Garuda karena lebih memilih memperkuat klub mereka di Liga Super Indonesia.

3 dari 3 halaman

Momen Bersama Timnas Indonesia

Wahyu Wijiastanto memilih istirahat dari dunia sepak bola dan beralih jadi peternak ikan serta burung di Salatiga, Jateng. (Bola.com/Romi Syahputra)

Kiprah Wahyu Wijiastanto bersama Timnas Indonesia terbilang minor. Momen paling tragis ketika Timnas Indonesia dilibas sepuluh gol tanpa balas oleh tuan rumah Bahrain pada kualifikasi Piala Dunia 2014 di Stadion Nasional Bahrain, 29 Februari 2012.

Tanpa diperkuat mayoritas pemain terbaik Indonesia, plus kartu merah kiper Samsidar pada menit kedua membuat penampilan Tim Garuda berantakan dan jadi bulan-bulanan Bahrain.

"Kartu merah cepat Samsidar membuat kami ambruk dan kehilangan fokus permainan," terang Wahyu.

Selain drama tragis di Bahrain, Wahyu juga dikenang ketika meredam aksi saling dorong pemain Timnas Indonesia dengan pemain Vietnam pada sebuah laga uji coba di My Dinh National Stadium, Hanoi, 16 Oktober 2012. Postur gempal Wahyu dengan tinggi 191 cm terlihat menonjol di tengah kerumunan pemain Indonesia dan Vietnam.

"Awalnya saya berniat untuk melerai. Tapi, emosi saya sempat terpancing juga melihat Irfan Bachdim dipukul pemain Vietnam," pungkas Wahyu.

Berita Terkait