Masalah Transfer MU Sebenarnya Sederhana: Pemainnya Tidak Bisa Dijual

Gaji tinggi, pemain yang menua, dan cedera yang berulang membuat skuad MU tidak menarik bagi klub lain di pasar.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 12 Januari 2025, 13:00 WIB
Gelandang Manchester United asal Brasil, Casemiro (kanan), merayakan gol keempatnya bersama rekan satu timnya selama pertandingan sepak bola babak 16 besar Piala Liga Inggris antara Manchester United dan Leicester City di Old Trafford di Manchester, Inggris barat laut, pada 30 Oktober 2024

Bola.com, Jakarta - MU merupakan satu di antara klub terkaya di dunia sedang menghadapi masalah serius di bursa transfer: Setan Merah kesulitan menjual pemain.

Masalah ini sebenarnya sederhana, tetapi dampaknya signifikan. Banyak pemain dalam skuad MU tidak menarik bagi klub lain karena usia, gaji tinggi, atau catatan cedera yang buruk.

Advertisement

Masalah ini berakar dari manajemen yang buruk dan strategi skuad yang tidak efektif. MU saat ini berada dalam tekanan aturan Financial Fair Play (FFP).

Kendati mencatatkan pendapatan tertinggi sebesar 661 juta pound tahun lalu, klub melaporkan kerugian hingga 113 juta pound. Kondisi ini membuat MU memiliki ruang terbatas untuk belanja pemain di bursa transfer tanpa melanggar regulasi.

Kendati skuad MU dihargai 666 juta pound menurut Transfermarkt, nilai pasar banyak pemain jauh di bawah ekspektasi.


Contoh Kasus

Pemain Manchester United, Antony, tampak kecewa setelah ditahan imbang Galatasaray pada laga grup A Liga Champions di Stadion Rams Park, Kamis (30/11/2023). (AP Photo)

Contoh yang mencolok adalah Antony. Pemain yang dibeli dengan harga 85 juta pound ini dianggap sebagai satu di antara transfer terburuk dalam sejarah klub.

Namun, menjual Antony akan membawa kerugian besar di laporan keuangan karena biaya transfernya masih didistribusikan selama masa kontraknya.

Situasi serupa terjadi kepada Casemiro. Meski berstatus pemain kelas dunia, kontrak senilai 60 juta pound sulit ditransfer karena usianya yang sudah tua dan gaji yang tinggi.


Pemain yang Sulit Dijual

Gelandang Manchester United asal Brasil, Antony, bek Manchester United asal Inggris, Harry Maguire (tengah), dan gelandang Manchester United asal Denmark, Christian Eriksen (kanan), bereaksi setelah penyerang Wolverhampton Wanderers asal Korea Selatan Hwang Hee-chan mencetak gol kedua tim selama pertandingan Inggris. (HENRY NICHOLLS /AFP)

Beberapa pemain lain seperti Victor Lindelof, Christian Eriksen, dan Harry Maguire juga tidak memiliki nilai transfer besar karena usia atau kontrak yang hampir habis.

Selain itu, cedera dan performa buruk menjadi alasan lain banyak pemain MU menjadi "tidak laku".

Luke Shaw, Mason Mount, dan Tyrell Malacia memiliki masalah kebugaran yang serius, sementara pemain seperti Bruno Fernandes, Rasmus Højlund, dan Lisandro Martínez belum mampu menjaga performa terbaik mereka.

Akibatnya, MU sering kehilangan peluang menjual pemain ketika nilai mereka masih tinggi.

Ironisnya, pemain-pemain dengan nilai jual tinggi adalah mereka yang justru ingin dipertahankan klub, seperti Kobbie Mainoo, Alejandro Garnacho, dan Amad Diallo.

Kobbie Mainoo, sebagai talenta muda yang menjanjikan, bisa menghasilkan keuntungan besar jika dijual. Namun, kehilangan pemain seperti ini justru akan melemahkan tim dalam jangka panjang.


Akar Masalah

Pemain Manchester United, Bruno Fernandes (kedua kiri), bersama Joshua Zirkzee (tengah) dan Rasmus Hojlund (kedua kanan) melakukan selebrasi usai pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris melawan Manchester City di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, pada 15 Desember 2024. (Paul ELLIS/AFP)

MU, yang saat ini berada di peringkat ke-13 Liga Inggris, menghadapi konsekuensi dari bertahun-tahun pengelolaan yang buruk.

Pengeluaran besar-besaran tanpa arah yang jelas, ditambah strategi skuad yang tidak efektif, telah menjadikan banyak pemain sebagai aset yang "tidak dapat dijual".

Untuk memperbaiki situasi ini, MU harus meningkatkan kebijakan perekrutan mereka dan menjual pemain saat nilai mereka masih tinggi. Jika tidak, masalah ini akan terus berlanjut dan menimbulkan dampak serius bagi klub di masa depan.

 

Sumber: The Independent

Berita Terkait