Cerita di Balik Keputusan FIFA Tunjuk AS Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 1994: Kejutan dari Negara Tak Gila Bola

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 12 Agu 2022, 13:00 WIB
Trofi Piala Dunia (Photo: AFP)

Bola.com, Jakarta - Bagi negara digdaya seperti Amerika Serikat, sesuatu yang tak mungkini bisa menjadi mungkin. Piala Dunia 1994 contohnya. Penunjukan Negara Paman Sam sebagai tuan rumah bukannya tanpa sungut-sungut dari negara lain.

Lazimnya, pesta sepak bola terakbar empat tahunan dihelat di negara yang sepak bolanya merupakan olahraga paling populer seperti Brasil, Spanyol, dan Inggris.

Advertisement

Tapi sejarah kemudian mencatat, Piala Dunia 1994 tetap digelar di Amerika Serikat. Amerika Serikat mengalahkan dua pesaingnya yakni Brasil dan Maroko via voting resmi enam tahun sebelumnya, tepatnya 4 Juli 1988.

Komite Eksekutif FIFA memanggil kepala delegasi, termasuk Werner Fricker, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Federasi Sepak Bola Amerika Serikat, untuk memberi tahu mereka sebuah kabar gembira soal tuan rumah Piala Dunia 1994.

 

2 dari 5 halaman

Lama Absen di Piala Dunia, Langsung Calonkan Diri Jadi Tuan Rumah

Tak terpilih, Brasil dan Maroko yang menunggu dengan sabar dan berdebar-debar, tak bisa berbuat banyak alias pasrah.

AS memang bukan wajah baru di Piala Dunia. Di edisi perdana 1930, mereka sudah ikut dan menembus semifinal. Namun, sejak 1950 mereka absen dan baru nongol lagi di edisi 1990. Lama tak jumpa, eh... minta diri jadi tuan rumah. Bagaimana yang lain enggak sewot.

PSSI-nya AS jauh-jauh hari sudah memberikan sinyal ihwal niat itu. "Kami melakukannya untuk menunjukkan minat menjadi tuan rumah pada suatu waktu," kata Gene Edwards, Presiden Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF), pada 30 Juli 1982. "Saya akan mengatakan peluang kami pada tahun 1994 akan sangat bagus," imbuhnya.

 

3 dari 5 halaman

Rancang Skenario Jauh-jauh Hari

Romario (tengah) mengantarkan Timnas Brasil juara Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. (DANIEL GARCIA / AFP)

Jadi, AS ternyata sudah merancang skenario jauh-jauh hari. Gelinya, meski jadi berita utama di media-media AS, ucapan Edwards dianggap angin lalu oleh negara lain. Soalnya, AS bukan negara yang gila bola. Kalau basket okelah.

AS sebenarnya mengincar Piala Dunia 1986. Namun karena beberapa hal, FIFA kemudian mendapuk Meksiko sebagai penyelenggara. Tapi AS sempat geram dengan penunjukan Meksiko dan menuding FIFA telah menggelar pertemuan rahasia.

Setahun setelah Piala Dunia 1986 yang heboh dengan Gol Tangan Tuhan Maradona, AS kembali mengejar ambisinya bersama Presiden Baru Bill Clinton. Kali ini, mereka berhasil.

 

4 dari 5 halaman

Keinginan Kuat FIFA

Logo FIFA. (AFP PHOTO / FABRICE COFFRINI)

Sebelum disahkan, para negara kandidat terlebih dulu melakukan pertemuan di Hotel Movenpick, Zurich, Swiss, 4 Juli 1988. Rapat penting sekaligus genting itu juga dihadiri Komite Eksekutif FIFA. Toh begitu, delegasi Brasil dan Maroko tetap memberikan selamat kepada AS.

"Ada keinginan kuat dari FIFA dan kebanyakan orang agar Piala Dunia datang ke Amerika Serikat," Werner Fricker, Presiden USSF, saat itu.

"Banyak orang melihat Amerika Serikat sebagai titik putih di peta sepak bola di dunia. FIFA  sangat ingin melihat perkembangan sepak bola di Amerika Serikat dan melihatnya tumbuh dengan cara yang sangat besar," lanjutnya.

Dia pun mengomentari Brasil yang juga masuk kandidat, walau akhirnya tersingkir. "Mereka sudah melakukannya sebelumnya," katanya.

 

5 dari 5 halaman

Banyak Rintangan

Dalam perjalanan, banyak rintangan yang harus dihadapi sesuai regulasi FIFA. Dari mulai stadion, penginapan, transportasi, keamanan, dan lain-lain yang dianggap krusial.

Demikianlah, Piala Dunia 1994 bergulir dari 17 Juni hingga 17 Juli. Sebanyak 24 negara ambil bagian. Di edisi ini, Brasil yang sempat kecewa karena gagal dalam voting, tampil sebagai juara setelah mengalahkan Italia di final.

Lantas, bagaimana dengan Maroko dan AS? Maroko yang berada di Grup F bersama Belanda, Arab Saudi, dan Belgia terkapar di dasar klasemen. Sementara, Abang Sam, terhenti di babak 16 besar.

Sumber: The Guardian

Berita Terkait