Daftar Lengkap Ketua PSSI dari Masa ke Masa: Erick Thohir Membawa Harapan Baru

oleh Aryo Atmaja diperbarui 16 Feb 2023, 14:00 WIB
Logo PSSI. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - PSSI baru saja merampungkan Kongres Luar Biasa (KLB) dengan salah satu agendanya adalah pemilihan pengurus baru untuk periode 2023-2027. Nama Erick Thohir akhirnya terpilih sebagai ketua umum.

Erick Thohir resmi menjadi Ketua PSSI untuk periode 2023-2027. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI itu mengungguli tiga calon lainnya pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI.

Advertisement

Dalam KLB PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023), Erick Thohir mendapatkan 64 suara. Sementara kandidat lainnya, La Nyalla Mattalitti memperoleh 22 suara.

Berbicara PSSI, tentu sudah lama roda organisasi ini berjalan atau sejak terbentuk di tahun 1930. Artinya sudah silih berganti sosok yang memimpin PSSI.

Sejak berdiri pada 19 April 1930 di Yogyakarta, PSSI telah melahirkan 20 ketua umum. Mulai dari Soeratin Sosrosoegondo pada periode 1930-1940 hingga Mochamad Iriawan pada 2019-2023.

Yuk simak daftar ketua PSSI dari masa ke masa berikut ini.

2 dari 7 halaman

Soeratin dan Semangat Perjuangan Mengusir Penjajah

Soeratin sedang memberikan pidatonya di Stadion Sriwedari, Solo, saat pembukaan kompetisi PSSI tahun 1943. (Repro Bola.com/Dok. Koran Pemandangan)

Sejarah mencatat Ketua PSSI pertama adalah Soeratin Sosrosoegondo. Ketika PSSI dibentuk, tujuan awalnya adalah sebagai propaganda untuk membangkitkan semangat nasionalisme pemuda dalam mengusir penjajah.

Soeratin lahir dari kalangan terpelajar. Ayahnya, R. Soesrosoegondo, guru pada Kweekschool atau Sekolah Keguruan, menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Istrinya, R.A. Srie Woelan, adik kandung Dokter Soetomo, pendiri Budi Utomo.

Sekembalinya Soeratin dari Eropa pada 1928, ia bergabung dengan perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dan membangun antara lain jembatan serta gedung di Tegal dan Bandung.

Namun, pada waktu bersamaan, Soeratin mulai merintis di pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930. Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928. Nasionalisme itu dicoba dikembangkan melalui olahraga, khususnya sepak bola.

Seperti halnya ipar Soeratin, Dr. Soetomo, yang berkeliling Pulau Jawa untuk menemui banyak tokoh dalam rangka menekankan pentingnya pendidikan dan kemudian disusul dengan pendirian Budi Utomo, Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.

Pertemuan itu diadakan secara sembunyi untuk menghindari sergapan Intel Belanda alias PID. Pada 19 April 1930, beberapa tokoh dari berbagai kota berkumpul di Yogyakarta untuk mendirikan PSSI yang kala itu akronim dari Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia. Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepak bola" dalam Kongres PSSI di Solo pada 1950.

PSSI kemudian melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931, dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus, jika bertanding melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali.

Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menjajah Indonesia dan perang kemerdekaan terjadi, kehidupan Soeratin menjadi sangat sulit.

Rumahnya diobrak-abrik Belanda. Dia aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat dengan pangkat letnan kolonel. Setelah penyerahan kedaulatan, ia menjadi salah seorang pemimpin Djawatan Kereta Api.

Jasanya dalam persepak bolaan nasional diabadikan dalam nama trofi yang diperebutkan dalam kompetisi sepak bola junior tingkat nasional, Piala Soeratin.

3 dari 7 halaman

Dominasi Jenderal TNI

Kongres Luar Biasa PSSI dibuka Ketua Komite Normalisasi PSSI Agum Gumelar (tengah) di The Sultan Hotel, Solo, Jateng, 9 Juli 2011. FOTO ANTARA/Puspa Perwitasari

Selanjutnya, beberapa tokoh berturut-turut menjadi nakhoda PSSI. Setelah Artono Martosoewignyo, muncul sosok Maladi yang memimpin pada 1950-1959. Dia bahkan menjadi Menteri Penerangan dan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.

Kemudian muncul Abdul Wahab Djojohadikoesoemo. Dan sosok eks mantan pemain mulai menjadi Ketua Umum. Yakni Maulwi Saelan pada 1964-1967. Dia pernah memperkuat Timnas Indonesia pada era 1950-an.

Mantan pejabat negara pernah menjadi Ketum PSSI. Dia adalah Ali Sadikin pada 1977-1981. Ali sebelumnya menjabat Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora, dan Gubernur DKI Jakarta.

