Kesuksesan Nottingham Forest dan Bournemouth Bikin Premier League Juga UEFA Gelisah

Opini, bahwa kesuksesan Nottingham Forest dan Bournemouth di Premier League bikin pengelola sepak bola kasta tertinggi di sepak bola Inggris itu dan UEFA resah. Lho kenapa?

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 21 Januari 2025, 20:00 WIB
Liga Inggris - Ilustrasi Logo Nottingham Forest dan Bournemouth (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Musim Premier League yang lebih kompetitif dengan tim-tim tak terduga mengisi posisi tujuh besar patut disambut baik. Di sisi lain, "kehancuran total" Manchester United dan Tottenham Hotspur menjadi hiburan tersendiri.

Namun, bagi Premier League, kondisi ini merupakan pedang bermata dua.

Advertisement

Tim-tim tanpa basis penggemar global yang besar menghasilkan pemasukan iklan yang lebih sedikit, pendapatan total yang lebih rendah, serta kekhawatiran bahwa para investor kaya raya—termasuk oligarki dan pemimpin otoriter—akan kehilangan minat.

Premier League lebih menyukai dominasi tim-tim raksasa dibandingkan keberhasilan klub-klub kecil.

Secara ekonomi, dominasi uang kemungkinan besar akan segera kembali mengambil alih. Ini berarti klub terkaya tetap akan berjaya, dan momen singkat yang tak biasa ini akan menjadi kenangan.

Agar musim ini benar-benar menjadi titik perubahan dari status quo, Bournemouth dan Nottingham Forest harus mempertahankan kesuksesan mereka selama beberapa musim untuk memperkuat keuangan mereka dan mampu bersaing dengan para raksasa.

 


Penyimpangan Sementara

Logo UEFA. (Bola.com/uefa.com)

Harapan besar ada di sana. Kita sangat membutuhkan masa depan yang tidak lagi didominasi oleh Manchester City di puncak klasemen, Liverpool mengekor di belakang mereka, atau Arsenal yang terus menjadi "hampir juara".

Hal ini membosankan bagi penonton netral. Bahkan mereka yang belum pernah melihat era yang berbeda, kini menyadari bahwa lebih baik ketika tim yang diunggulkan ternyata gagal menang.

Bukankah akan menyenangkan jika musim depan, tim seperti Crystal Palace dan Brentford juga bisa bersinar?

Namun, momen seperti ini hanya akan menjadi penyimpangan sementara, bukan perubahan mendasar.

Premier League dan UEFA tidak dirancang untuk mendukung keberagaman kompetitif yang melekat. Mereka lebih peduli pada pemasukan maksimal daripada olahraga yang tak terduga.

 


Ilusi Perubahan

Skuad Nottingham Forest usai mengalahkan Wolves dengan skor telak 3-0 di ajang Liga Inggris 2024/2025. (Ben STANSALL / AFP)

Sebenarnya, liga yang kompetitif dan tidak terduga seharusnya baik untuk bisnis. Namun, kenyataannya, liputan tentang performa cemerlang Bournemouth hanya akan menarik sebagian kecil dari perhatian dibandingkan cerita tentang kehancuran Manchester United atau Arsenal.

Semua ini soal uang, dari atas sampai bawah. Hampir semua yang terjadi di sepak bola papan atas bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana: "Karena uang".

Idealnya, Premier League dan UEFA menginginkan klub terkaya yang paling banyak diikuti tetap mendominasi.

Namun, mereka juga perlu menyelipkan sedikit "ketidakpastian" dengan membiarkan satu klub kecil masuk enam besar untuk menciptakan ilusi perubahan.

Kenyataannya, para pengambil keputusan di industri ini membenci sifat liar sepak bola, tetapi mereka mencintai kekayaan yang dihasilkannya. Mereka mendambakan liga yang tertutup, diisi klub-klub besar dengan pendapatan besar yang terjamin.

Olahraga? Tidak, terlalu tidak terduga. Bagaimana mungkin mereka berinvestasi di sesuatu yang seperti itu?


Dominasi Lama Mengambil Alih

Bournemouth berhasil kalahkan Everton di pekan kelima Liga Inggris (AFP)

Ketidakpastian bukanlah hal yang memuaskan hasrat keserakahan mereka. Tetapi, kini, bukan hanya orang-orang tua yang merindukan era 70-an, ketika dua kali lebih banyak klub berbeda masuk enam besar dibandingkan 10 tahun terakhir.

Generasi muda pun sudah melihat bagaimana klub-klub yang dikelola dengan baik bisa meraih kesuksesan. Bagaimana perasaan mereka ketika dominasi kekayaan lama kembali mengambil alih?

Premier League, yang selama ini bergantung pada iklan bombastis dan slow-motion dengan komentar dramatis untuk menutupi kebosanan, mungkin akhirnya akan menghadapi kenyataan.

Orang-orang bisa saja menyadari bahwa sang raja sebenarnya tidak mengenakan pakaian apa pun, tetapi mereka tetap diminta membayar mahal untuk menyaksikan tubuhnya yang gemuk dan terlalu dimanjakan.

 

Sumber: Football365

Berita Terkait