5 Penyebab Timnas Italia Gagal Tembus Piala Dunia 2 Kali Beruntun: Apa yang Salah?

Sejarah buruk dirasakan Timnas Italia. Gli Azzurri dipastikan pada dua edisi terakhir Piala Dunia hanya sekadar jadi penonton.

BolaCom | Hendry WibowoDiterbitkan 26 Maret 2022, 10:45 WIB
Cedera dua pemain andalan Roberto Mancini: Leonardo Spinazzola (kiri) dab Federico Chiesa turut memengaruhi kegagalan Timnas Italia lolos ke Piala Dunia 2022. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Sejarah buruk dirasakan Timnas Italia. Gli Azzurri dipastikan pada dua edisi terakhir Piala Dunia hanya sekadar jadi penonton. 

Ya, Timnas Italia menelan kekalahan menyakitkan dari Makedonia Utara dengan skor 0-1 pada laga semifinal Path C play-off Piala Dunia 2022 di Stadio Renzo Barbera, Jumat (25/3/2022) dini hari WIB.

Advertisement

Ketika pertandingan tampak akan berakhir imbang, dan berlanjut ke babak tambahan, gawang Timnas Italia yang dikawal Gianluigi Donnarumma berhasil dibobol Makedonia Utara pada menit ke-90+2.

Bola hasil tembakan kaki kanan Aleksandar Trajkovski yang memanfaatkan umpan Bojan Miovski, melesat mulus masuk ke gawang Italia. Sampai laga berakhir, Italia menyerah 0-1 dari Makedonia Utara.

Ironis juara Euro 2020 justru tidak bisa mentas di Piala Dunia 2022 Qatar. Timnas Italia pun merupakan juara Piala Eropa keempat yang gagal lolos ke Piala Dunia tahun berikutnya.

Sebelum Italia pada 2022, ada Cekoslowakia pada 1978, Denmark pada 1994, dan Yunani pada 2006. Bola.com menganalisis empat penyebab kegagalan anak asuh Roberto Mancini tembus Piala Dunia. Yuk scroll ke bawah untuk mengetahuinya. 


Cedera Chiesa dan Spinazzola

Para pemain Timnas Italia merayakan gol yang dicetak oleh Federico Chiesa ke gawang Austria pada babak 16 besar Euro 2020 di Stadion Wembley, Sabtu (26/7/2021). (AP/Frank Augstein, Pool)

Federico Chiesa dan Leonardo Spinazzola jelas turut memengaruhi performa buruk Timnas Italia. Keduanya adalah kunci Gli Azzurri juara Euro 2020.

Tanpa keduanya yang cedera, Mancini tidak punya pengganti setimpal. Jika Anda perhatikan sukses Italia di Euro 2020, sering kali gol-gol lahir dari kaki pemain Juventus itu.

Pos bek kiri sepeninggal Spinazzola juga pekerjaan rumah besar. Karena penggantinya memang tidak layak bermain sebagai starter.


Kesulitan Cetak Gol

Pemain Timnas Italia, Ciro Immobile (kanan) mengontrol bola dibayangi Merih Demiral dalam pertandingan Grup A Euro 2020 antara Italia melawan Turki di stadion Olimpico, Roma, Sabtu (12/6/2021). (Foto: AP/Pool/Alberto Lingria)

Timnas Italia minim gol selama kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa dan khususnya ketika kalah dari Macedonia.

Bayangkan Gli Azzurri memiliki percobaan tendangan sebanyak 32 kali berbanding Macedonia hanya empat. Masalah ini muncul salah satunya karena striker utama mereka, Ciro Immobile terus kesulitan ketika bermain bersama timnas.

Padahal saat memperkuat timnya, Lazio, Immobile haus gol setiap musimnya. Masalah semakin pelik, Italia tidak punya opsi lebih baik ketimbang Immobile.


Buang-buang Poin

6 Momen Pemain Timnas Italia Tahan Tangis Usai Gagal ke Piala Dunia 2022 (sumber: IG mentale2parisien)

Timnas Italia juga membuang banyak poin pada fase grup kualifikasi Piala Dunia 2022 sehingga harus terjerembab ke fase playoff.

Statistik menyebutkan Timnas Italia bermain imbang empat kali pada lima pertandingan terakhir. Praktis mereka hanya mengalahkan Lithuania.

Saat ditahan imbang Bulgaria dan Swiss, Italia punya total 38 tendangan tapi hanya cetak satu gol. Buang-buang poin ini berpengaruh besar terhadap kegagalan tim.


Tidak Punya Plan B

Gelandang Italia, Jorginho dihibur oleh pemain Makedonia Utara, Ezgjan Alioski usai pertandingan play-off kualifikasi Piala Dunia 2022 di stadion Renzo Barbera, di Palermo, Italia, Jumat (24/3/2022). Italia kalah dari Makedonia Utara 0-1. (AP Photo/Antonio Calanni)

Roberto Mancini penyembah formasi 4-3-3. Maklum skema itu membawa Italia sempat mencatat 37 laga tak terkalahkan dan menjadi juara Euro 2020.

Namun ia lupa, Plan B itu penting. Apalagi formasi 4-3-3 terbukti tidak ideal membongkar tim yang bermain bertahan seperti Macedonia.

Andai Mancini punya Plan B, ceritanya mungkin bakal berbeda. Melawan Macedonia, ia memang mengganti semua pemain di lini depan untuk mencari gol. Tapi ia lupa, skema bermain tim masih sama.

Berita Terkait