Berikutnya, ada Sjarnoebi Said yang memimpin PSSI pada 1982-1983. Lalu Kardono yang menjabat ketua federasi pada 1983-1991. Di masa kepemimpinannya, Timnas Indonesia merebut medali emas di SEA Games 1987 dan 1991. Kardono juga merupakan presiden pertama AFF pada 1984-1994.

4 dari 7 halaman

Era Kelam Politisi

Nurdin Halid, Umuh Muchtar, Ferry Paulus di Kongres Luar Biasa, Ancol. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Selanjutnya, sejumlah politisi menjadi pemimpin PSSI. Mulai dari Azwar Anas menduduki kursi orang nomor satu di PSSI selama delapan tahun pada 1991-1999.

Di eranya, tepatnya 1994, diselenggarakan Liga Indonesia pertama, yang merupakan penggabungan dari dua kompetisi yang sebelumnya berjalan yakni Perserikatan dan Galatama. Sebelumnya, Azwar menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat, Menteri Perhubungan, dan Menko Kesra.

Lalu ada Agum Gumelar. Dia sempat menjadi Menteri Perhubungan, Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi. Setelah menjadi Ketua PSSI, Agum kembali dipercaya sebagai Menkopolkam dan Menteri Perhubungan. Agum menjabat Ketua PSSI pada 1999-2003.

Kursi Agum di PSSI diteruskan Nurdin Halid. Era kepemimpinan sang politisi Partai Golkar itu banjir masalah.

Di era Nurdin, 2003-2011, terjadi kisruh berupa dualisme kompetisi. Gerakan-gerakan yang meminta pria asal Makassar itu mundur mencuat mulai 2010. Kondisi tersebut terjadi karena Nurdin Halid tersandung beberapa kasus korupsi yang membuatnya sempat masuk bui.

Dualisme kompetisi terjadi setelah pengusaha, Arifin Panigoro membuat breakaway kompetisi yaitu Liga Primer Indonesia untuk menyaingi kompetisi bentukan PSSI, Indonesia Super League.

Demo massa pecah pada 2011 untuk menuntut Nurdin mundur. Melihat situasi yang tak kondusif, FIFA membentuk Komite Normalisasi yang dipimpin Agum Gumelar. PSSI pun diambil alih, sampai akhirnya pada Kongres Luar Biasa di Solo pada Juli 2011, Djohar Arifin Husin terpilih menjadi Ketua PSSI.

Kemudian dalam Kongres Luar Biasa PSSI yang digelar di Surabaya pada 18 April 2015, La Nyalla Mattalitti didapuk sebagai Ketua PSSI menggantikan Djohar.

Namun, kisruh kembali terjadi. Beberapa saat seusai La Nyalla terpilih, PSSI dibekukan oleh pemerintah lewat Kemenpora. Sampai pada akhirnya PSSI dikenai sanksi FIFA. Saat dibekukan, pemerintah menggelar sejumlah turnamen untuk mengisi kekosongan kompetisi.

5 dari 7 halaman

Edy Rahmayadi dan Kasus Match Fixing

Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, tampak tegang saat nobar Timnas Indonesia U-19 melawan Brunei di Stadion Atang Sutresna, Jakarta Timur, Selasa (12/9/2017). Nobar dilakukan sebelum acara pelepasan Timnas U-16. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Setelah era gonjang-ganjing pembekuan FIFA, pada pemilihan Ketua PSSI yang dilaksanakan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, pada 10 November 2016, Edy Rahmayadi dinobatkan sebagai Ketua PSSI dengan total suara 76, Moeldoko 23 suara, dan Eddy Rumpoko 1 suara, dan 7 suara tidak sah.

Edy mengawali kariernya sebagai tentara dengan sekolah terlebih dahulu di Akademi Militer (Akmil) dan lulus pada 1985. Posisi pertama yang diembannya sebagai komandan bataliyon di Jajaran Kopasus TNI Angkatan Darat.

Sederet jabatan di dunia militer pun datang silih berganti pada dirinya. Sejak itu, ia banyak aktif di satuan Kostrad. Pria kelahiran Sabang, Aceh, 10 Maret 1961 ini pernah menjabat sebagai Dankipan B Yonif 323 Kostrad dan Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100 Bukit Barisan.

Sebelum kenaikan pangkat dan jabatan pada satuan elit ini, Edy juga bertugas di beberapa daerah di Papua. Setelah itu, ia ditarik kembali ke Kostrad dengan menjadi Panglima Divisi Infanteri Kostrad pada 2014. Kariernya pun terus naik.

