Reaksi Staf Pelatih MU Cerminkan Musim Penuh Frustrasi, Ketakberdayaan, dan Masalah

Kekalahan dari Fulham menyibak kerapuhan MU di musim yang penuh kekecewaan.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 03 Maret 2025, 16:15 WIB
Para pemain Manchester United berjejer selama adu penalti dalam pertandingan putaran kelima atau 16 besar Piala FA 2024-2025 melawan Fulham di stadion Old Trafford, Inggris, pada Minggu (2/3/2025) malam WIB. (Darren Staples/AFP)

Bola.com, Jakarta - MU kembali menelan kekecewaan setelah tersingkir dari Piala FA usai kalah adu penalti melawan Fulham di Old Trafford, Minggu malam (2-3-2025).

Reaksi satu di antara anggota staf pelatih saat Joshua Zirkzee maju untuk mengambil tendangan penentu benar-benar mencerminkan keadaan musim MU: frustrasi, tidak berdaya, dan diliputi masalah yang belum terselesaikan.

Advertisement

Kekalahan ini tidak hanya mengakhiri harapan MU di turnamen domestik, tetapi juga makin menyoroti masalah serius yang menghantui tim sepanjang musim ini.

Saat Zirkzee bersiap mengambil tendangan, asisten pelatih Ruben Amorim, Darren Fletcher, memilih berjalan ke dalam terowongan, seolah sudah menduga hasil buruk yang akan terjadi. Dan, benar saja, tendangan Zirkzee gagal, membuat Setan Merah tersingkir dari Piala FA.

 


Lini Serang Tumpul

Penyerang Manchester United asal Belanda Joshua Zirkzee bereaksi setelah gagal mengeksekusi penalti dalam adu penalti pada pertandingan putaran kelima Piala FA Inggris antara Manchester United dan Fulham di Old Trafford di Manchester, Inggris barat laut, pada tanggal 2 Maret 2025. Fulham memenangkan pertandingan dengan skor 4-3 dalam adu penalti setelah bermain imbang 1-1 setelah perpanjangan waktu. (Darren Staples/AFP)

Namun, kekalahan ini bukan hanya karena satu momen buruk di adu penalti yang menentukan nasib MU. Kegagalan itu hanyalah puncak dari gunung es. Sepanjang musim, lini serang MU begitu tumpul.

Zirkzee baru mencetak lima gol sejak bergabung, sementara Rasmus Hojlund, yang didatangkan dengan harga 72 juta pound, memperpanjang puasa golnya hingga 18 pertandingan berturut-turut.

Dalam 19 laga terakhir, MU bahkan gagal mencetak gol dari open play di babak pertama.

Minimnya opsi serangan terlihat jelas ketika Ruben Amorim harus memercayakan eksekusi penalti ke bek tengah Victor Lindelof. Lindelof memang pernah mencetak penalti kemenangan di semifinal Piala FA 2023 melawan Brighton, tetapi kali ini ia gagal.

Sementara itu, Alejandro Garnacho, yang seharusnya lebih layak mengambil penalti, justru tidak dipilih.

 


Mentalitas Bertanding

Penyerang Manchester United asal Denmark #09, Rasmus Hojlund (kiri), meninggalkan lapangan setelah digantikan, sementara penyerang Manchester United asal Norwegia #56, Chido Obi, dan bek Manchester United asal Prancis #15, Leny Yoro, digantikan dalam pertandingan Liga Primer Inggris antara Everton dan Manchester United di Goodison Park di Liverpool, Inggris barat laut pada 22 Februari 2025. (Paul ELLIS/AFP)

Selain masalah taktik dan kurangnya kreativitas di lini depan, Setan Merah juga menunjukkan kelemahan dalam mentalitas bertanding. Amorim sering kali memilih pendekatan defensif yang membuat serangan tim kehilangan daya ledak.

Bahkan saat menghadapi tim seperti Fulham, MU harus memasukkan Chido Obi yang baru berusia 17 tahun untuk menggantikan Hojlund. Ironisnya, Obi justru tampil lebih baik daripada striker senior yang mahal.

Di bawah mistar, Andre Onana kembali mengecewakan. Ia gagal menyelamatkan satu pun penalti dalam adu tos-tosan dan sepanjang laga bermain dengan tempo lambat, yang membuat fans di stadion makin frustrasi.

 


Protes Suporter

Seorang pendukung mengambil foto di samping spanduk anti-Glazer saat para pengunjuk rasa berkumpul di luar stadion Old Trafford untuk berdemonstrasi menentang pemilik Manchester United itu. (ANTHONY DEVLIN/AFP)

Di luar lapangan, kemarahan suporter terhadap manajemen terus meningkat. Sebelum pertandingan, sekelompok kecil pendukung menggelar protes terhadap keluarga Glazer, pemilik klub.

Harga tiket yang tinggi juga menyebabkan banyak kursi kosong, terutama di tribune suporter Fulham.

Tersingkir dari Piala FA makin mempertegas bahwa MU hampir pasti mengakhiri musim ini tanpa trofi. Harapan terakhir mereka ada di Liga Europa, tetapi dengan performa yang tidak konsisten, peluang itu pun semakin tipis.

Kekalahan dari Fulham bukan sekadar kegagalan di satu pertandingan, melainkan gambaran dari tim yang kehilangan arah dan belum menemukan jalan kembali ke puncak.

Berita Terkait