Sven-Goran Eriksson Tinggalkan Utang Ratusan Miliar setelah Berpulang

Terungkap bahwa Sven-Goran Eriksson meninggalkan utang ratusan miliar setelah meninggal dunia, Agustus lalu. Utang karena bertahun-tahun salah urus keuangan dan ditipu oleh mantan penasihat keuangannya.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 15 Januari 2025, 11:15 WIB
Foto yang diambil pada 23 Maret 2024 memperlihatkan legenda Manajer Liverpool, Sven-Goran Eriksson saat memberikan tepuk tangan kepada para penggemar setelah pertandingan sepak bola Legends antara Liverpool Legends dan Ajax Legends di stadion Anfield, Liverpool. (Oli SCARFF/AFP)

Bola.com, Jakarta - Mantan manajer Timnas Inggris, Sven-Goran Eriksson, meninggal dunia dengan utang sebesar 118 juta krona Swedia atau setara Rp171 miliar.

Utang timbul lantaran salah urus keuangan selama bertahun-tahun dan ditipu oleh mantan penasihat keuangannya.

Advertisement

Fakta ini terungkap melalui dokumen warisan yang diterbitkan oleh Badan Pajak Swedia, beberapa bulan setelah ia wafat akibat kanker pankreas pada 26 Agustus tahun lalu.

Kendati memiliki karier gemilang sebagai pelatih sepak bola, termasuk membawa Inggris ke perempat final dalam tiga turnamen besar antara 2002 hingga 2006, Sven-Goran Eriksson mengalami kesulitan finansial yang serius di akhir hidupnya.

Menurut inventarisasi harta warisan, mantan pelatih Timnas Filipina ini memiliki aset senilai 66 juta krona Swedia saat meninggal dunia. Namun, total utangnya mencapai 118 juta krona, meninggalkan defisit sebesar 51 juta krona.

Bagian terbesar dari utangnya adalah kepada otoritas pajak Inggris, HM Revenue and Customs, dengan jumlah sekitar 99 juta krona.

Laporan ini pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Swedia Göteborgs-Posten, yang menggambarkan situasi keuangan Sven-Goran Eriksson yang sangat buruk menjelang akhir hidupnya.


Korban Penipuan Finansial

Sven-Goran Eriksson sempat dipercaya menukangi timnas Inggris pada tahun 2001 sampai 2006. (Adrian DENNIS/AFP)

Masalah keuangan Eriksson sebagian besar disebabkan oleh penipuan besar-besaran yang dilakukan oleh penasihat keuangannya, Samir Khan.

Khan menipu Eriksson sebesar 10 juta pound (Rp199 miliar) melalui investasi palsu setelah memperoleh akses penuh ke kekayaannya.

Dalam autobiografinya tahun 2013, Eriksson mengungkapkan:

"Saya tidak tertarik pada detailnya: jika dia mengatakan investasi itu aman, saya memercayainya. Saya bahkan tidak membaca kontrak panjang yang dia berikan. Kadang-kadang, dia hanya mengirim satu halaman lewat faks untuk saya tandatangani."

"Sebenarnya, saya tidak pernah peduli tentang uang. Tidak sedikit pun. Cukup dikatakan bahwa Samir cepat menyadari hal itu," imbuh Eriksson dalam autobiografinya.

Penipuan ini hampir membuatnya bangkrut, meski karier manajerial eks pelatih Roma, Fiorentina, dan Benfica ini sangat sukses.


Dampak pada Keluarga

Setelah melatih Degerfors IF, Sven-Goran Eriksson ke IFK Gotherborg. Setelah itu, ia melanglang buana ke Eropa dan dunia. (Khaled DESOUKI/AFP)

Sebagai respons terhadap utang yang menumpuk, keluarga Eriksson terpaksa menjual rumah mewahnya, Bjorkefors Manor, yang terletak di tepi Danau Fryken, Varmland. Properti tersebut menjadi satu di antara aset terakhir yang dimiliki mantan pelatih Sampdora, Lazio, dan Man City ini.

"Ini tidak mengejutkan bagi mereka yang terlibat. Ini sudah diperkirakan. Svennis bahkan pernah berkata, 'Saya tidak akan meninggalkan uang apa pun'. Dan itu terbukti benar," tutur Anders Runebjer, pengacara keluarga kepada Expressen.

"Utang kepada otoritas pajak Inggris adalah latar belakang dari jumlah utang yang besar ini. Tanpa itu, situasinya tidak akan separah ini," jelas Runebjer.


Pesan Perpisahan yang Mengharukan

Mantan pelatin timnas Inggris asal Swedia, Sven-Goran Eriksson meninggal dunia pada 26 Agustus 2024. (Oli SCARFF/AFP)

Dalam sebuah pesan perpisahan yang direkam untuk film dokumenter Prime Video tentang hidupnya, Eriksson berbicara dengan optimisme tentang kehidupan dan kematiannya.

"Saya memiliki kehidupan yang baik. Saya pikir kita semua takut pada hari ketika kita meninggal, tetapi hidup juga tentang kematian. Anda harus belajar menerima itu apa adanya," katanya.

Dia berharap untuk dikenang dengan cara yang baik.

"Semoga pada akhirnya orang-orang akan berkata, 'Ya, dia adalah orang yang baik', meskipun tidak semua orang akan mengatakan itu."

Pesan terakhirnya dipenuhi rasa syukur dan semangat positif:

"Jangan bersedih, tersenyumlah. Terima kasih atas segalanya, pelatih, pemain, penonton, ini luar biasa. Jaga dirimu dan hiduplah dengan baik. Bye."

 

Sumber: GB News