Tak lama kemudian, pada 2015, ia mendapat tugas sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan. Pada tahun yang sama, ia juga diminta kembali ke satuan Kostrad, namun kali ini ditunjuk sebagai orang nomor satu sebagai Panglima Kostrad.

Di tengah jabatan-jabatan strategisnya, Edy saat menjadi Pangdam Bukit Barisan, terpanggil hatinya untuk membangkitkan kembali persepak bolaan Tanah Air yang saat itu sedang mengalami kevakuman karena konflik Menpora dengan PSSI yang menyebabkan pembekuan.

Pada saat itulah, Edy terjun langsung dalam usaha untuk membangkitkan PSMS Medan hingga klub tersebut menjuarai Piala Kemerdekaan 2015. Perjuangan Edy untuk memajukan PSMS belum berhenti. Dia juga mengusahakan agar klub itu dapat mengikuti Piala Jenderal Sudirman meski awalnya sempat mendapat penolakan.

Di dunia sepak bola, sosok Edy memang tidak terlalu menonjol. Perlahan nama Edy pun mencuat ke permukaan setelah kelompok K-85 yang merupakan kumpulan dari 85 klub pemilik suara dalam kongres PSSI yang menginginkan rezim La Nyalla segera berakhir. Kelompok ini pulalah yang mencalonkan Eddy sebagai Ketua PSSI.

Hanya saja, Edy tak menyelesaikan jabatannya sebagai nakhoda PSSI. Ia mundur susai Piala AFF 2018 dengan beralasan ingin fokus dengan tugas barunya sebagai Gubernur Sumatra Utara.

PSSI tengah mendapatkan sorotan dengan mencuatnya aneka kasus pengaturan skor di pentas kompetisi. Mabes Polri sampai membentuk Satgas Antimafia Bola untuk mengusut berbagai dugaan match fixing.

Sepeninggal Edy, posisi orang nomor satu PSSI digantikan Joko Driyono dan Iwan Budianto. Nama pertama yang disebut lengser seusai tersandung kasus penghilangan barang bukti pengaturan skor.

6 dari 7 halaman

Erick Thohir dengan Semangat Baru

PSSI - Erick Thohir Ketua Umum PSSI Periode 2023-2027 (Bola.com/Adreanus Titus)

Erick Thohir resmi menjadi Ketua PSSI untuk periode 2023-2027. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI itu mengungguli tiga calon lainnya pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI.

Dalam KLB PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023), Erick Thohir mendapatkan 64 suara.

Sementara kandidat lainnya, La Nyalla Mattalitti memperoleh 22 suara. Dengan demikian, Erick Thohir akan memimpin roda organisasi PSSI untuk lima tahun ke depan.

Sebelumnya, Erick Thohir resmi maju untuk menjadi calon Ketua PSSI. Menteri BUMN itu datang langsung ke kantor PSSI di GBK Arena, Minggu (15/1/2023) siang untuk menyerahkan dokumen pendaftaran.

Erick Thohir merasa selama ini sudah terlalu banyak teori dan konsep yang diutarakan untuk memperbaiki sepak bola nasional. Namun, Erick merasa ada yang kurang yakni keberanian.

"Sudah banyak teori dalam rangka perbaikan sepak bola Indonesia. Sebenarnya kita harus bernyali untuk sepak bola yang bersih dan berprestasi," ujarnya kepada awak media saat itu.

Ia ingin mewujudkan mimpi sepak bola Indonesia yang lebih baik. "Semoga mimpi kita bersama menjadi kenyataan," tandas eks bos Inter Milan itu.

7 dari 7 halaman

Daftar Ketua PSSI

Kolase - Deretan Ketum PSSI (Bola.com/Adreanus Titus)
  1. Soeratin Sosrosoegondo 1930 - 1940
  2. Artono Martosoewignyo 1941 - 1949
  3. Maladi 1950 - 1959
  4. Abdul Wahab Djojohadikoesoemo 1960 - 1964
  5. Maulwi Saelan 1964 - 1967
  6. Kosasih Poerwanegara 1967 - 1974
  7. Bardosono 1975 - 1977
  8. Ali Sadikin 1977 - 1981
  9. Sjarnoebi Said 1982 - 1983
  10. Kardono 1983 - 1991
  11. Azwar Anas 1991 - 1999
  12. Agum Gumelar 1999 - 2003
  13. Nurdin Halid 2003 - 2011
  14. Djohar Arifin Husin 2011 - 2015
  15. La Nyalla Mattalitti 2015 - 2016
  16. Edy Rahmayadi 2016 - Januari 2019
  17. Joko Driyono Januari - Maret 2019
  18. Iwan Budianto Maret - November 2019
  19. Mochamad Iriawan November 2019 – Februari 2023
  20. Erick Thohir Februari 2023 - Sekarang

Berita Terkait