Bola.com, Jakarta - Asa rakyat Indonesia untuk melihat Timnas Indonesia U-20 beraksi di Piala Dunia U-20 2025 di Chile pada September mendatang pupus sudah.
Dua kekalahan beruntun yang mendera Garuda Muda di Grup C memaksa Dony Tri Pamungkas dan kawan-kawan untuk pulang lebih cepat dari Negeri Tirai Bambu.
Dony Tri Pamungkas cs. mengawali laga dengan kekalahan 0-3 dari Timnas Iran U-20. Lalu, di laga kedua melawan juara bertahan Uzbekistan, pasukan Indra Sjafri digilas 1-3.
Lalu pada laga ketiga kontra Timnas Yaman U-20, Rabu (19/2/2024), Timnas Indonesia U-20 ditahan imbang 0-0. Lagipula, kemenangan pun tak bisa memengaruhi nasib Indonesia.
Target Pupus
Sebelumnya, PSSI menargetkan Garuda Muda bisa merangsek hingga ke semifinal demi mengamankan satu tiket ke Piala Dunia U-20 2025. Tapi ternyata, masih jauh panggang dari api.
Tak sedikit yang kaget, termasuk pengamat sepak bola nasional Anton Sanjoyo. Lewat kanal YouTube Nusantara TV, ia mengaku salah analisis.
"Pertama, saya harus mengakui bahwa saya salah menganalisa. Kesalahan saya adalah, saya menganggap pada usia under twenty, itu negara-negara seperti Yaman atau Iran atau Uzbekistan kurang lebih setaralah sama Indonesia," ujarnya.
"Yang saya bedakan waktu dalam kesempatan sebelumnya ketika bicara U-20, yang saya bedakan itu hanya negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan. Uzbek sudah saya masukkan ke level yang elite," imbuhnya.
Sulit Jadi Tolok Ukur
Selain itu, Anton Sanjoyo juga mengatakan bahwa turnamen kelompok usia harus diakuinya tidak bisa jadi ukuran. Tim-tim yang biasanya digdaya di level senior sangat bisa berkebalikan jika bicara kelompok usia, pun sebaliknya.
"Tapi saya menganggap, lawan terberat Indonesia bukan Uzbek juga Iran. Tapi Yaman saya nggak anggap sebagai lawan yang berat karena saya belum masukkan Yaman ke dalam posisi elite. Kalau ketemu U-20 Jepang, Korea Selatan misalnya. Atau Arab Saudi, saya masih,'aduh susah nih dikalahkan'. Tapi kalau ketemu Yaman atau Iran, saya rasa masih bisa berimbang. Ternyatab saya salah," tuturnya lagi.
"Kalau kita bicara di kelompok umur, kita tidak bisa membandingkan dia dengan kelompok seniornya. Misalnya, Jepang yang senior itu levelnya yang U-20 hampir sama dengan yang senior. Kira-kira seperti itu".
"Korea Selatan U-20, U-19, kira-kira levelnya sama dengan senior. Tapi kalau bicara seperti Yaman atau negara lain yang bukan di level elite Asia, ya kurang lebih sama dengan Indonesia. Tapi ternyata analisa saya salah".
"Salah karena saya tidak melihat mereka berkembang sedemikian pesatnya sampai pada level dimana mereka hampir sama dengan seniornya".