Jelang Piala AFF 2020: Momen Pahit Timnas Indonesia, Runtuhnya Era Peter Withe Disertai Ancaman Bogem Mentah

oleh Ario YosiaGregah Nurikhsani diperbarui 01 Nov 2021, 09:09 WIB
Mantan pelatih Timnas Indonesia: Peter Withe. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia pernah memiliki pelatih yang kelak mengubah pakem kepelatihan tradisional pada 2004 hingga 2007. Dia adalah Peter Withe, pria kelahiran Liverpool sekaligus legenda Aston Villa. Sayang, masa kepemimpinannya diakhiri dengan isu tak sedap pada Piala AFF 2007.

Sudah 14 tahun lamanya Peter Withe tak memiliki hubungan dengan Indonesia usai' bercerai' pada 2007. Nama pelatih berusia 69 tahun itu dielu-elukan oleh publik Tanah Air karena berhasil me-make up wajah Timnas Indonesia dengan gayanya sendiri.

Advertisement

Bermodalkan gaya kepelatihan kick and rush ala sepak bola Inggris, Peter Withe tak canggung memoles Timnas Indonesia dari skema usang 3-5-2 menjadi 4-4-2. Ia cuek dengan anggapan bahwa Indonesia belum siap dengan sepak bola menyerang.

Mantan pelatih Indonesia, Benny Dolo pernah mengatakan bahwa Timnas Indonesia tak bisa serta merta mengubah gaya permainan secara instan. Withe tak peduli. Ia terus maju dengan gayanya sendiri.

Meski gagal memberikan gelar Piala AFF untuk Timnas Indonesia pada dua kesempatan, yakni 2004 dan 2007, Withe sangat berjasa. Ia mejadi pelopor permainan cepat dengan umpan pendek ala Inggris yang dikombinasi dengan umpan menusuk ke kotak penalti lawan.

Peter Withe, legenda Aston Villa, pernah membius Timnas Indonesia dengan pengalaman dan segala kelebihan serta kekurangannya. Kariernya bersama Merah Putih rontok pada Piala AFF 2007. Bagaimana kisahnya?

 

2 dari 3 halaman

Momen Pahit pada Piala AFF 2007

Jejak Tim Merah-Putih di Piala AFF: 2007 (Bola.com/Adreanus Titus)

Piala AFF 2007 menjadi cerita memalukan buat Timnas Indonesia. Bagaimana tidak, Tim Merah-Putih untuk pertama kali gagal lolos ke semifinal alias terhenti di fase penyisihan grup pada turnamen sepak bola terbesar di Asia Tenggara ini.

Bahkan dalam tiga edisi terakhir sebelum Piala AFF 2007, Indonesia tidak pernah absen di partai final dan mengakhiri turnamen dengan status runner-up secara beruntun.

Secara khusus, keinginan memenangi Piala AFF tahun 2007 makin tinggi setelah kegagalan di turnamen Merdeka Cup (Agustus 2006) di Malaysia dan BV Cup yang digelar di Vietnam pada November 2006.

Dengan latar belakang itu, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, langsung memberi target juara kepada Peter Withe sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia di Piala AFF 2007.

"Kalau Peter Withe gagal, posisinya langsung dievaluasi," ucap Nurdin Halid ketika itu.

Tetapi, apa daya. Pada Piala AFF 2007 Indonesia bak dinaungi kesialan. Pasalnya, Indonesia sebenarnya mengumpulkan poin lima, poin yang sama dengan dua tim yang lolos semifinal dari Grup B, yaitu Singapura dan Vietnam. Tim Merah-Putih terjegal karena selisih gol kalah jauh dari dua negara itu.

Vietnam dan Singapura punya selisih gol masing-masing 11 dan sembilan, sementara Tim Merah-Putih hanya surplus dua gol saja.

Penyebab semua itu, kendati Indonesia tidak terkalahkan di tiga pertandingan penyisihan grup, Tim Garuda tidak mampu menang banyak atas tim yang dianggap terlemah di Grup B, yaitu Laos. Di Grup B, Indonesia tergabung bersama Laos, Vietnam, dan tuan rumah Singapura.

 

3 dari 3 halaman

Ancaman Bogem Mentah

Mantan pemain Persik Kediri, Budi Sudarsono. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Pemilihan pemain yang dilakukan Peter terkesan subjektif. Banyak pemain bagus yang tak dipanggil.

Peter bahkan sempat bersitegang dengan Boaz Solossa, bintang utama Piala AFF 2004. Sang pemain mendadak menghilang dari skuat inti Timnas Indonesia. Saat ditanya alasan kenapa tidak memanggil Boaz, Peter beralasan: "Boaz pemain yang tidak disiplin."

Boaz beberapa kali mangkir memenuhi panggilan pelatnas. Bocorannya, hal itu karena ia kesal abangnya, Ortizan Solossa, tak masuk skuat Merah-Putih.

Tak hanya relasi dengan Boaz yang disorot. Peter dinilai menyia-nyiakan bakat Bambang Pamungkas. Pemain yang kinclong bersama klub Malaysia, Selangor FA, hampir tak pernah dipanggil Timnas Indonesia. Namanya baru muncul, setelah petinggi PSSI melakukan intervensi.

Saat menjalani laga-laga penyisihan suasana internal Timnas Indonesia tak kondusif. Komunikasi antarpelatih dengan sejumlah pemain macet.

Sejumlah pemain merasa Peter Withe kerap tidak fair dalam memilih pemain inti. Ia cenderung memaksakan sejumlah pemain 'kesayangannya' bermain sekalipun kinerja mereka jeblok.

Seorang pemain senior, Budi Sudarsono, sempat naik pitam ke pelatih asal Inggris tersebut yang ia nilai terlalu menganakemaskan Ilham Jaya Kesuma di sektor depan Tim Garuda.

Jelang pertandingan penutup penyisihan, Budi yang saat itu membela Persik Kediri sempat melontarkan ancaman. "Kalau saya tak lagi dimainkan, saya bogem pelatih," kata sang pemain.

Nyatanya Peter hanya memainkan Budi sebagai pemain serep. Timnas Indonesia hanya bermain imbang 2-2 melawan tuan rumah penyisihan dengan mengandalkan duet, Ilham Jaya Kesuma dan Zaenal Arif.

Setelah pertandingan yang digelar pada 17 Januari 2007, suasana ruang ganti memcekam. Beberapa pemain menunjukkan secara frontal sikap tak respek mereka kepada Peter Withe. Ada insiden menonjok loker dan membanting sepatu di ruang ganti.

Ketua Badan Tim Nasional, M. Zein, melihat kejadian ini karena ada pihak yang memprovokasi. "Ada yang memanas-manasi pemain. Saya tak perlu sebut nama, tapi adalah. Dia punya kepentingan mengganti pelatih."

Berita Terkait